Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 Dekat
"Apa yang kau katakan kepada laki-laki itu?" tanya Damar dengan suaranya yang sedikit keras.
"Tidak mengatakan apapun, kami juga tidak berbicara apa-apa," jawab Serra.
"Kau mencoba membohongiku hah! Sudah jelas-jelas dia mengatakan kalian berbicara , jadi katakan apa yang kau katakan kepadanya?" tanya Damar mendesak istrinya.
"Sungguh. Mas Serra tidak mengatakan apapun. Serra hanya..."
Serra tersentak kaget saat Damar memukul meja dengan kuat.
"Jangan kau pikir aku anak kecil yang bisa kau bodohi. Sekali lagi aku melihatmu berbicara dengan laki-laki itu. Maka kau siap-siap berurusan denganku!" tegas Damar memberikan ancaman yang tidak main-main.
Tidak ada yang dikatakannya setelah menunjuk-nunjuk istrinya berbicara dengan kata dan setelah itu kemudian berlalu dari hari Serra.
Suara pintu kamar mandi yang ditutup begitu keras kembali membuat Serra kaget.
"Apa Mas damara cemburu!" gumam Serra.
Kali ini dia tidak meneteskan air mata disaat dimarahi Damar dan malah terlihat senyum tipis di wajah cantik itu.
"Jika Mas Damar cemburu artinya dia sudah mulai menyukaiku," ucap Serra yang menyimpulkan sendiri yang justru terlihat begitu senang.
Entahlah apa benar suaminya cemburu atau justru bagaimana. Serra memang sejak awal hanya mengharapkan hal yang lebih dari pernikahan, mengharapkan suaminya untuk lebih peka dan perhatian kepadanya.
****
Serra seperti biasa menyiapkan sarapan orang-orang yang ada di rumah itu. Karena masih subuh. Jadi orang-orang di rumah itu masih tidur nyenyak di dalam kamar masing-masing dan dia sudah beraktivitas di dapur.
Jika mulai memasak, Serra menyempatkan diri untuk mandi terlebih dahulu dan laki-laki di hari ini terlihat lebih fresh dan rapi walau ujung-ujungnya setelah memasak dia akan kembali amburadul.
"Astaga! kenapa aku tidak mempertanyakan sarapan apa yang diinginkan oleh paman mas Damar tadi malam. Bagaimana jika aku salah membuat sarapan," ucapnya yang baru saja kepikiran.
"Apa aku tanyakan saja sekarang?"
"Tapi bagaimana justru itu nanti mengganggu. Bagaimana jika beliau masih tertidur dan aku bisa mendapatkan masalah," Serra yang terlihat kebingungan sendiri harus mengambil keputusan seperti apa.
"Serra sebaiknya kamu tanyakan saat ini juga. Dia sepertinya tidak akan marah, melihat kemarin malam dia mengobrol denganku baik-baik saja dan mungkin wajahnya saja yang terlihat dingin dan sedikit menakutkan, tetapi sepertinya dia baik," ucap Serra meyakinkan diri sendiri.
Setelah bergerutu sendiri dan akhirnya Serra mengambil keputusan yang lebih baik menanyakan langsung kepada orang yang bersangkutan. Dengan sedikit gugup Serra yang sudah berdiri di depan pintu kamar Sagara. Beberapa terlihat wanita cantik itu mengatur nafasnya yang akhirnya tangannya yang gemetar itu mengetuk pintu.
Tok-tok-tok.
Sampai beberapa kali mengetuk yang akhirnya pintu di buka juga. Serra kaget dengan mata melotot dan kemudian langsung menunduk ketika Askara yang membuka pintu kamar telanjang dan berhubungan badan tubuhnya yang kekar dengan otot-otot yang menegang.
"Maaf saya tidak bermaksud untuk mengganggu," ucapnya dengan gugup.
Askara tidak merespon apapun yang melihat penampilan Serra pagi buta ini benar-benar sangat fresh yang terlihat anggun.
"Ada apa?" tanya Askara yang membuka pintu kamar itu dan memasuki kamar kembali.
Askara yang ternyata baru saja gym dan sekarang memakai kaos putih yang berada di atas tempat tidur.
"Kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya Askara.
"Maaf tuan. Jika saya sudah mengganggu sepagi ini. Saya ingin membuat sarapan dan tuan baru pertama kali sarapan di rumah ini. Saya ingin tahu sarapan apa yang tuan inginkan," ucap Serra dengan gugup.
"Kamu pembantu di rumah ini? rajin sekali pagi-pagi buta sudah bangun dan mempertanyakan sarapan orang lain seperti seorang pelayan," sindir Askara.
"Itu sudah menjadi kewajiban saya sebagai menantu di rumah ini," jawab Serra.
"Menantu apa pelayan?" tanya Askara yang membuat Serra terdiam.
Antara pelayan dan menantu posisinya di rumah itu benar-benar tidak ada bedanya dan memang lebih cocok dikatakan seorang pelayan.
"Maaf tuan. Tuan ingin dibuatkan sarapan apa?" tanya Serra mengalihkan pembicaraan itu yang tetap fokus pada apa yang ingin dia ketahui.
"Buatlah sarapan yang sama dengan orang lain yang ada di rumah ini. Jika memang kau tidak keberatan untuk membuatnya," jawab Askara.
"Baiklah!" ucap Serra yang langsung pergi dan sebelum itu terlebih dahulu dia menundukkan kepala.
Askara melihat kepergian Serra dan ternyata Serra yang sudah melangkah cukup jauh, yang tiba-tiba saja menoleh kembali ke belakang dan ternyata Askara masih tetap melihatnya dan Serra kembali fokus kepada langkahnya.
Ketika Serra yang sudah tidak terlihat lagi yang akhirnya membuat Askara kembali menutup pintu kamar.
Askara sepertinya tidak ingin merepotkan Serra dengan meminta menu sarapan yang berbeda. Tidak seperti orang-orang di rumah itu yang sarapan yang menunya selalu berbeda, jadi wajar saja Serra bangun pagi-pagi sekali dari pada nanti di omeli.
****
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan. Niken, Bram, Netty, Damar, Andre, Maya dan Kakek yang sudah pergi melakukan aktivitas mereka sehari-hari yang akhirnya Serra baru menyelesaikan semua pekerjaannya di rumah itu.
Rumah sebesar itu selesai di bersihkan pukul 10 pagi. Setelah itu seperti biasa Serra kembali mandi dan ketika sudah fress dia Kembali keluar dari kamar.
Serra memegang perutnya yang ternyata cacingnya sudah meronta-ronta di dalam sana.
"Sebaiknya aku sarapan dulu sebelum berbelanja," ucap Serra yang langsung buru-buru menuju dapur.
Serra melihat tidak ada sarapan yang tersisa, iya jelas sudah tahu hal itu karena dapur sudah bersih dengan bekas piring yang sudah dia cuci sebelumnya. Serra menghela nafas yang mengambil setangkap roti tawar.
Serra meletakkan begitu saja di atas meja tanpa ada alas dan kemudian dia mengambil botol selesai Nutella.
Sekuat tenaga dia membuka botol itu. Dunia sepertinya tidak berpihak padanya, bagaimana tidak di saat dirinya yang kelaparan ada saja yang menjadi masalah.
Di saat kesusahan itu berpihak padanya dan tiba-tiba saja datang selai itu diambil seseorang yang membuat Serra kaget dan melihat orang tersebut yang tak lain adalah Askara.
Askara yang langsung bertindak yang membuka botol tersebut dan kemudian memberikan kepada Serra. Serra yang masih bengong belum mengambil botol tersebut dan Askara menggerakkan dengan 1 alisnya. Serra dengan gugup mengambilnya.
Tidak ada yang dikatakan Askara yang kemudian dia langsung pergi. Mata Serra masih melihat ke mana Askara dan apa yang dilakukannya di dapur.
"Tuan mencari sesuatu?" tanyanya.
"Sarapanlah! Aku bisa mencari apapun yang aku mau," jawab Askara yang membuat Serra diam.
Serra ternyata tidak sarapan dulu sana melainkan Serra pembawa setangkap roti itu menuju kamarnya. Askara geleng-geleng kepala dengan tingkah Serra.
Kemungkinan Serra merasa tidak nyaman makan saat ada Askara atau justru karena dia takut dengan suaminya yang sebelumnya sudah mengingatkannya untuk tidak dekat-dekat dengan Askara.
Lagi-lagi Serra hanya cari aman yang tidak ingin terlibat dengan apapun dan lebih baik menuruti apa yang dikatakan suaminya. Daripada sebelumnya dia akan mendapatkan masalah yang lebih besar lagi.
Serra juga harus sarapan dengan buru-buru, Sera mengejar untuk berbelanja memenuhi perlengkapan rumah sebelum masuk jam waktu untuk memasak. Pekerjaan Serra di rumah itu memang tidak ada berhentinya dan bahkan tidak memiliki waktu untuk beristirahat.
Bersambung......