Aku, Ghea Ardella, hanyalah seorang gadis pecinta sastra,menulis mimpi di antara bait-bait senja,
terobsesi pada harapan yang kupanggil dream,dan pada seorang pria yang kusebut my last love.
Dia, pria asal Lampung yang tak pernah kusentuh secara nyata,hanya hadir lewat layar,namun di hatiku dia hidup seperti nyata.
Aku tak tahu,apakah cinta ini bersambut,
atau hanya berlabuh pada pelabuhan kosong.
Mungkin di sana,ia sudah menggenggam tangan wanita lain,sementara aku di sini, masih menunggu,seperti puisi yang kehilangan pembacanya.
Tapi bagiku
dia tetaplah cinta terakhir,
meski mungkin hanya akan abadi
di antara kata, kiasan,
dan sunyi yang kupeluk sendiri.
Terkadang aku bertanya pada semesta, apakah dia benar takdirku?atau hanya persinggahan yang diciptakan untuk menguji hatiku?
Ada kalanya aku merasa dia adalah jawaban,
namun di sisi lain,ada bisikan yang membuatku ragu.
is he really mine, or just a beautiful illusion?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thalireya_virelune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
air mata dan kasih sayang
Beberapa hari pun berlalu, aku merasa semua usaha yang kulakukan hanya sia-sia. Make up yang kupakai, senyum yang kucoba paksakan, bahkan gaya baruku seakan tak ada yang berarti.
Tidak ada tanda-tanda Reza kembali, tidak ada perubahan yang kurasakan selain rasa lelah yang menumpuk.
Aku menatap cermin di kamarku, mata ini sembab, wajahku murung. “Apa gunanya semua ini kalau pada akhirnya aku tetap sendirian? Apa aku harus menyerah saja?” batinku goyah.
Tapi kemudian aku teringat semua ini kulakukan bukan semata untuk Reza.
Aku bukan boneka yang menunggu dikasihani, aku adalah diriku sendiri. Aku harus kuat, karena aku layak bersinar, bukan hanya untuk diperhatikan seseorang yang bahkan tak menghargai aku.
Aku ingat sebuah kalimat indah yang pernah kutemukan dari penulis sukses asal Jepang, Thalireya Virellune. Kata-kata itu masih terpatri jelas di hatiku:
"Ima wa aisarenakute mo ii. Itsuka watashi ga kagayakeba, anata no kokoro mo furimukudeshou. 今は愛されなくてもいい。 いつか私が輝けば、あなたの心も振り向くでしょう。"
“Sekarang tak apa bila aku belum kau cintai.
Suatu saat, saat aku bersinar,
hatimu pun akan menoleh padaku.”
Aku tersenyum kecil sambil menyeka air mata. Kata-kata itu seolah menyadarkanku bahwa luka ini hanyalah proses.
Bahwa suatu hari aku akan bersinar, bukan demi dia, tapi demi diriku sendiri. Dan bila pada saat itu dia menoleh biarlah aku yang memutuskan apakah dia pantas mendapatkan aku atau tidak.
"Aku akan tunggu saat itu tiba"
ucapku pada diriku sendiri.
Bukan lagi sekadar harapan kosong,
melainkan janji,bahwa suatu hari aku akan bersinar,dan dunia akan tahu siapa aku sebenarnya.
Beberapa saat kemudian, aku membuka akun Instagram. Jantungku berdegup cepat ketika melihat nama Reza muncul di beranda. Tanganku bergetar saat menekan postingannya.
Dan di sana aku melihatnya.Sebuah foto yang menusuk jantungku tanpa ampun.
Ia bersama seorang wanita. Senyumnya lebar, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Di kolom keterangan, ia menandai nama wanita itu Nancy.
"Sudah aku duga, Reza pasti memiliki wanita lain di luar sana". Batinku bergetar, seolah semua dugaanku yang selama ini kutepis kini terbukti nyata. Entah mengapa, rasa sakitnya jauh lebih parah daripada saat pertama kali ia meninggalkanku.
Tanganku gemetar memegang ponsel, jemariku bahkan hampir tak sanggup menggulir layar. Air mataku jatuh begitu saja tanpa bisa kutahan. Dadaku terasa sesak, nafasku berat, dan jantungku berdetak tak beraturan.
Dengan tergesa aku menutup ponsel itu, seakan-akan layar yang baru saja kutatap mampu membakar habis sisa kekuatanku.
“Jadi benar, Reza…” gumamku lirih sambil menatap kosong ke arah jendela kamar. “Selama ini aku masih berharap,masih berkhayal kalau kamu akan menoleh padaku lagi. Tapi ternyata kamu memilih dia ,wanita lain yang bahkan tak kukenal.”
Air mataku jatuh lagi, makin deras. Hatiku menjerit.
“Kenapa, Za? Kurang apa aku? Aku sudah mencoba berubah, berusaha menjadi lebih baik, bahkan rela menyiksa diriku sendiri demi bisa layak di matamu. Tapi ternyata semuanya sia-sia.”
Aku masih terduduk di lantai kamar, memeluk lututku erat-erat. Air mata membasahi pipiku tanpa bisa kutahan. Ponselku tibak-tibak terbuka, menampilkan postingan Reza dengan perempuan bernama Nancy itu.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka pelan.
“Ghea…” suara lembut itu memanggil.
Aku buru-buru mengusap wajahku, tapi terlambat. Ibuku sudah melihat mataku yang bengkak.
beliau menghampiriku, lalu duduk di sampingku. Tanpa banyak bertanya, tangannya langsung merengkuh bahuku, menarikku ke dalam pelukan hangatnya.
“Kenapa nangis, nak?” bisiknya.
Aku tak kuat lagi menahan. Tangisku pecah di dadanya.
“Bu, Reza dia udah punya cewek lain, dia pilih orang lain bukan aku”
Ibuku menghela napas panjang, mengelus rambutku penuh kasih.
“Sayang, kamu jangan siksa dirimu terus-terusan karena dia. Kalau dia memang mencintaimu, dia gak akan pergi.Lagian kamu dan dia itu cuma virtual, Nak, jadi lupakan dia,” ucap Ibu pelan, nadanya tegas tapi tetap lembut.
Aku menggeleng keras, mataku masih basah.
“Tapi aku gak bisa, Bu aku bener-bener gak bisa. Rasanya sakit banget di sini,” aku menepuk dadaku sendiri yang terasa sesak. “Walaupun cuma virtual, aku ngerasa semuanya nyata, aku beneran jatuh cinta, Bu.”
Ibu menatapku lama, lalu menarik napas dalam. Tangannya kembali mengusap rambutku.
“Aku ngerti perasaanmu. Cinta itu memang bisa datang dari mana saja, bahkan dari dunia yang gak pernah kita sentuh secara nyata. Tapi coba kamu pikir, kalau hanya lewat layar aja dia udah bisa bikin kamu tersiksa begini, apa kamu yakin dia layak kamu perjuangkan?”
Aku terdiam, terisak lagi.
“Tapi Bu, dia itu cinta terakhir aku,aku gak bisa jatuh cinta dengan siapapun lagi,jika tidak dengannya maka Tidak dengan siapapun"ucapku tegas.
Ibu menghela napas panjang, menatapku lekat-lekat.
“Emangnya apa sih yang membuat kamu jatuh cinta sampai segininya sama dia?” tanyanya, nadanya penuh penasaran sekaligus khawatir.
Aku menunduk, menatap jemariku yang saling meremas gelisah.
“Aku juga gak tau, Bu Aku sendiri bingung kenapa bisa segila ini sama dia. Padahal aku sadar dia itu toxic dan cuma manfaatin aku,bahkan sering nyakitin aku. Tapi entah kenapa hatiku selalu balik lagi ke dia.”lirihku.
Ibu memelukku erat, seolah ingin menyalurkan kekuatannya lewat pelukan itu. Aku bisa merasakan hangat tubuhnya, membuat hatiku sedikit lebih tenang meski masih terasa perih.
“Sudah, sudah… jangan terlalu larut lagi,” ucap ibu lembut sambil mengusap kepalaku. “Ayok kita makan, Ibu udah masak makanan kesukaan kamu.”
Aku mengangguk pelan, meski air mataku masih belum kering. Ibu menggandeng tanganku, membawaku ke meja makan.
Aroma masakan rumah yang sederhana langsung menyambut, menenangkan hatiku yang sejak tadi bergejolak.
Sesaat, aku lupa rasa sakit yang ada di dada. Yang terasa hanyalah kebersamaan ini, aku dan ibuku, satu-satunya orang yang selalu ada untukku tanpa syarat.
“Bella kemana, Bu?” tanyaku pelan sambil menahan tangis.
“Iya, adikmu lagi belajar di kamar. Katanya besok ada ulangan, jadi jangan diganggu dulu,” jawab ibu lembut.