To heal & to grow
Remember,
when you forgive, you heal.
And when you let go,
you grow.
-unknown
Aku membaca tulisan di dinding ruang tunggu, yah aku juga tau teorinya namun kenyataan tak semudah teori, ucap Alena dalam hati.
Aku Alena, ini kisah percintaanku, dimana aku seorang pengecut yang merasa rendah diri, setiap ujian datang menghampiriku maka aku akan memilih untuk pergi, merasa menghindari masalah adalah jawaban yang tepat. Lagipula menjalani cinta dan jatuh cinta adalah 2 hal yang berbeda. Kamu bisa jatuh cinta tanpa perlu memikirkan latar belakang dan konsekuensi yang datang bersamanya. Sedangkan menjalani cinta berarti perjalanan panjang yang penuh dengan pertanyaan dan keputusan disetiap ujiannya.
"Al, aku berjanji untuk selamanya bersamamu menjalani kehidupan ini, apapun yang terjadi di masa depan, yakinlah, kamu akan selalu menjadi pilihan pertamaku".
Full of love,
Author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lembaran Putih
Kita,
seperti ketidaksengajaan
yang telah diatur baik
oleh Tuhan.
-unknown
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Aku terbangun dalam sebuah kamar bernuansa serba putih, aku ingin menggerakkan tanganku, namun sulit. Kulihat Jason duduk tertunduk di kursi disampingku sambil memegang tanganku. Pelan-pelan aku menyadari bahwa aku berada di rumah sakit, dengan infus dan alat bantu pernapasan. Kemudian aku memejamkan mataku lagi.
Entah berapa lama aku tertidur, tapi sepertinya kini aku membaik, aku berada di ruangan yang berbeda, peralatan medis sudah tidak sebanyak seperti diruangan sebelumnya, aku juga tidak lagi menggunakan alat bantu pernapasan.
"Mama", aku coba memanggil mama yang berdiri memunggungiku, tapi yang terdengar hanya panggilan lemah.
"Al... kamu sudah bangun", ucap mama mendekatiku lalu memelukku.
"Apa kamu merasakan sakit Al?".
Aku menjawab dengan menggelengkan kepalaku. Lalu mama memencet bel yang berada di panel dinding dekat kepalaku untuk memanggil suster.
Tidak lama suster datang dan mengecek kondisiku.
"Saya kenapa sus?", tanyaku bingung.
Suster terlihat agak bingung dengan pertanyaanku, lalu bertanya,
"Apa ibu tidak ingat kenapa ibu dibawa ke rumah sakit?".
"Tidak sus".
"Tidak apa-apa bu, mungkin karena ada cedera kepala jadi ibu ada sedikit kehilangan ingatan. Ibu nanti bisa bertanya pada dokter untuk lebih jelasnya ya bu".
Kemudian suster pamit kepadaku dan mama.
"Apa kamu sungguh tidak ingat Al?".
"Ya ma, aku sungguh tidak ingat".
"Kamu dibawa ke rumah sakit karena kecelakaan mobil Al, mobil yang menabrakmu masih dalam penyelidikan polisi karena tidak memiliki plat nomor".
"Maksud mama aku kecelakaan dengan mobil kantor?".
"Bukan, itu mobil kamu, kamu yang membawa mobilnya Al".
"Ma, sejak kapan kita punya mobil?".
"Sejak kamu menikah dengan Jason".
Deg... Jason? Aku menikah dengan Jason? Bukannya aku baru saja bertemu dengannya lagi di kantor, kok bisa menikah?. Mama mungkin melihat wajahku yang panik dan bingung. Mama hendak mengatakan sesuatu kepadaku, namun pintu kamar terbuka dan Jason berjalan masuk kedalam ruangan.
"Jason, Alena sudah bangun", ucap mama riang.
Jason segera duduk di kursi disampingku, lalu memegang tanganku.
"Al...".
Sebelum ia melanjutkan perkataannya, aku melepas pegangan tangannya dan menjauhinya. Jason tampak bingung dengan perlakuanku.
"Nak Jason, Al lupa mengenai kecelakaan itu, sepertinya dia juga lupa kalau kalian sudah menikah. Suster sudah memberitahu dokter, nanti sore ia akan datang berkunjung untuk memeriksa Al".
"Ooo...", ucap Jason pelan. Ia terlihat seperti sedih dan kecewa saat mendengar penjelasan mama.
"Tapi Al baik-baik saja kan ma?".
"Iya Al baik-baik saja, mungkin ia hanya lupa sementara", ucap mama.
"Yang penting kamu saat ini baik-baik saja Al, kita bisa pelan-pelan mengembalikan ingatanmu lagi", ia tersenyum sambil menatap mataku.
Aku sungguh merasa canggung dengan situasi saat ini.
"Ya Jas. Mmm... Jas maaf boleh aku hanya berbicara dengan mama berdua saja".
"Baik Al", ia mengusap pelan tanganku lalu bangkit berdiri.
"Aku turun ke kantin aja ma, mama mau aku bawakan makanan apa?".
"Maafkan Alena ya nak".
"Ga apa-apa ma, aku mengerti. Nanti aku bawakan makanan dari kantin ya ma".
"Terima kasih nak".
Setelah melihat sosok Jason menghilang dari kamar, mama langsung menegurku.
"Al, selama ini Jason lah yang menunggumu di rumah sakit, ia tidur dan bekerja disini untuk menemani kamu".
"Ma, apa kami berpacaran sebelum menikah?".
"Ya ampun Al sejauh mana ingatanmu tentang Jason?".
"Aku baru bertemu dengannya lagi baru-baru ini ma, dia atasanku di kantor".
Mama menggelengkan kepalanya lalu duduk disampingku sambil memegang tanganku.
"Al tentu saja kalian berpacaran sebelum menikah. Memang kalian pacaran hanya sekitar 2 bulan, lalu memutuskan untuk menikah. Saat itu kalian datang berkunjung ke Senior Living, Jason meminta restu mama untuk menikahimu. Kalian teman kecil, tentu tidak perlu berlama lama berpacaran dengan kondisi mama dan kondisi papa Jason yang sakit kanker, tentu kami bahagia kalian cepat menikah. Kamu menikah 5 bulan kemudian".
"Jadi aku benar sudah menikah ma?", tanyaku tidak percaya.
"Ya Al".
"Apa aku bahagia saat berpacaran dengannya? Apa pernikahanku bahagia ma?".
"Kamu pikir mama akan merestui kalian kalau kamu tidak bahagia Al? Tentu saja Al, kamu bahagia, kalian juga sering datang bersama mengunjungi mama saat pacaran hingga sekarang".
"Hingga sekarang? Apa mama tidak tinggal bersama kami?".
"Tidak Al, mama masih di Senior Living. Kalian berulang kali mengajak mama tinggal bersama, tapi mama yang menolak, Senior Living sudah seperti keluarga untuk mama, bukan begitu Al?"
Aku terdiam merenungkan penjelasan mama, mau dari sisi manapun, sepertinya agak mustahil aku menikah dengan Jason. Bagaimana bisa aku tiba-tiba berpacaran dengannya. Ini sungguh tidak masuk akal.
"Sudah Al, nanti juga kamu pelan-pelan ingat lagi".
"Mama panggil Jason ya, kasihan dia menunggu sendirian di kantin".
Aku hanya mengangguk dalam diam. Semenjak Jason kembali, aku hanya banyak diam, dan hanya berbicara ketika ditanya. Ada banyak pertanyaan dan hal yang tidak aku mengerti.
Saat kunjungan dokter, beliau menjelaskan bahwa aku kehilangan ingatan sementara karena mengalami geger otak, dan secara perlahan ingatanku akan pulih kembali seiring berjalannya waktu, namun tidak ada yang tau mengenai kapan ingatan itu akan mulai datang kembali.