Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 PPYD
Keesokan harinya....
Seperti biasa, Kamila mengantarkan Dandi terlebih dahulu lalu setelah itu mengantarkan Alesha. Kamila kembali mengantarkan Alesha seperti kemarin dan Alesha harus jalan kaki untuk sampai di depan sekolah. "Ma, Ale masuk dulu," pamit Alesha.
Kamila tidak mau mendengarkan ucapan Alesha, justru dia malah celingukan mencari mobil Jovanka. Alesha yang sudah mengulurkan tangan untuk berpamitan kembali menarik tangannya dan Alesha pun keluar dari mobil itu. Alesha berjalan dengan mata berkaca-kaca, tapi dia berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh.
"Kamu kuat Ale," batin Alesha memberikan semangat kepada dirinya sendiri.
Alesha berjalan sembari melamun, dari kejauhan Jovanka melihat Alesha. "Itu 'kan si Alesha, awas kamu Alesha," batin Jovanka dengan senyumannya.
"Pak, serempet anak itu," seru Jovanka.
"Apa! Nona itu kejahatan, bagaimana kalau nanti saya dilaporkan ke polisi," sahut sopir ketakutan.
"Saya ini anak bos kamu, mau nurut sama saya atau saya laporkan sama Papa supaya kamu dipecat!" bentak Jovanka.
"Tapi----"
"Hanya serempet saja, gak bakalan buat dia mati!" bentak Jovanka.
Sopir itu terlihat ragu-ragu. Jika tidak dituruti, pasti dia akan kehilangan pekerjaan dia tapi jika dia menurut, dia takut terkena masalah. Sementara itu, Kamila masih saja diam karena dia tidak akan pulang sebelum melihat Jovanka.
"Cepetan!" teriak Jovanka.
"Ba--baik, Nona," sahut si Sopir.
Akhirnya mau tidak mau si sopir harus menurut. Ia mulai menancapkan gas mobilnya dan menyerempet tubuh Alesha membuat Alesha terjauh. "Astagfirullah!" pekik Alesha.
"Berhenti, Pak!" perintah Jovanka.
Kamila kaget melihat Alesha tersungkur tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena yang melakukan itu adalah putri kandungnya. Jovanka menghampiri Alesha dan berdiri di hadapan Alesha dengan senyuman sinisnya. Alesha mengusap telapak tangannya yang berdarah dan bahunya yang terasa sakit.
"Hai, anak orang miskin, makannya kalau jalan itu jangan di tengah, mau mati kamu!" bentak Jovanka.
"Perasaan aku jalan sudah dipinggir, kamu sengaja ya, menyerempet aku?" ucap Alesha.
Jovanka membungkukkan tubuhnya dan mencengkram wajah Alesha. "Apa kamu bilang, jadi kamu menuduh aku melakukannya dengan sengaja!" bentak Jovanka.
Kamila dengan cepat keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri Alesha dan Jovanka. "Ada apa ini?" tanya Kamila pura-pura tidak tahu.
Jovanka mendelikan matanya ke arah Kamila. "Ibu siapa? ngapain ikut campur urusan kita?" sinis Jovanka.
"Tidak Nak, ibu hanya ingin memastikan saja. Memang anak ini salah sih karena sudah berjalan sambil melamun jadinya dia terserempet deh," ucap Kamila membela Jovanka membuat Alesha melotot mendengar ucapan Mamanya itu.
"Tuh, kamu dengar 'kan? siapa yang salah? awas ya, kalau kamu berani melapor kepada pihak sekolah aku akan membuat kamu dikeluarkan dari sekolah ini!" bentak Alesha.
Jovanka pun dengan cepat masuk ke dalam mobilnya kembali dan meninggalkan Alesha. Kamila berjongkok di hadapan Alesha. "Kamu jangan buat gara-gara sekolah di sini, Mama sudah menghabiskan banyak uang untuk menyekolahkan kamu di sini. Kamu tahu siapa anak itu? anak seorang pengusaha terkenal dan kamu jangan cari gara-gara sama dia," ucap Mama Kamila penuh penekanan.
"Tapi Ma, dia sendiri yang sudah nyerempet Ale," sahut Alesha.
"Diam kamu! sudah sana masuk," ucap Mama Kamila.
Kamila pun dengan cepat masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan Alesha yang masih terduduk di jalan. Dari kejauhan Edgar mulai melihat Alesha, bahkan Edgar mengerutkan keningnya saat melihat Alesha bangkit dan berjalan pincang.
"Hentikan mobilnya," perintah Edgar.
Mobil Edgar pun berhenti di samping Alesha membuat Alesha menoleh. "Kenapa kaki kamu pincang?" tanya Edgar dari dalam mobilnya.
"Tidak apa-apa, tadi aku jatuh," dusta Alesha.
"Masuk mobilku, jarak ke sekolah lumayan jauh," ucap Edgar.
"Terima kasih tapi tidak usah, aku bisa jalan. Lagi pula tinggal beberapa meter lagi," sahut Alesha.
Alesha pun kembali melanjutkan jalan. Edgar hanya bisa memperhatikan Alesha. Padahal semua anak perempuan ingin sekali dekat dengan Edgar tapi Alesha, di ajak satu mobil saja dengannya tidak mau.
Dengan susah payah Alesha berjalan pincang, hingga dia pun sampai di sekolah. Dia masuk ke dalam kelas dan membuat Grace kaget melihat kondisi Alesha yang lutut dan telapak tangannya berdarah. "Astaga, kamu kenapa Ale?" tanya Grace panik.
Alesha melirik ke arah Jovanka, dan terlihat sekali dia menatap tajam ke arah Alesha. "Tadi aku jatuh, Grace," sahut Alesha.
"Ceroboh sekali kamu, kita ke klinik aja yuk!" ajak Grace.
"Gak usah, nanti juga sembuh sendiri lagi pula cuma luka lecet saja," tolak Alesha.
Tidak lama kemudian, Edgar datang bersama temannya. Jovanka langsung menghampiri Edgar tapi sayang Edgar sama sekali tidak memperdulikan Jovanka. Edgar membawa bungkusan kecil dan menghampiri meja Alesha.
"Ini obati luka kamu, jangan sampai infeksi," ucap Edgar sembari memberikan bungkusan kecil itu.
Setelah memberikan bungkusan itu, Edgar pun pergi dan duduk di bangkunya. Jovanka lagi-lagi kesal akan perhatian Edgar itu. Sedangkan Alesha merasa tidak enak dengan perhatian yang diberikan Edgar.
"Ciee... dibelikan obat sama Edgar," goda Grace.
"Apaan sih," sahut Alesha dengan malunya.
Alesha segera mengobati tangan dan lututnya dibantu oleh Grace. Selama proses belajar, Alesha dan Edgar sering curi-curi pandang satu sama lain. Edgar pun entah kenapa merasa tertarik dengan perempuan cantik nan sederhana itu.
Istirahat pun tiba....
Kali ini Alesha tidak membawa makanan banyak, dia bawa makanan secukupnya saja karena takut dibully lagi. Tapi tiba-tiba Jovanka menghampiri meja Alesha dan Grace. Jovanka memukul meja membuat Alesha dan Grace kaget.
"Kamu benar-benar ngeyel ya, sudah dibilangin jangan deketin Edgar masih saja ngeyel!" bentak Jovanka.
"Aku tidak pernah mendekati Edgar, tapi dia sendiri yang deketin aku," sahut Alesha.
"Astaga, percaya diri sekali kamu dideketin Edgar. Memangnya kamu pikir, kamu siapa? pokoknya jika Edgar memberimu apa pun, kamu harus tolak awas kalau kamu terima lagi," ancam Jovanka.
Jovanka dan teman-temannya pun pergi. "Apaan sih, sok berkuasa banget dia. Seharusnya dia yang mikir, siapa dia sebenarnya? larang-larang orang sembarangan," kesal Grace.
"Sudahlah Grace, aku gak mau cari masalah dengan siapa pun," sahut Alesha.
"Tapi 'kan kamu tidak pernah mendekati Edgar, Edgar sendiri yang suka memberi perhatian sama kamu. Jangan-jangan Edgar suka lagi sama kamu, Le," ucap Grace.
"Jangan berpikiran terlalu jauh, aku sama Edgar bagaikan langit dan bumi. Lagi pula, mana ada dia suka sama cewek miskin kaya aku, dia itu anak orang kaya," sahut Alesha.
"Tidak ada yang tidak mungkin, Le," ucap Grace.
"Sudah ah, gak usah ngomongin itu," kesal Alesha.
Grace terkekeh melihat wajah Alesha yang terlihat memerah itu.
