Kisah dua wanita cantik yang terlahir dari ibu yang berbeda, terapi memiliki ayah yang sama. Morgan Tan memilki dua orang istri, anak dari pernikahan resmi bernama Pricilia Tan dan satu anaknya terlahir dari sebuah kesalahan bernama Claudia Tan.
Demi ingin mendapat pengakuan marga Tan dari sang Ayah, Claudia harus menggantikan posisi sang kakak sebagai istri dan menikah dengan Edward yang merupakan pewaris tunggal dari keluarga Chen.
Takut akan rumor dan kondisi buruk Edward, kelurga Tan sengaja menukar anak gadisnya Pricilia dengan anak haram Morgan Tan yaitu Claudia. Apalagi terdengar rumor pria tersebut memilki penyakit aneh dan istri-istrinya meninggal secara misterius.
Lalu, bagaimana kah nasib Claudia di tangan kelurga Chen?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia yang tersembunyi
Kenapa aku tidak pernah bertemu tu"an Chen suamiku, bagaimana wajahnya dan sifatnya." ucap ku penuh hati-hati. Nenek Chen tetap diam, ia meraih cangkir di sampingnya dan menyeruput perlahan.
"Kalau aku boleh tahu, penyakit apa yang sedang tuan Chen rasakan."
Wanita itu langsung menggebrak meja, lalu melototi ku dengan tatapan tajam. Aku terperangah dan langsung ciut.
"Diam! Sudah saya katakan. Kamu tidak berhak bicara bila tidak saya tanya! Tunjuk nenek Chen dengan marah.
Aku hanya membuang nafas panjang dan mengikuti semua aturannya. Bukan karena aku takut atau tidak berani menentang. Tetapi aku ingin lihat, sampai dimana pengaruh kelurga Chen terhadap diriku. Baru setelah itu aku akan ambil sikap tegas pada kelurga ini.
"Nyonya Chen! Lebih baik anda diam dan mulailah makan!" seru bibi Helen yang berisi di samping nenek Chen.
Sungguh heran, dua wanita ini berwajah dingin dan angkuh. Apakah setelan mereka berdua memang model seperti itu?"
"Jangan hanya di pandangi makanan itu, tidak akan berkurang!" cetus bibi Helen.
Ku alihkan tatapan ku pada nenek Chen yang sedang mengunyah sirih. Aku malas berdebat dengan mereka, akhirnya aku mengambil mie goreng dan telor balado. Ku kunyah dan nikmati meskipun hatiku kesal.
Tak lama kemudian nenek Chen beranjak dari duduknya, ia melangkah pergi di ikuti bibi Helen.
Aku sedikit bernafas lega, karena tidak ada yang memantau ku. Mereka berdua seperti cctv berjalan, apapun yang sedang aku lakukan selalu saja tahu.
"Anna, sini duduk dan makan bersama ku." ajak ku, pada Anna yang berdiri di samping ku.
"Maaf, saya tidak berani nyonya. Saya takut di marahin Nona Helen." Anna gelengkan kepala "Saya sudah dapat jatah di pantry khusus para pelayan."
"Tidak apa-apa, sini duduk." ku tarik lembut tangan Anna untuk duduk di samping ku. Wanita itu terlihat takut-takut. Dengan cepat aku meraih piring dan menaruh berbagai macam makanan diatasnya.
"Sudah cukup nyonya, ini sudah terlalu banyak. Saya takut tidak bisa menghabiskan nya."
Aku tersenyum "Ayo kita makan, aku berselera makan bila ada temen."
Kami menikmati makan pagi itu, Anna terlihat lahap. Katanya masakan khusus pelayan tidak ada yang enak, mereka bisa makan enak bila keluarga Chen tidak mau menghabiskan nya lagi.
Saat kami sedang asik menikmati makan, tiba-tiba suara bibi Helen melengking.
"Siapa yang suruh kamu makan di meja makan nyonya besar Chen! Dasar pembantu tidak tahu diri! Bentak nya dengan tatapan tajam.
Aku terperanjat kaget, Anna langsung meninggalkan santapannya dan bersimpuh di depan bibi Helen.
"Maafkan saya Nona, saya sudah tidak sopan." kata Anna dengan suara bergetar
"Kamu pembantu kurang ajar, berani duduk di kursi tuan Chen!
"Plakk!
Suara tamparan keras mengenai pipi Anna, aku yang melihat kejadian itu langsung beranjak dari duduk ku, ki hampiri wanita setengah baya itu.
"Cukup bibi Helen! Aku sendiri yang menyuruh Anna untuk duduk disana. Dan aku juga yang menaruh makanan untuk dia!"
Wanita itu melototi ku "Seharusnya nyonya tahu batasan nya, mana pembantu dan mana tuan rumah!"
Sungguh tidak punya hati sekali kelurga Chen ini, pembantu bukanlah binatang yang seenaknya mereka tindas. Sedangkan bibi Helen memilki status yang sama dengan mereka, hanya bedanya posisi bibi Helen lebih bagus sedikit. Anna dan yang lainnya mengurusi urusan rumah tangga dan tetek bengek, sementara bibi Helen menjadi kaki tangan nenek Chen.
"Tapi Anna juga manusia bi! Ku tatap balik wanita angkuh di depan ku, tak perduli walaupun dia akan adukan ke nenek Chen. "Apa salahnya aku mengajak Anna makan bersama? Dia sudah telaten mengurus istri dari majikan nya!"
Sengaja ku katakan istri dari majikan, agar bibi Helen tahu dimana tempatnya. Posisi ku lebih tinggi darinya bukan? karena aku istri dari pria berkuasa di sini, meskipun aku belum pernah melihat wajahnya.
Bibi Helen langsung terdiam, setelah memandangi wajahku dengan tatapan malas, akhirnya ia meninggalkan ruangan makan. Aku meraih bahu Anna dan mengajak nya pergi ke taman belakang.
Kami berjalan kearah taman, menikmati pemandangan pagi ini dengan suasana yang tak nyaman. Ada kolam ikan di sana, Anna menatap kosong ikan-ikan yang sedang berlarian.
"Anna, tidak usah di ambil hati ya perkataan bibi Helen. Aku yang salah memaksa mu untuk makan disana. Apa pipi mu sangat sakit?"
Anna menggeleng lemah dan tersenyum padaku, walaupun senyuman itu ia paksakan. "Tidak apa-apa nyah."
"Anna, sudah berapa lama kamu kerja disini?" tanya ku sambil melempar makanan ikan kedalam kolam.
"Sekitar 10 bulan."
"Ohhh..."
"Apa kamu mengenal tuan Chen?
Wanita yang usianya baru 20 tahun itu terdiam, lalu menoleh ke belakang, takut percakapan kami ada yang mendengar "Para pembantu tidak boleh bergosip tentang tuan Chen di sini." katanya pelan
Alis ku berkerut, seperti ada sesuatu yang ia tutupi. "Apa kamu sudah pernah melihat wajah tuan Chen?"
"Sudah sekali, itupun tidak terlalu jelas."
"Apa?! Sepuluh bulan bekerja disini kamu hanya melihatnya sekali?" tanya ku tak percaya.
"Ia nyonya, bila Kami tak sengaja berpapasan atau tidak sengaja bertemu, harus menundukkan wajah kami dan tidak boleh menatapnya walaupun hanya sekilas."
Ku hirup udara sebanyak mungkin dan ku hembuskan kasar. Benar-benar kelurga misterius, aku yang sudah sah jadi istrinya saja tidak pernah melihat wajah tuan Chen seperti apa. Apalagi dengan para pekerja di rumah nenek Chen? Kenapa begitu banyak rahasia di rumah ini.
Aku menatap kosong ikan-ikan di depan ku, hingga tatapan ku beralih pada sebuah paviliun di sebrang sana. Sepertinya tempat itu tidak terjamah oleh siapapun. Aku melangkah mengikuti kakiku kearah paviliun yang sangat jauh dari tempat ku berdiri.
Anna seperti terkejut, ia baru menyadari aku sudah tidak ada di dekat kolam ikan. Ia mengejar ku sambil berlari kecil.
"Nyonya tunggu!"
Aku tidak perduli dengan panggilan Anna, aku tetap berjalan cepat dan ingin tahu tempat apa itu? Paviliun yang tersembunyi tetapi terlihat oleh kedua mataku.
"Nyonya jangan kesana!" seru Anna menghentikan langkah ku.
Semakin Anna ingin menghalangi ku, semakin aku ingin tahu dan ingin membuka tabir rahasia keluarga Chen.
"Nyonya kembali lah, jangan sampai nenek Chen murka! Seru Anna yang berlari kearah ku dengan nafas tersengal.
"Anna! Jangan halangi aku, sungguh aku penasaran dengan kelurga Chen! Aku hanya ingin tahu keberadaan Edward Chen! Balas ku sambil terus melangkah.
"Nyonya..."
"BUGH!
Tiba-tiba ada yang memukul tengkuk ku dari belakang. Seketika kepala ku pusing dan mata ku menjadi gelap gulita. Aku terjatuh dan tidak sadarkan diri.
💜💜💜💜
Yuk ikuti terus kelanjutannya dan dukung karya terbaru Bunda, jangan lupa like setelah membaca, kasih Vote/gift, berikan RATE BINTANG 5 DAN KOMENTAR KALIAN YA.
jangan bohong kamu Chen pdhl udh d sentuh berkali kali tuh istrinya nek yah engg pa pa kan udh halal itu lagian engg ada sesuatu yg terjadi kan Ama kamu tuan Chen berarti penyakitmu sudah sembuh ya kan