NovelToon NovelToon
Bayang-bayang Yang Tidak Pergi

Bayang-bayang Yang Tidak Pergi

Status: tamat
Genre:Toko Interdimensi / Tamat
Popularitas:453
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Bayang-Bayang yang Tidak Pergi adalah sebuah novel puitis dan eksistensial yang menggali luka antar generasi, kehancuran batin, dan keterasingan seorang perempuan serta anak-anak yang mewarisi ingatan dan tubuh yang tidak pernah diminta.

Novel ini terbagi dalam tiga bagian yang saling mencerminkan satu sama lain:

Bagian Pertama, Orang yang Hilang, mengisahkan seorang perempuan yang meninggalkan keluarganya setelah adik perempuannya bunuh diri. Narasi penuh luka ini menjelma menjadi refleksi tentang tubuh, keluarga, dan dunia yang ia anggap kejam. Ia menikahi seorang pria tanpa cinta, dan hidup dalam rumah penuh keheningan, sambil mengumpulkan kembali kepingan-kepingan jiwanya yang sudah dibakar sejak kecil.

Bagian Kedua, Bunga Mawar, Kenanga dan Ibu, melanjutkan suara narator laki-laki—kemungkinan anak dari tokoh pertama—yang menjalani rumah tangga bersama seorang istri polos, namun hidup dalam bayangan cinta masa lalu dan sosok ibu yang asing. Kenangan, perselingkuhan, dan percakap

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian ll : Ibu, aku tidak mengerti

Seberang

Aku adalah pohon—

Menitipkan hatiku pada seorang ibu:

Untuk dielus, dijaga, dan dinasihati.

Namun saat aku datang,

Hatiku menjauh,

Tak mengenalku lagi.

Aku menjelma menjadi pohon musim gugur

Di musim yang keliru.

Tumbuh tanpa hati,

Di bawah langit yang abstrak.

Pada akhirnya, aku lelah.

Kubuang pikiranku,

Mengenakan kain hitam,

Lalu menyebrang.

Aku adalah seni abstrak yang tak dikenali.

Tetap penting,

Namun tak dianggap begitu.

Maka ketika aku menyebrang,

Tak ada nyanyian,

Tak ada musik—

Hanya angin yang berjalan.

Begitu sunyi.

Begitu tenang.

Namun suara ombak

Cukup menciptakan keramaian.

Aku tak bisa menangis.

Tapi, mengapa aku harus menangis?

Sudahlah.

Aku telah mencapai seberang.

Bayangan

Aku telah mati.

Tapi bayangan hitam di air

Tak pernah pudar—

Bahkan semakin jelas.

Aku telah hilang.

Namun masih hidup

Dalam ingatan orang-orang.

Sampai kapan pun,

Aku tak benar-benar mati.

Justru mungkin semakin hidup.

Tapi itu jelas

Bukan kehidupan.

Taman dan Foto

Seseorang mengganti bunga baru di kebunnya.

Itu hal yang wajar.

Tapi bekas yang lama

Masih hidup dalam bingkai kenangan.

Seseorang merayakan kematiannya

Dalam sebuah foto.

Wajahnya terlihat sedih,

Namun yang mati tampak hidup kembali.

Maka—

Apa artinya

Jika kehidupan itu sendiri

Telah mati?

Penutup Tak Bernama

Mungkin aku bukan apa-apa,

Tapi bayanganku masih menari di antara rumput dan air.

Mungkin aku telah menyebrang,

Namun tak pernah benar-benar pergi.

Karena kadang,

Yang hidup bukan tubuh,

Melainkan luka yang tertinggal.

Itu adalah barisan panjang untuk halaman awal dari kisah seorang penyair gila kepada burung yang terbang di langit, jauh, jauh sekali, bahkan burung itu tidak bisa di gapai, di genggam. Mata yang memandangnya terlihat jauh, atau mata itu benar-benar menjauhkan diri dari burung itu? Atau mungkin burung itulah yang pergi sangat jauh dan nyanyian sang penyair seperti suara dingin angin saat tiba kepadanya.

Namun begitu Sang penyair yang di kelilingi pohon-pohon yang di sambut dengan belaian daun-daunnya yang Hijaunya, angin berhembus sebagai panggungnya. Dan jubah langit sebagai kubah. Ia merasa bahagia dan baru untuk pertama kalinya ia utuh sebagai manusia, seseorang yang berhasil menyuarakan puisi-puisi indahnya.

Keindahannya dalam kehidupan yang aneh. Keindahannya dalam dunia yang menolaknya. Dan keindahan yang kadang-kadang terasa begitu berat untuk di terima.

Setelah mengatakannya... Begitulah, kata ibu yang terasa hening seperti seorang yang ingin menggapai salju, tapi salju itu menghilang tanpa bisa merasakannya. “Dia akhirnya menghilang.”

Aku tidak tahu. Aku tidak bisa tahu. Aku juga bingung, bagaimana mencarinya.

Penulisnya juga tidak akan memberi tahuku.

Sang penulis Hening, panggungnya sudah di tinggalkan. Menutup mata, tanpa jantung berdetak, tanpa aliran darah.

Begitulah kami berpisah. Tanpa mengenal lebih jauh. Tanpa banyak tahu bagaimana kehidupan masing-masing.

...----------------...

Aku adalah kehidupan yang diam-diam tumbuh di perut. Cahaya kecil yang menyala dan hampir padam. Kehadiran yang tidak pernah diinginkan.

Begitulah Sang ibu mengatakannya kepadaku. Dia memanggil, ‘Cahaya kecil! Cahaya kecil!, Kehidupan, oh kehidupan.’

Dia seperti menggoda, tapi suaranya terdengar lirih seolah-olah meminta tolong kepadaku. Setiap kali dia memanggil, dia seperti meminta tolong entah dari apa. Aku jadi ngeri dan geli setiap kali mendengarnya.

Ibu adalah seorang penyair dalam bukunya. Ibu adalah seorang penari balerina dalam latar surealisme. Aku tidak pernah mengenalnya, bahkan hingga kematiannya.

Saat aku tahu ibu meninggal, puisi-puisi yang pernah dibacanya menggema dalam suasana batinku yang buruk. Aku ingat semua kata-kata yang dikatakannya. Mereka yang tidak menjerit, mereka yang tidak punya rasa, mereka yang tidak peduli adalah orang-orang paling kuat di dunia ini, bahkan hanya berdiam diri, orang-orang di sekitarnya akan iri, dan mereka tidak berdaya untuk melakukan apa pun. Orang seperti itu sangat jarang.

Ibu mengajariku tentang cukup mengenal diri, bukan dunia, itu sudah sangat cukup. Aku dulu tidak pernah mengerti apa artinya, tapi sekarang aku perlahan-lahan memahaminya.

Ibu mengajariku membaca, buka tulisan, tapi luka. Ibu mengajariku bagaimana menghapus perasaan, namun anehnya dia yang mencarikanku pasangan dan menikahkannya.

Semua yang dilakukannya seperti mendung dan sering kali aku merasa takut di ajarkan cara sepertinya. Ibu seperti mayat hidup, seperti jiwa yang hampir terpisah dari tubuhnya. Ibu setengah hantu. Dia adalah lukisan campuran dari realisme, surealisme dan abstrak. Sulit untuk melihat keindahannya, bahkan hingga kematiannya tiba.

Wajah ibu polos, tapi dia begitu cantik, sangat cantik. Namun ekspresinya seperti menahan sakit, menangis. Apa yang di rasakannya? Mengapa ibu seperti itu? Aku tidak tahu.

Dia memakai gaun putih susu yang indah dan panjang, menyebabkannya seperti seorang putri dari kerajaan besar, tetapi aku rasa itu penuh noda.

Ada tiga tangkai bunga sedap malam di sisinya. Aromanya menyebar, mengelilinginya seperti pelindung.

Ibu adalah sosok yang unik, melampaui batas. Dia seperti bukan manusia.

Aku sering memperhatikan wajahnya, tapi juga tidak tahu apa arti dari wajah ini. Dia sangat cantik, tapi ada kesakitan di dalamnya. Aku tidak pernah tahu bagaimana ibu sebenarnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!