NovelToon NovelToon
War Of The Gods

War Of The Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Fantasi Timur / Dikelilingi wanita cantik / Budidaya dan Peningkatan / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:35k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di langit berbintang, seorang pria misterius bertopeng perunggu duduk di atas perahu kecil, membawa rahasia yang mampu mengguncang alam semesta. Ia telah kehilangan segalanya. ayah, ibu, sahabat, dan Yin’er, wanita yang tak tergantikan di hatinya. Demi memenuhi janji pada Yin’er, ia mengorbankan setengah sumber kehidupannya untuk menciptakan sebuah Klon Dao, wujud sempurna dari gabungan hidup mereka.
Namun, keputusannya menimbulkan kemarahan Zingtian, pria berjubah merah yang memanggilnya bajingan dan memperingatkan bahaya besar yang mengintai. Terlepas dari peringatan itu, proses penyatuan berlangsung selama sebulan, melahirkan jiwa janin istimewa yang bahkan disentuh oleh Kitab Takdir.
Kini, jiwa itu akan dikirim ke dunia kecil ChangYuan, disegel kekuatannya, agar tumbuh merasakan pahitnya dunia kultivator. Di balik keputusan itu tersembunyi rencana besar, rahasia para dewa, dan masa depan yang akan mengubah seluruh tatanan langi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemalangan!!! Dan Kemunculan Zingtian

Pagi itu, sinar matahari yang redup berusaha menembus tirai kabut pekat di Hutan Kabut Hitam. Udara terasa lembap, namun dingin yang menusuk tulang membuat napas keluar seperti asap tipis. Chen Yu dan Xining melangkah keluar dari goa kecil tempat mereka berlindung semalam. Luka Chen Yu sudah dibalut seadanya, namun gerakannya tetap terasa berat.

Mereka melanjutkan perjalanan, melewati pepohonan raksasa yang batangnya tertutup lumut biru kehijauan. Suara gemerisik dedaunan seolah menelan bunyi langkah mereka. Setiap sudut hutan seperti menyimpan rahasia, setiap bayangan kabut seperti mengintai.

Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka tiba di sebuah tempat yang berbeda dari bagian hutan lainnya. Inilah jantung Hutan Kabut Hitam. Sebuah bongkahan es tua menjulang di tengah lingkaran tanah beku. Di atasnya, berdiri pohon kristal mati yang dahannya seperti retakan kaca. Pada pangkalnya, tumbuh sebuah bunga berwarna biru keunguan. Kelopak-kelopaknya memancarkan cahaya lembut yang berdenyut pelan, seolah sedang bernapas.

Xining menatapnya dengan mata waspada, pedangnya sudah setengah terhunus. Chen Yu melangkah maju perlahan, tangannya terulur.

“Ini dia… Kristal Es Gelap,” ucapnya dengan suara rendah namun mantap.

Begitu jemarinya menyentuh bunga itu, udara di sekitar mereka bergetar.

Crack… crack…

Suara retakan halus bergema, diikuti getaran ringan pada tanah di bawah kaki mereka.

Dari balik pepohonan beku, sebuah sosok berjubah hitam muncul. Langkahnya tenang, tetapi setiap gerakannya memancarkan tekanan yang berat. Aura yang keluar dari tubuhnya begitu kuat hingga membuat otot mereka terasa kaku.

Sosok itu membuka tudungnya, memperlihatkan rambut perak panjang dan wajah penuh keriput. Matanya yang tajam menyipit, menatap Chen Yu dengan dingin.

“Kau membuat banyak kekacauan untuk seseorang yang seharusnya sudah mati,” ucapnya.

Chen Yu mengangkat alis, bergumam dalam hati, sejak kapan aku membuat kekacauan. Namun wajahnya tetap tenang.

“Jadi benar, kalian yang mengirim pembunuh ke kamarku.”

Pria tua itu tersenyum tipis, penuh ejekan.

“Tuan muda kami, Wen Shao, menginginkan wanita bernama Mu Wan. Namun sayang, ia menikahi sampah bernama Chen Yu. Solusi paling bersih adalah menghapus nama Chen Yu dari dunia.”

Mata Chen Yu berubah gelap, napasnya berat.

“Kau ingin membunuhku… hanya karena wanita?”

“Wanita adalah alasan tertua terjadinya perang, bocah,” jawab sang penatua, “Tetapi lebih dari itu, klan Wen tidak menerima penolakan.”

Xining yang mendengar itu menoleh cepat, wajahnya terkejut. Namun sang penatua melanjutkan dengan nada dingin.

“Klan Wen telah lama mengincar keluarga Mu untuk pernikahan politik. Tetapi Mu Wan memilih sampah seperti dirimu. Itu penghinaan yang tidak bisa dimaafkan.”

Chen Yu mengepalkan tinjunya.

“Jadi aku harus mati hanya karena menjadi pilihan seseorang?”

“Ya,” jawab sang penatua, matanya seperti bilah es. “Dan hari ini, aku akan menyelesaikan yang belum selesai malam itu.”

Ia mengangkat tongkat besi panjang berukir rune ungu. Aura yang mengalir dari tubuhnya begitu menekan, jelas berada di ranah Lijing tahap puncak, jauh di atas ranah Jujing.

Chen Yu menoleh pada Xining.

“Cepat kabur. Bawa Kristalnya ke sekte.”

“Aku bukan orang yang akan lari, dasar bodoh!” Xining membentak sambil menghunus pedang putihnya.

Tanpa menunggu lagi, mereka menyerang bersamaan. Chen Yu melesat ke depan, pedangnya menebas cepat seperti kilatan petir. Xining melangkah ringan ke belakang sang penatua, tebasannya presisi seperti tarian maut. Dalam beberapa napas, kombinasi mereka menekan sang penatua, namun perbedaan kekuatan begitu besar.

Dengan satu ayunan tongkatnya, sang penatua memukul mundur Chen Yu. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Penatua tertawa dingin, lalu melemparkan tongkatnya. Tongkat itu meluncur secepat kilat, dikelilingi aura ungu yang berdesir memecah udara.

“Kau tidak akan selamat kali ini, bocah,” serunya.

Xining bergerak refleks, berdiri di depan Chen Yu. Dinding energi biru terbentuk di depannya. Namun, retakan mulai menjalar di permukaannya saat benturan terjadi.

Melihat itu, Chen Yu bergerak maju, berdiri tepat di depannya.

BOOOM!

Ledakan menggelegar. Tongkat itu menghantam dada Chen Yu. Darah memercik, dan tubuh mereka berdua terhempas ke belakang, menabrak batu tebing lalu jatuh ke jurang berkabut.

Sang penatua berdiri di tepi tebing, menatap kabut pekat di bawah.

“Jika kau masih hidup, aku sendiri yang akan menyelesaikanmu nanti.” Ia berbalik dan pergi.

Di dasar jurang, kabut dingin menyelimuti segalanya. Langit di atas tampak gelap meski matahari belum tenggelam. Chen Yu terbaring di tanah, tubuhnya penuh luka. Darah mengalir dari dadanya, membasahi pakaian yang sudah robek.

Xining berlutut di sampingnya, wajahnya pucat, matanya merah. Ia memeluk tubuh Chen Yu yang hangatnya mulai memudar.

“Chen Yu… bertahanlah! Aku sudah mengobati lukamu! Jangan mati…”

Kelopak mata Chen Yu bergerak perlahan. Ia membuka matanya, napasnya terputus-putus. Tangan yang lemah terangkat sedikit, menyentuh lengan Xining.

“Kakak Senior… Xining… tolong… kembali… ke sekte…”

Air mata menetes dari mata Xining, jatuh ke wajahnya sendiri.

“Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu! Aku tidak akan membiarkanmu kenapa-kenapa!”

Ia memeluk Chen Yu erat, seolah bisa mengembalikan hangat tubuhnya dengan kehangatan miliknya sendiri.

“Aku akan membawamu kembali ke sekte… bertahanlah! Jangan tutup matamu, Chen Yu!”

Namun, perlahan tubuh Chen Yu kehilangan kekuatan. Nafasnya berhenti. Matanya tertutup pelan, tetapi sebelum itu ia menampilkan senyum samar.

“Terima… kasih… Xining…”

Keheningan merenggut napas terakhirnya.

“Chen Yu…?”

“Chen Yu!!”

Tangisan Xining pecah, menggema di antara dinding tebing dan kabut. Ia mengguncang tubuh itu, berharap ada sisa kehidupan, namun tidak ada lagi yang bergerak.

“TIDAAAAK!”

Suara jeritannya mengoyak kesunyian dasar jurang, membawa duka yang tak tertahankan.

Tiba-tiba…

Tanah di bawah Xining bergetar hebat, membuat pecahan batu kecil jatuh bergulir. Udara yang tadinya dingin menusuk tiba-tiba berubah panas, seolah api purba yang telah lama tidur kini terbangun. Kabut hitam yang menyelimuti dasar jurang mulai berubah warna, memerah seperti darah yang mendidih, berputar liar seperti pusaran neraka.

CRACK!!

Suara retakan keras memecah kesunyian. Sebuah celah besar terbuka di tanah tepat di depan Xining yang masih memeluk tubuh Chen Yu. Dari dalam retakan itu, muncul cahaya merah membara yang memancarkan tekanan tak terlukiskan. Perlahan, sebuah tangan muncul, lalu bahu, hingga sosok seorang pria merangkak keluar dari kedalaman retakan.

Ia berdiri tegak. Tubuhnya tinggi dan tegap, berbalut jubah merah menyala dengan motif naga api yang seakan hidup, sisiknya berkilauan di bawah cahaya merah. Rambut hitamnya panjang, berkibar pelan meski tidak ada angin. Wajahnya… begitu mirip Chen Yu, namun dengan garis-garis yang lebih tegas, lebih tajam, dan dipenuhi aura dingin yang membuat hati bergetar. Matanya berwarna merah menyala, pupilnya seperti retakan magma, memancarkan cahaya yang mampu menembus jiwa siapa pun yang ditatapnya.

Xining mendongak, wajahnya pucat, namun matanya masih basah oleh air mata. Tubuhnya menegang, insting bertarungnya berteriak, tetapi ada rasa takut yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

“Siapa… siapa kau…?” suaranya bergetar, hampir terputus di antara isakan.

Pria itu tidak langsung menjawab. Ia hanya berjalan perlahan, langkahnya berat namun mantap, hingga berhenti di hadapan Xining. Pandangannya menurun, menatap Chen Yu yang terbaring tak bernyawa dalam pelukan gadis itu.

“Apa kau… temannya?” suaranya dalam, bergema seperti gaung petir yang teredam, namun setiap kata membawa tekanan yang membuat dada sesak.

Xining terdiam. Kata-kata itu sederhana, namun aura pria ini membuatnya seperti terkurung di antara pegunungan raksasa. Rasanya… bukan aura manusia. Lebih tua, lebih kuno, dan jauh lebih berbahaya.

Sebelum Xining sempat menjawab, pria berjubah merah itu mengangkat tangannya sedikit. Jemarinya yang panjang menjentik pelan.

WUUUSHH!!

Angin merah menyala berputar membungkus tubuh Xining. Dalam sekejap, kabut, jurang, dan panas lenyap dari pandangannya.

Di Sekte Langit Cerah

Xining terhuyung dan jatuh ke tanah berbatu. Ia tersentak, matanya terbuka lebar, mendapati dirinya berada di halaman dalam Sekte Langit Cerah, tepat di depan gerbang utama. Langit cerah membentang di atas, bebas dari kabut pekat jurang. Suara para murid bercampur tawa dan teriakan latihan terdengar dari kejauhan.

“Chen Yu?!”

Xining segera berdiri, kepalanya menoleh ke segala arah. Paniknya membuat napasnya memburu.

“Chen Yu!!! Di mana kau!?!”

Tidak ada jawaban. Tidak ada sosok yang ia cari. Pria berjubah merah pun lenyap, seakan tidak pernah ada.

Xining terjatuh lagi ke tanah, lututnya lemas. Tangisnya pecah, suaranya menggema di udara pagi.

“Chen Yu… kau di mana…? Kau belum mati… kan?”

Hanya angin sepoi yang menjawab, membawa suara lembut dedaunan.

Di tempat yang tak diketahui

Kabut merah pekat menggantung di udara. Tanah di bawahnya retak-retak, memancarkan cahaya magma yang berdenyut perlahan. Di tengah lingkaran rune kuno yang berputar, pria berjubah merah berdiri tegak. Di belakangnya, tubuh Chen Yu terbaring di atas formasi sihir yang memancarkan cahaya merah dan putih, seolah dijaga oleh kekuatan purba.

Pria itu, Zingtian, menatap langit yang berwarna darah. Matanya penuh gejolak emosi: amarah, kesedihan, dan kerinduan yang menyesakkan.

“Tubuhmu… terlalu lemah.”

“Tapi jiwamu… begitu sempurna.”

Ia menutup mata, membiarkan napasnya keluar perlahan. Cahaya rune di bawah kakinya berdenyut mengikuti degup hatinya.

“Tubuh utama begitu kejam…” gumamnya pelan. Tangannya mengepal, bahunya bergetar, seolah menahan sesuatu yang hampir meledak.

“Dia menciptakanmu dari sumber kehidupan Yin’er dan dirinya sendiri… Menggabungkan dua keberadaan suci dan kuno… menciptakan janin jiwa paling sempurna dalam sejarah kekosongan.”

Mata Zingtian berkilat, memandang langit seakan mencari jawaban.

“Tapi kenapa dia mengirimkanmu ke dunia kecil ini? Memasukkanmu ke tubuh seorang manusia lemah bernama Chen Yu… Menyegel kekuatanmu, bakatmu… bahkan ingatanmu… semuanya. Seolah ingin kau hanya menjadi manusia biasa.”

Suaranya mulai berat, napasnya kasar. “Tubuh utama mengorbankan dirimu demi rencana yang bahkan aku… tidak mengerti. Apa tujuannya? Apa yang dia sembunyikan?”

Tiba-tiba…

Suara lembut, hangat, dan penuh kasih sayang terdengar dari dalam dada Chen Yu. Suara seorang wanita… namun di balik kelembutannya tersembunyi kekuatan yang tak tergambarkan.

“Zingtian… tenanglah.”

Zingtian tertegun. Matanya melebar, suaranya tercekat. “Yin’er…?”

Namun suara itu tidak memberinya kesempatan untuk bertanya lebih jauh.

“Jangan banyak bertanya… belum saatnya. Saat waktunya tiba… kau akan mengerti segalanya.”

Zingtian terdiam, pandangannya jatuh pada wajah Chen Yu yang tenang seperti sedang tidur.

“Untuk sekarang… sembuhkanlah tubuhnya. Janin jiwa bersamaku. Dia baik-baik saja.”

Suara itu menghilang seperti embun yang menguap tersapu cahaya pagi, tanpa meninggalkan jejak.

Zingtian memejamkan mata sejenak, lalu membuka lagi. Ada kilau basah di sudut matanya. “Yin’er… kau masih hidup… dan kau menyelamatkan nya…”

Ia berlutut, menempelkan telapak tangan ke dada Chen Yu. Cahaya merah dan putih memancar dari tangannya, membentuk pusaran energi yang melingkupi tubuh Chen Yu. Simbol-simbol kuno bermunculan di udara, berputar mengelilingi mereka seperti bintang di langit malam. Tanah yang retak mulai menyatu, dan aroma dupa langit menyebar perlahan.

“Chen Yu…” suara Zingtian rendah, namun penuh janji. “Dunia ini belum siap untukmu. Tapi saat itu tiba… biarlah langit dan bumi menggigil.”

Angin berhenti bertiup. Cahaya menyelimuti tempat itu. Dalam keheningan, terdengar tarikan napas tipis. Jantung yang tadinya diam… berdetak kembali.

Chen Yu perlahan menarik napas. Matanya tetap tertutup, namun hidup telah kembali ke dalam dirinya.

Zingtian menatapnya lama, lalu tersenyum tipis.

“Satu hal yang pasti… dengan manifestasi Yin’er di dalam tubuhmu, kau tidak akan pernah mati.”

1
WaViPu
Suhan ini agak sengklek/Facepalm/
YAKARO: iyakan
total 1 replies
HUOKIO
ngakak liat puyou/Facepalm/
HUOKIO
anjayy. ada Xu Hao.
apakah Xu Hao yang di novel satu lagi Thor?
YAKARO: Mungkin bro
total 1 replies
WaViPu
gass terus
WaViPu
hahaa ada ada Chen Yu
HUOKIO
wait². apa ni?
tekejut awak Ruoying hamil. berarti yang malam dihutan itu Ruoying beneran kikuk kikukin Chen Yu yang lagi tidur/Plusone//Facepalm/
HUOKIO
bangke. ngakak lihat chen yu/Facepalm/
Don Pablo
Menarik/Chuckle/
HUOKIO
chen yu. ngapa lu bgil/Facepalm/
HUOKIO
ngakak banget. chen yu agak bdoh ternyata/Facepalm/
HUOKIO
Gass ke sekte biar kuat💪
HUOKIO
semakin mantap👍
HUOKIO
Muwan kasar juga ya😄
HUOKIO
Mantap untuk awal.
WaViPu
wkwkwkwk ngakak thor 🤣
WaViPu
mantap thor. cukup menarik.
Nanik S
Waduh Istrinya tambah lagi... nanti berapa lagi perempuan yang dinikahi
Nanik S
Bikin bosen saja Tor
YAKARO: Hahaa. sabar kakak. Nanti kakak juga tau kenapa Chen Yu begitu ke MuWan. Takdir yang terikat akan selalu tarik menarik/Proud/
total 1 replies
Nanik S
Chen Yufei begitu lemah dihadapan Mu Wan
Nanik S
Pergi saja ke Sekte Tianmang di Kekaisaran Zhou.. lupakan semua dan hidup di Dunia baru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!