Mayor Buluk (Bujang Lapuk) Meet Janda Kembang

Ainun seolah ingin pergi meninggalkan mobil yng yang saat ini tepat berada di hadapannya. Namun ia kembali teringat akan janjinya dengan Bu Farida.

"Masuk Nun, duduklah di depan!" ajak pria yang masih mengenakan seragam dinasnya, tidak lain pria tersebut adalah Mayor Arsen yang kebetulan selesai bertugas di Batalyon.

Dengan terpaksa Ainun menuruti perintahnya Mayor Arsen, ia sudah tak mau lagi berdebat, mumpung mood nya sedang baik-baik saja untuk saat ini.

Selama dalam perjalanan, hanya keheningan yang tercipta di dalam mobil, Ainun lebih condong menatap pemandangan gedung pencakar langit dan jalan raya yang dihiasi oleh cahaya lampu, sambil menghela napasnya, Ainun mencoba menikmati suasananya sekitar.

Sedangkan untuk Mayor Arsen sendiri, ia malah terlihat canggung untuk memulai percakapan dengan Ainun, meskipun ia tahu bahwa Ainun adalah wanita yang sudah bersuami. Mayor Arsen akan berusaha untuk bisa menerima kenyataan dan menganggap Ainun hanya sebatas teman dan guru mengaji adik perempuannya.

Hampir tiga puluh menit lebih, akhirnya Ainun tiba di kediaman Ibu Farida, Mayor Arsen memarkirkan mobilnya di halaman depan rumahnya.

Ainun cukup terpukau saat melihat kondisi rumah Bu Farida yang terkesan mewah.

Ainun, malah merasa canggung dan juga minder, rasanya ia tak pantas berada di tempat ini.

Sedangkan Mayor Arsen turun lebih dulu dari dalam mobilnya dan berusaha membukakan pintu untuk Ainun, Ainun sempat terkejut atas perlakuan Mayor Arsen padanya.

"T terimakasih!" Ainun sampai tertunduk dan enggan untuk menatap ke arahnya.

Sedangkan Mayor Arsen, jujur saja debaran jantungnya kian tak beraturan saat berada di dekatnya.

Kemudian Mayor Arsen mempersilakan Ainun untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Apakah Bu Farida dan juga adik perempuanmu ada di dalam?" seketika Ainun mulai menaruh curiga terhadap sang Mayor, ia takut Mayor Arsen berbuat yang tidak-tidak.

Kemudian Mayor Arsen yang melangkah lebih dulu, ia menoleh sejenak ke arah Ainun.

"Kenapa kau malah bertanya seperti itu? Jelaslah ibu dan juga adik perempuan ku sudah menungguku di dalam, tadi juga ibuku meminta aku untuk menjemput mu setelah aku selesai tugas di Batalyon, apa kau sempat berpikir yang tidak-tidak tentang aku?" seketika Mayor Arsen mulai terlintas rasa curiganya terhadap Ainun.

Tiba-tiba Ainun menjadi gugup dan tidak enak, karena secara tidak langsung ia malah mencurigai sang Mayor.

Kemudian Mayor Arsen mencoba mendekat dan menatap dalam Ainun yang menundukkan kepalanya.

"Apakah kamu pikir aku itu adalah pria rendahan yang suka mengambil kesempatan dalam situasi seperti ini hah? Buang pikiran kotor mu itu tentang aku, aku adalah seorang prajurit dan seorang anak laki-laki yang sedari dulu selalu di didik untuk bisa menjaga dan menghormati harkat dan martabat seorang wanita, karena aku juga telah terlahir dari rahim seorang wanita, faham kamu sampai sini!" ucapnya secara tegas.

Ainun pun merasa malu sendiri atas pikirannya yang telah mencurigai Mayor Arsen, tidak seharusnya ia berpikir seperti itu, karena tidak semua pria memiliki sifat yang sama, seperti yang Ainun pikirkan selama ini.

Tak lama pintu di buka, dan rupanya Bu Farida beserta seorang wanita memiliki paras cantik berada di sampingnya.

"Assalamualaikum, Bu!" sapa Ainun sembari mencium punggung tangannya secara takzim

"Waalaikumsalam." jawabnya bersamaan dengan Aulia.

kemudian Ainun masuk ke dalam rumah, di dalam rumah ini terdapat sebuah mushola kecil dan memang di bangun khusus untuk melaksanakan ibadah di sana, kebetulan Bu Farida dan Aulia akan melaksanakan solat isya berjamaah di mushola, Ainun pun memilih untuk melaksanakan solat isya terlebih dahulu sebelum dirinya memulai mengajar Aulia mengaji.

Tak lama, Ainun cukup terkejut karena yang menjadi imamnya kali ini adalah Arsenio.

Lantunan ayat pendek yang di kumandangkan oleh sang Mayor begitu merdu dan sedap untuk di dengarkan, Ainun malah menjadi teringat akan mendiang suaminya, pikirnya saat Mayor Arsen melafazkan ayat pendek, kenapa bisa mirip dengan mendiang Gus Firman.

Selesai melaksanakan solat isya berjamaah, Mayor Arsen undur pamit dan meninggalkan tiga wanita yang saat ini masih berada di sana, kemudian Bu Farida pun undur pamit.

Tak lama Ainun memulai mengajar mengaji bersama dengan Aulia, sedangkan Aulia sendiri ia terus saja memandangi Ainun.

"kak, benar kata Bunda ku ya, kalau kakak ini wanita yang sangat cantik, wah kalau aku punya kakak ipar seperti kak Ainun, aku pasti sangat bangga!"

Deg!

Ainun langsung terpaku ketika Aulia berkata seperti itu.

"Baiklah Aulia, kita mulai ya mengajinya!" Ainun seolah tak menanggapinya, ia lebih memilih untuk segera mengajarkan Aulia mengaji, karena ia tak mau sampai larut malam berada di rumah seorang laki-laki yang tentunya bukan muhrimnya. Apa nanti kata orang-orang? Ainun tidak mau mencoreng nama baiknya, terkadang wanita yang memiliki status janda, selalu dianggap remeh dan sebelah mata oleh masyarakat.

Diam-diam Arsenio memperhatikan Ainun yang sedang mengajarkan Aulia mengaji dari balik tembok dan Mayor Arsen begitu terpukau saat mendengar Ainun melantunkan berapa ayat suci Al-Quran.

'Kapan ya aku bisa berjodoh dengan wanita sejenis si Ainun ini? Kayaknya sangat langka bisa menemukan yang sama seperti dirinya, ck..!' batinnya mulai kesal.

Selesai mengajar Aulia mengaji, Ainun dan Aulia menyempatkan untuk mengobrol sejenak, Aulia sendiri berusaha agar bisa lebih dekat dengan Ainun.

"Kak, sudah lama tinggal di Jakarta?" tanyanya sembari fokus memperhatikan.

"Ya, lumayan lama, memangnya kenapa Aulia?" tanya balik Ainun.

"tidak apa-apa kak, aku hanya ingin tahu saja, heee..., oh iya, di sini kakak tinggal sama siapa? Orang tua atau suaminya kakak mungkin?" tanya kembali Aulia yang semakin kepo terhadap kehidupan Ainun.

Sedangkan Bu Farida telah memergoki putranya yang saat ini sedang kedapatan menguping dari balik tembok mushola, kebetulan bangunan mushola berjenis semi permanen, dan memang di buat sengaja seperti itu, sehingga suara apapun di dalam mushola, pasti akan terdengar ke luar.

"Arsen, ngapain kamu duduk di situ? Kamu lagi menguping ya?" tanya sang Bunda penuh selidik.

"Ssttttt....!" pelankan suaramu itu Bunda!" ucapnya sampai menutup bibirnya dengan jari telunjuknya.

Dan Ibu Farida pun patuh, ia menghampiri putranya dan malah ikutan menguping percakapan antara Ainun dengan Aulia.

"Kak Ainun tinggal dengan Kayla, dia adalah sahabat kakak sedari kecil, dulu kami tumbuh bersama di pondok pesantren." jawabnya sampai melempar senyum tipis

"Wah, jadi kakak ini sedari kecil sudah tinggal di lingkungan pondok pesantren, keren kak!" Aulia malah mengacungkan kedua jempolnya.

Sedangkan Ainun, ia sempat tertawa kecil atas sikap Aulia yang lucu.

"Hidup di pesantren itu sangat nyaman loh Aulia, kamu juga bisa mencobanya!" Ainun seraya mengajak Aulia untuk mengikuti jejaknya, yakni menjadi seorang santri dan mondok di pesantren.

"Tadinya sih Aulia ingin mondok, tapi Bunda dan kak Arsen tidak mengijinkan, entahlah aku juga bingung sampai saat ini, aku kira kakak tinggalnya sama suaminya kakak, bukan sama temannya kakak! Soalnya aku pernah mendengar kalau kakak sudah menikah!" Aulia malah menutup mulutnya dengan tangannya karena keceplosan ngomong, kemarin ia sempat menguping percakapan Bundanya dengan kakaknya.

Ainun yang mendengarnya pun, ia sampai mengernyitkan kening

"kok kamu bisa tahu kalau kakak sudah menikah, Aulia?" tanyanya sambil menyipitkan kedua matanya.

Sedangkan Aulia, ia mencoba mencari cara untuk bisa menjawabnya.

"B bukan begitu kak, a aku hanya asal menebak saja kok, he...he..!" Aulia sampai terbata, ia malah menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Akhirnya Ainun mencoba untuk percaya atas jawaban dari Aulia."Kalau dulu sih iya, tapi sekarang sudah tidak lagi!" jawabnya sampai tersenyum hambar ke arahnya.

Mayor Arsen dan juga Ibunya sampai terkejut tak percaya atas jawaban dari Ainun.

"Arsen, kau dengar kan barusan?"tanya Bu Farida sampai melotot ke arah putranya

"iya Bunda, Arsen sangat jelas sekali bisa mendengar jawaban dari Ainun

"Itu artinya Ainun dan suaminya sudah...!" seketika perkataannya terhenti di udara.

"Maksud Bunda Cerai, benar begitu?" jawabnya pelan.

Bu Farida langsung mengangguk cepat.

'Benarkah Ainun telah bercerai dengan suaminya? Tapi kok serasa ada yang janggal!' batinnya tak percaya.

Bersambung...

🌸🌸🌸🌸🌸