Akibat kesuciannya telah diberikan pada mantan kekasihnya, pernikahan Luciana bersama Billy harus kandas karena Billy tidak bisa terima kalau istrinya sudah tidak perawan.
Apakah Luciana bisa melewati permasalahan demi permasalahan yang menghadangnya dikarenakan masa lalunya yang kelam....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Surga Dunia
Noah menghempaskan semua kain yang membalut tubuh Luciana kemudian memberikan sentuhan- sentuhan lembut yang membuat Luciana nyaman. Lalu Noah menjelajahi setiap inci tubuh Luciana mengungkap semua zona sensitifnya. Noah ingin Luciana tenggelam dalam sensasi ini.
Aliran energi yang begitu membara memenuhi seluruh tubuh Luciana saat bibir sampai di atas perutnya.
"Renggangkan kakimu..." ucap Noah yang langsung dituruti oleh Luciana tentu saja denga hati yang berdebar- debar.
Kemudian perlahan namun pasti Noah mulai menenggelamkan wajahnya di antara kedua pangkal paha Luciana dan mencari letak benda bulat kecil berwarna merah muda yang bersembunyi di antara bulu- bulu halus.
Setelah menemukan benda tersebut, dengan lincah Noah menggerakkan lidahnya memainkan benda bulat itu. Setiap sentuhan dan gerakan dari lidah Noah terasa memuaskan buat Luciana dan memacu kebahagiaan yang tak dapat terlukiskan dengan kata- kata.
"No....Noahhhh.... Ssstttthhh.... "
Sensasi sentuhan lidah dan bibir Noah di bawah sana terasa begitu menggelitik dan membangkitkan gairah yang merambat ke seluruh tubuh Luciana hingga dia tak dapat melakukan apapun selain mengeluarkan d*sah*n lembut dari dalam mulutnya.
"Aaahhhh... No...Noah..." Luciana meremas rambut Noah.
Tak lupa Noah memberikan hisapan lembut dan gerakan naik turun yang memberikan sensasi intim dan membuat tubuh Luciana bergetar tak karuan. Dan aliran udara dari mulut Noah terasa seperti gelombang yang mengalir ke seluruh tubuh memicu sensasi yang menyenangkan.
Bahkan rasanya Luciana tidak ingin mengakhiri rasa ini karena begitu nikmat.
Semakin lama sentuhan lembut dan tekanan dari bibir Noah pada area sensitif Luciana pun menghasilkan sensasi yang membakar dan memicu org*sme. Dan di saat itulah Luciana tak bisa lagi manahan d*Sah*n dari mulutnya.
Mendengar lengkingan panjang dari mulut sang kekasih, Noah mengangkat kepalanya menatap wajah yang kekasih yang penuh dengan kepuasan atas apa yang dia lakukan padanya. Bibir Noah pun tersenyum senang. Iya, dia merasa senang telah membuat kekasihnya mengalami pelepasan yang pertama. Dan kini Noah sudah tidak sabar lagi untuk melakukan hal yang paling intim di antara keduanya.
Noah segera mengarahkan miliknya yang sudah tegak dengan sempurna ke arah milik Luciana yang sudah sangat basah. Perlahan namun pasti milik Noah menerobos liang gelap milik Luciana yang masih tersegel dengan rapat, hingga membuat Luciana menjerit kesakitan karena ada sesuatu yang koyak di dalam sana. Cairan berwarna merah pun keluar dari dalam sana yang menandakan tirai kesuciannya telah berhasil diterobos hingga koyak.
Perlahan namun pasti Noah mulai menggerakan miliknya dengan ritme beraturan sehingga kesakitan yang Luciana rasakan pun perlahan berubah menjadi rasa nyaman bercampur nikmat.
Tidak dapat dipungkiri jiwa Luciana terasa melayang- layang. Rasa nikmat yang dia rasakan tidak bisa dilukiskan dengan kata- kata. Dan saat ini Luciana merasa takut untuk lepas dari jerat yang memabukkan ini. Karena rasa ini melebihi ekspektasinya dan rasanya surga dunia itu sedang dia genggam saat ini.
Terasa jika rasa ini akan segera berakhir, Luciana pun meluapkan suara lengkingan yang begitu panjang yang menunjukan betapa jiwa dan raga ini telah terpenuhi segala sesuatunya. Iya, kenikmatan yang luar biasa yang disebut dengan surga duani telah dia dapatkan pertama kalinya dari sang kekasih yang begitu dia cintai yaitu Noah.
Setelah lengkingan panjang dari mulut kedua manusia yang baru saja menyelami surga dunia tak terdengar lagi, kini tinggal lah suara nafas cinta yang saling bersahutan. Iya, ternyata sesudah mendaki surga dunia yang begitu nikmat rasanya lelah sekali. Seperti habis lari ribuan kilo meter.
Noah menatap wajah sang kekasih yang penuh dengan titik- titik air keringat. Dengan lembut Noah yang masih betah berada di atas Luciana pun menghapus keringat di dahi Luciana dengan menggunakan telapak tangannya. Kemudian Noah memberikan kecupan singkat di dahi dan bibir pujaan hatinya itu.
"Terima kasih sayang...Terima kasih untuk malam yang begitu panjang dan indah ini... Aku mencintaimu..." ucap Noah.
Luciana tersenyum mendengar kata cinta dari bibir sang kekasih.
"Aku juga mencintaimu..." sahut Luciana begitu terharu.
Iya, Luciana begitu bahagia malam ini. Dia dengan suka rela memberikan sesuatu yang sangat berharga pada kekasihnya yaitu Noah. Dia mempercayakan semuanya pada kekasihnya itu tentu saja dengan harapan kekasihnya akan setia selamanya sampai hubungan mereka menuju pernikahan dan bahagia selamanya.
Tidak ada keraguan sama sekali pada diri Luciana tentang kekasihnya ini. Karena hanya Noah lah yang selama ini perduli dengan dengannya. Di saat Luciana tidak diperdulikan oleh keluarganya tapi Noah lah yang selalu ada untyknya.
"Sayang apa kamu mau lagi...?'' tanya Noah yang sepertinya masih belum puas jika hanya melakukannya sekali saja malam ini.
Tanpa ragu Luciana mengangguk. Iya, malam ini benar- benar menjadi malam yang panjang bagi Luciana dan Noah. Mereka terlarut dalam aktifitas ranjang yang begitu panas, di saat orang lain sedang tertidur pulas.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Pagi harinya sekitar pukul delapan, Luciana membuka matanya karena mendengar ponselnya berdering. Dengan malas Luciana meraba nakas yang ada di samping tempat tidur untuk mengambil ponselnya. Sambil berdecak kesal Luciana melihat siapa yang mengganggunya pagi- pagi begini.
"Mama..." ucap Luciana sambil tersenyum sinis.
Iya tentu saja Luciana masih kesal pada sang mama yang telah membohonginya. Minggu lalu saat dia memintanya untuk hadir di acara perpisahan sekolahnya, mamanya tidak bisa datang dengan alasan harus kerja dan tidak bisa ambil cuti lagi. Namun kemarin Vina melihatnya sang mama sedang makan siang bersama suami dan anak- anaknya di restauran mewah. Tentu saja hal itu sangat melukai hati Luciana yang merasa tidak dianggap oleh mamanya.
Tanpa menjawab panggilan dari sang mama, Luciana kembali meletakkan ponselnya dia atas nakas. Kemudian dia berlalu pergi ke kamar mandi dengan langkah tertatih karena bagian intinya terasa pedih karena pertempurannya bersama Noah tadi malam. Ponsel Luciana pun akhirnya berhenti berbunyi.
Mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, Noah yang masih tertidur pun perlahan membuka matanya sambil menoleh ke kamar mandi. Bibirnya tersenyum, sudah dipastikan yang ada di dalam kamar mandi adalah kekasihnya. Noah turun dari kamar mandi dalam keadaan tubuh yang masih polos. Iya, karena tadi malam setelah penyatuan yang ketiga kalinya selesai,mereka langsung tertidur begitu saja tanpa memakai pakaiannya lagi karena rasanya lelah sekali.
Noah langsung masuk saja ke dalam kamar mandi hingga membuat Luciana yang sedang mandi kaget karena tiba- tiba ada yang memeluknya dari belakang.
"Aaahhh... Noah.. Apa yang kamu lakukan....'' ucap Luciana karena tiba- tiba kembali melakukan penyatuan lagi. Di bawah guyuran shower yang hangat mereka berdua kembali menyatukan tubuh mereka dengan penuh gairah hingga jeritan nikmat kembali terdengar dari mulut keduanya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Setelah ritual mandi yang menghabiskan waktu satu jam, Luciana dan Noah lalu sarapan pagi. Mereka makan makanan kesukaan mereka berdua yang dipesan melalui aplikasi pesan antar makanan di ponselnya. Ketika sedang asik makan ,ponsel Luciana kembali berdering. Dan lagi- lagi itu adalah telpon dari sang mama.
Iya bu Maria sudah lebih dari sepuluh kali menelpon Luciana tapi tidak dijawab olehnya.
Luciana menghela nafas begitu melihat nama mama di layar ponsel yang berdering.
"Siapa yang nelpon sayang...?'' tanya Noah.
"Mama..."
"Angkat saja, siapa tahu ada hal penting..." sahut Noah.
"Males ah..."
"Sayang, ayolah angkat dulu. Pasti mama kamu khawatir karena kamu nggak pulang semalam..." ucap Noah sambil mengusap lengan Luciana.
Luciana melirik Noah, kamudian mengangkat telpon darinya.
"Halo mah..."
"Sofia kamu di mana...? Ke mana saja kamu nggak pulang semalam hah...!'' suara sang mama terdengar kesal.
"Nginap di rumah teman .... " jawab Luciana cuek.
"Teman yang mana...! Kamu jangan macam- macam Luciana....! Kamu anak perempuan...! Jangan keluyuran tidak jelas sampai tidak pulang dari kemarin...!"
"Kamu tahu, oma jatuh di kamar mandi, pingsan dan sampai sekarang belum sadarkan diri. Cepat kamu pulang dan langsung ke rumah sakit...! '' seru sang mama di ujung telpon.
"A...apa... O...oma pingsan...?''
"Cepat pulang sekarang juga...!'' lagi- lagi suara bu Jeni terdengar marah.
"I..iya mah..." jawab Luciana.
"Sayang..." ucap Noah.
"Noah, tolong antar aku ke rumah sakit... Oma jatuh di kamar mandi dan pingsan. Sampai sekarang belum sadar...." Luciana terlihat panik karena mengkhawatirkan sang nenek.
Iya, tentu saja Luciana juga merasa bersalah. Kalau saja tadi malam dia pulang menemani sang nenek, tentu neneknya itu tidak akan jatuh di kamar mandi karena ada dia yang menemaninya di rumah.
Noah segera mengantar Luciana ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Luciana langsung menuju kamar rawat sang nenek. Sebenarnya Noah ingin ikut dengan Luciana menjenguk neneknya, dan juga ingin berkenalan dengan mama Luciana ,tapi Luciana melarangnya dengan alasan sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengenalkan Noah pada keluarganya. Akhirnya Noah pun langsung menuju ke cafe.
Sampai di depan kamar rawat sang nenek, Luciana segera masuk ke dalam dengan langkah pelan karena area sensitifnya masih terasa perih akibat ulah Noah.
Begitu melihat sang putri datang, bu Jeni yang sedang duduk di kursi dekat tempat tidur oma pun langsung bangun menghampiri Luciana.
"Plak..." tiba- tiba bu Jeni menampar pipi Luciana .
Luciana pun kaget sambil memegangi pipinya yang terasa panas.
"Dari mana saja kamu hah...! Lihat...! karena kamu tidak menjaga oma, oma jadi seperti ini...!'' bu Jeni menunjuk oma yang terbaring tak sadarkan diri dengan alat bantu nafas.
Iya, tadi pagi ketika bu Jeni datang ke rumah sang ibu dia heran karena beberapa kali mengetuk pintu tapi tidak ada yang membukanya. Menelpon Luciana berkali- kali pun tidak dijawab. Karena bu Jeni khawatir, dia pun membuka pintu dengan kunci cadangan yang dia pegang. Dan bu Jeni terkejut begitu melihat oma tergeletak di kamar mandi.
"Keluyuran ke mana saja kamu sampai tidak pulang semalam hah...!'' seru bu Jeni begitu emosi pada Luciana.
"Nginep di rumah teman mah...'' jawab Luciana sambil menunduk.
"Apa kamu tidak mikir... Kalau kamu harus jagain oma...! Kamu tahu kan kalau malam oma selalu bangun untuk buang air kecil di kamar mandi...! Harusnya kamu ada di rumah supaya ada yang nganterin oma ke kamar mandi...! Gara- gara kamu Luciana...! Oma jadi koma...!" bu Jeni mendorong tubuh Luciana dengan kasar hingga dia mundur beberapa langkah dan hampir jatuh.
"Kalau oma kenapa- napa...kamu yang harus disalahkan Luciana...!'' seru bu Jeni.
Mendengar perkataan sang mama yang menyalahkannya, Luciana merasa tidak terima.
"Kenapa mama nyalahin Luci mah...setiap hari Luci selalu jagain oma, baru sehari saja Luci nggak jagain oma, mama langsung marah- marah nyalahin Luci. Harusnya mama yang disalahkan... ! Mama nggak pernah jagain oma..!'' seru Luciana.
"Apa kamu bilang...? Kenapa kamu malah menyalah mama...? Kamu yang tinggal serumah dengan oma...! oma juga yang sudah menjaga kamu dari kamu kecil, sudah menjadi tugas kamu buat jagain oma sekarang Luci...!'' sahut sang mama juga tidak terima dengan perkataan Luciana.
"Iya Lucu tahu mah, oma yang udah jagain Luci dari kecil karena mama sama papa tidak perduli dengan Luci dan lebih perduli sama keluarga baru kalian...! Tapi ingat mah ,oma adalah orang telah melahirkan mama...! Seharusnya mama juga menjaga oma, jangan hanya menyerahkan semua tanggung jawab pada Luci...!'' Luci tidak terima disalahkan.
"Oya... Pasti suami berondong mama yang melarang mama buat menjaga oma kan...? Suami mama yang mama cintai setengah mati padahal dia suami yang tidak berguna dan hanya menyengsarakan mama...!" sambung Luciana.
"Plakk..." bu Jeni kembali menampar pipi Luciana.
Iya, tentu saja bu Jeni tidak bisa terima dengan perkataan Luciana yang begitu merendahkan suami barunya. Karena menurut bu Jeni, Luciana hanya seorang anak yang tidak berhak menilai kedua orang tuanya apa lagi berani menghinanya.
"Tampar... Tampar terus mah...! Tampar Luci lagi sampai mama puas...!" seru Luciana sambil mendekatkan pipinya pada sang mama agar sang mama menamparnya lagi.
"Cukup Luci...! Cukup...!" sahut bu Jeni.
"Kamu boleh menyalahkan mama, tapi jangan sekali- kali kamu menyalahkan suami mama..." ucap bu Jeni dengan suara rendah.
"Kenapa mah...?" tanya Luciana sambil tersenyum sinis.
"Oya Luci tahu, mama bucin banget kan sama suami mama itu sampai- sampai mama tidak rela jika suami mama disalahkan....? Padahal sudah jelas - jelas kalau suami mama itu salah..." sahut Luciana.
"Cukup Luci...!! " ucap bu Jeni.
"Tapi suami mama itu memang cocok sih sama mama. Suami mama itu egois, mama juga egois. Sama seperti papa. Dia juga egois dan istri barunya juga egois. Kalian semua itu kumpulan orang- orang egois....! Kalian hanya memikirkan perasaan kalian saja. Kalian tidak perduli dengan perasaan Luci..." sahut Luci dengan mata berkaca- kaca.
"Kalian hanya fokus dengan keluarga baru kalian. Sampai kalian lupa jika kalian masih punya Luci...!!" sambung Luciana.
"Luci... Bukan begitu nak.. Tapi itu...
"Sudahlah mah, tidak usah menjelaskan apapun sama Luci. Semua sudah jelas. Kalian tidak pernah perduli sama Luci. Kalian hanya perduli sama anak kalian yang lain..."
Bu Jeni menggelengkan kepalanya.
"Pergi lah mah... Mama harus kerja kan. Biar Luci yang jagain oma..." ucap Luci sambil berjalan mendekat ke arah ranjang di mana sang nenek terbaring tak sadarkan diri.
Melihat Luciana berjalan dengan pelan dan terlihat meringis seperti sedang merasakan sakit, bu Jeni pun mengerutkan keningnya.
"Luci... Kamu kenapa...? Kok jalannya kayak gitu...? Apa kaki kamu sakit..." tanya bu Jeni.
"Iya.. Tadi Luci jatuh..." jawab Luci berbohong sambil mendudukkan bokongnya di kursi samping tempat tidur oma.
"Lain kali kamu hati- hati dong nak..."
Iya biar bagaimana pun juga bu Jeni masih punya rasa khawatir terhadap sang putri.
"Sudahlah mah tidak usah sok perduli sama Luci. Lebih baik mama berangkat ke kantor sekarang. Mama sudah telat kan...." ucap Luciana tanpa menoleh ke arah sang mama.
Bu Jeni menghela nafas. Iya, dia tahu sang putri sedang kesal karena dia telah menamparnya sebanyak dua kali. Dan bu Jeni menyesali itu.
"Maafkan mama sayang...." bu Jeni mengusap kepala sang putri.
Kemudian bu Jeni keluar dari kamar rawat oma. Dan tinggal lah Luciana dan oma. Luciana meneteskan air mata melihat keadaan oma. Dia merasa bersalah karena tidak menjaga oma dengan baik.
"Maafkan Luci oma... Hik...hik...."
Bersambung....
🌺🌺 Jangan lupa like dan komen ya... 🌺🌺
dan buat bily menyesal..
.dn luciana tinggalkn bily.
kmbli kpda noah..
atau cari kbhgian sendri
smngt oithor upnya
lbih menyakitkan kelakuan bily..
udah cerai sajaaa...
balikan sama noah sn hidup bahagiaaa
tpi aku berharap balikan dn menikah.hidup bhgoa dg noah