kisah sekretaris yang nikah sama bos nya
⚠️ mengandung scene dewasa ⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri
Malam itu, untuk pertama kalinya Hazel menginjakkan kaki di rumah Dave. Bangunan mewah dengan pilar-pilar yang menjulang tinggi di depannya, membuat Hazel cukup terpukau.
Hazel teringat sesuatu, rumah ini bak kerajaan di negeri dongeng yang pernah Hazel tonton semasa kecil di televisi. Hazel sedikit tertawa, ternyata rumah seperti ini benar-benar ada.
Dave melirik Hazel, tatapannya seakan bertanya. Namun Hazel memberikan jawabannya dengan sambil menggelengkan kepalanya. Semuanya baik-baik saja, Dave pun membawa Hazel kedalam dan memperkenalkannya pada semua pelayan yang bekerja dirumahnya.
Selama Dave berbicara, mata Hazel melirik satu persatu pelayan yang berdiri di hadapannya. Ada sedikit hal yang mengganggu perasaan Hazel, mengapa sebagian dari mereka adalah perempuan? Dari delapan pelayan, hanya ada dua pelayan laki-laki, selebihnya perempuan.
Mata Hazel menatap para pelayan itu sangat lekat. Dan baru dia sadari, semua pelayan wanita menatapnya seakan tidak suka. Mereka menunjukkan wajah masam, tanpa senyum dan sapa selayaknya orang yang baru bertemu dan berkenalan.
Hazel mulai berfikir, dia datang sebagai istri Dave. Bukan mengharapkan rasa hormat, setidaknya, mengapa sangat sulit menunjukkan senyumannya? Pelayan laki-laki bahkan lebih baik menyambut kedatangannya.
Dave selesai berbicara, dia pun menghampiri meja makan untuk mengambil air minum. Dan apa yang Hazel lihat, kelima pelayan wanita berbondong-bondong menikuti Dave. Ada yang mengambil buah, ada yang mengambil makan ringan dan ada yang menawarkan Dave minuman hangat.
"Apa-apaan, ini?." Batin Hazel, dia yakin ada yang tidak beres.
Hazel pun mengambil langkah, dia memeluk lengan Dave dan merajuk ingin cepat-cepat menuju kamar mereka, beruntung suaminya itu setuju. Dave langsung membawa Hazel pergi,
Kepergiannya dengan Dave saat itu, mengubah raut wajah para pelayan wanita. Senyum mereka untuk Dave mendadak luntur, asumsi Hazel benar, mereka tidak suka kehadirannya disana. Mereka hanya tersenyum untuk Dave, tidak dengannya.
"Hazel, ini gaun tidur untuk kamu, hadiah dari Ibu." Ucap Dave saat mengeluarkan beberapa potong gaun tidur dari paper bag nya,
"Sungguh? Ibu sempat keluar beli hadiah?."
"Kakak saya yang beli, mana mungkin Ibu beli sendiri?."
Hazel pun menghampiri Dave dan mengambil semua pakaian itu, ia tatap satu persatu gaun berpotongan pendek dan cukup terbuka, "Pak, ini sexy banget, lho."
"Yakin saya pakai ini?."
"Ya, pakai aja?."
"Kalo saya sih nggak masalah, tapi, apa Bapak kuat lihat saya pake baju sexy?."
"Pakai aja kalo mau, saya biasa aja kok."
"Oh, yaaa? Hmmm?" Hazel tersenyum sambil mencolek dagu Dave, pria itu langsung memalingkan wajahnya,
"Saya tidur di pavilion."
"Apa? Coba ulangin?."
"Saya tidur di pavilion, kamu disini, di kamar saya."
"Hm, Bapak tega ninggalin saya?."
"Hazel? Saya masih dirumah, nggak kemana-mana."
"Pokoknya Bapak harus tidur disini."
"Ini luas lho, Pak. Bisa main golf disini" Ucap Hazel sambil meraba permukaan tempat tidur Dave yang berukuran cukup besar.
"Tapi saya nggak mau main golf."
"Gimana kalo kita main kuda-kudaan? Hm?."
"Pak Dave!."
••••••
Beberapa jam sudah berlalu, pagi sudah menjelang. Hazel yang sudah bangun dari tidurnya, terpaksa harus berpura-pura tidur karena mendapati Dave keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk di pinggangnya.
Hazel terkejut dengan pemandangan yang dia lihat. Lengan kekar dan tubuh atletis Dave terlihat sangat jelas, sisa air ditubuhnya menambah kesan sexy penampilan Dave. Pesona pria matang, Hazel tersipu malu saat tidak sengaja membuka matanya. Harus dia akui penampilan Dave sangat menggoda.
Sekitar lima menit momen itu berlangsung, Hazel mendengar suara berat Dave memanggilnya. Ya, pria itu tahu kalau Hazel sedang berpura-pura. Dave pun meminta Hazel untuk segera mandi dan bersiap.
Selesai dengan kesibukannya dan sudah rapih bersiap, Hazel menghampiri Dave yang sudah duduk di kursi makan. Dari kejauhan, kedua alis Hazel mengernyit, dia memperhatikan dua pelayan wanita yang terlihat berebut melayani Dave dengan sajian sarapan diatas meja.
Hazel mendengus lalu senyum miring. Hazel berpikir, ini lah waktu yang tepat untuk bertindak. Dia harus membuat kedua wanita itu mematung sampai tidak berkata-kata.
Sebab, Hazel muak mendengar suara kedua wanita itu saat sedang menyajikan makanan untuk Dave. Suara yang dibuat semanis mungkin namun terdengar sangat menjijikan bagi Hazel.
"Sayaaang?" Lengan Hazel bergelayut di leher Dave, dengan berani dia pun mencium pipinya.
Dave tersentak, kepalanya sedikit menoleh untuk menatap Hazel yang masih memeluknya dari belakang, "Ayo sarapan."
"Kamu kenapa nggak nungguin aku?."
"Tadi kamu bilang duluan aja?."
"Oh, ya? Mungkin aku lupa."
"Udah, sini." Dave menarik kursi di sampingnya dan menuntun Hazel duduk disana,
"Hm, Sayang? Ini siapa yang masak?" Penggilan Hazel membuat Dave mengernyit, ada apa dengan Hazel, tingkahnya pagi ini sangat berbeda,
"Eca sama Lala" Jawab Dave sambil melirik kedua pelayan wanita yang berdiri berjajar di posisinya,
Hazel pun menatap kedua wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Hazel tersenyum miring pada mereka, Hazel harus menunjukkan kesombongannya sebagai istri Dave.
"Sayang? Mulai besok aku aja ya, yang masak buat kamu?."
"Jangan."
"Lho, kok jangan? Aku bisa masak lho."
"Nanti kamu capek. Kalo mau masak, sesekali aja."
"Tapi, Sayang-"
"Udah, udah, sarapan dulu."
"Huh" Bibir Hazel mengerucut, respon Dave tidak sesuai keinginannya.
Dari ekor matanya, Hazel melihat Eca dan Lala menahan tawa. Sialan, batin Hazel, lihat saja, dia akan membuat mereka tidak akan pernah menertawakanya lagi.
Suasana diruang makan hening seperti biasa, sampai sedetik kemudian, Dave tersedak dan membutuhkan air minum. Eca mendekat untuk membantu Dave, namun Hazel menahan tangannya.
Dia layangkan tatapan tajam pada Eca, sebelum menuang segelas air untuk suaminya, "Minum dulu, Sayang."
"Makanya fokus, jangan ngeliatin aku terus."
Mendengar ucapan Hazel, Dave tertawa sambil mengusap tangan Hazel, "Iya, saya nggak fokus. Hari ini kamu cantik."
"Apa? Hari ini? Kemarin-kemarin aku nggak cantik?."
"Hari ini lebih cantik dari biasanya, sangat cantik."
"Uuhh, terima kasih pujiannya, Suamiku."
Hazel merasa puas dengan respon tidak terduga dari Dave. Meskipun dia sendiri bingung karena tidak biasanya pria itu memuji kecantikaannya secara terang-terangan seperti ini.
Sudah lah, yang jelas, situasi di meja makan saat itu terasa sangat menyenangkan untuk Hazel. Sejak dia mencium Dave tadi, wajah kedua pelayan itu semakin masam. Dan sedetik kemudian pelayan bernama Eca dan Lala itu, membungkuk lalu pergi meninggalkan ruang makan.
"Dasar lalat ijo! Kenapa nggak pergi nggak pergi dari tadi sih?."
...••••••...
...bersambung ...