NovelToon NovelToon
MAFIA DAN GADIS BUTA

MAFIA DAN GADIS BUTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Romansa / Roman-Angst Mafia / Dark Romance
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!

Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.

Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.

Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.

Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.

Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21. DIAM

Senja menjuntai perlahan di ujung cakrawala, menyapu langit dengan warna jingga keemasan yang menyala temaram. Angin membawa aroma laut dan harum mawar yang layu di ujung kelopaknya. Di taman belakang rumah Dawson, Camellia duduk seorang diri, jemarinya menyentuh ujung daun lavender yang lembab oleh embun senja. Ia mengenakan gaun krem pucat, rambutnya disisir rapi dan dibiarkan tergerai, seperti selimut tenang yang melingkupi tubuhnya yang tengah sunyi.

Namun, di balik ketenangan itu, hatinya riuh oleh gema luka yang belum sempat dijahit. Luka yang datang bukan dari orang asing, tapi dari suara seseorang yang paling ia percayai: Lucas.

Masih terngiang di telinganya.

'Kalau kau mengerti, tolong tinggalkan aku sendiri!'

Bentakan yang seharusnya tidak menyakitkan, karena ia tahu Lucas tengah letih, tengah bingung, tengah takut. Camellia bisa mendengar kelelahan dari suara pria itu semalam. Tapi tetap saja, luka itu mengalir pelan, seperti darah di bawah kulit yang tak terlihat mata.

Langkah kaki terdengar mendekat, melewati rerumputan taman yang basah. Camellia tahu langkah itu. Ia mengenali ritmenya, ketukan pelan-pelan yang gugup namun tak berani berhenti.

"Camellia," suara itu memanggil, berat, teredam oleh rasa bersalah. "Bisakah kita bicara?"

Gadis itu tidak menoleh. Ia tetap menunduk, membiarkan jemarinya menyusuri batang mawar berduri, seperti tengah mencari keberanian dalam diam.

Lucas berdiri di sampingnya, lalu berlutut agar bisa menatap wajahnya meski Camellia tak bisa melihat. Sorot matanya penuh keraguan, seperti seseorang yang berdiri di ujung tebing dan tak tahu apakah harus melompat atau mundur.

"Aku minta maaf," ucapnya lirih. "Aku tidak seharusnya membentakmu. Aku hanya ... aku takut. Aku lelah. Aku-"

"Aku tahu," potong Camellia pelan. Suaranya tenang. Terlalu tenang.

Lucas menahan napas. "Kalau begitu bisakah kita bicara sedikit serius? Aku tidak ingin jarak ini ada di antara kita. Aku tidak bisa."

Camellia berdiri perlahan, mengabaikan tangan Lucas yang refleks ingin membantunya. Ia menarik lengan bajunya sendiri, menepis udara, bukan tangan Lucas, tapi penolakan itu terasa nyata.

"Kau takut aku terluka, Lucas. Tapi kau menyakitiku lebih dulu," katanya, menghadap ke arah angin, bukan ke arah pria yang mencintainya. "Aku buta, tapi bukan bodoh. Aku tahu kau menyembunyikan banyak hal dan aku tidak memintamu untuk mengungkap semuanya. Aku hanya ingin kau menganggapku ada. Tapi kau tidak melakukan hal itu nyaris sebulan ini. Jika aku memang menjadi beban atau kau sudah bosan, bilang saja. Jangan buat aku ... selalu menunggumu."

Lucas meraih jemarinya, menggenggamnya erat. “Kau bukan beban. Aku tidak pernah bosan denganmu, tidak akan pernah bisa. Camellia, aku tahu sikapku tidak baik padamu akhir-akhir ini tapi-"

"Tapi kau tetap mendorongku menjauh," potong Camellia, kali ini suaranya mulai bergetar. "Aku buta tapi bukan berarti aku tidak tahu mana orang yang menjauhiku mana yang tidak."

Lucas menunduk. Jemari Camellia melonggar dari genggamannya, dan dalam sekejap, gadis itu melangkah menjauh.

"Camellia?"

Gadis itu berhenti sejenak. Tidak menoleh. Hanya berdiri membelakangi Lucas, tubuhnya bagai siluet lembut di antara cahaya senja.

"Mungkin lebih baik akhiri saja sampai sini sandiwaramu. Jika kau butuh sesuatu dari rumah ini, silahkan ambil. Lalu pergilah," tukas Camellia, lalu berjalan pergi menjauh, suara langkahnya menyatu dengan desir angin yang lewat.

"Sandiwara? Kau tahu?" gumam Lucas terkejut akan ucapan Camellia. Gadis itu tahu kalau Lucas hanya sandiwara sebagai tunangannya?

Sialan! umpat Lucas dalam hati.

Malam turun seperti tirai gelap yang menutupi seluruh rumah. Lucas berdiri di lorong kamar Camellia, menatap pintu putih itu seperti menatap palang batas yang tak bisa ia lewati.

Ia membawa secangkir teh hangat, minuman favorit Camellia. Ia mengetuk pelan.

Tok. Tok.

"Camellia? Ini aku. Lucas. Aku tahu kau belum tidur," panggil Lucas dengan nada selembut beledu.

Sunyi.

"Tehmu kubuatkan seperti biasa. Dengan madu dan kayu manis," ucap Lucas kembali.

Masih tidak ada jawaban.

Lucas menyandarkan dahinya pada pintu. Suaranya turun jadi bisikan.

"Aku menyesal. Bukan hanya karena membentakmu, tapi karena membuatmu merasa sendirian. Tapi percayalah aku tidak pernah melihatmu sebagai beban atau kesenangan semu. Aku ... tidak pernah sandiwara atas apa yang aku lakukan padamu selama ini. Mengobrol dan tertawa denganmu, aku sangat menyukai hal itu," kata Lucas penuh sesal.

Dari balik pintu, Camellia duduk di sisi ranjang. Tangannya menggenggam bantal di pangkuan, mendekapnya seperti menyembunyikan kesedihan yang tak ingin dipamerkan. Ia mendengar semua kata-kata Lucas. Dan hatinya tak stabil. Tapi ia tak bisa membuka pintu. Ia tidak tahu harus menghadapi Lucas seperti apa.

Bukan karena ia marah. Tapi karena takut jika terbuka, ia akan kembali jatuh dan berekspektasi kembali. Lebih takut kalau Camellia menjadi lemah dan luluh pada pria Lucas.

"Tehmu kutaruh di depan pintu. Minumlah agar kau bisa tidur nyenyak. Goodnight, Cammy," ucap Lucas akhirnya meletakkan cangkir teh di depan pintu, lalu berjalan pergi langkahnya berat, menggantung. Ia tidak bisa memaksa Camellia untuk bicara, ia akan memberikan ruang untuk gadis itu.

Pagi berikutnya, Camellia turun ke ruang makan lebih dulu. Ia duduk di ujung meja panjang, sendirian, membiarkan sinar mentari pagi menari di pipinya yang pucat.

Lucas masuk beberapa menit kemudian. Bajunya masih kusut, matanya sembab, tanda semalam ia tak tidur. Ia menatap Camellia, dan seperti biasa, ia ingin berkata sesuatu. Tapi Camellia sudah lebih dulu membuka suara.

"Selamat pagi, Lucas," ucapnya pelan, datar. Tak ada sapaan manis, tak ada senyum yang dulu menghangatkan pagi-pagi mereka.

Lucas berdiri di ambang ruang makan, sejenak terdiam. "Camellia?"

"Teh hangat tadi malam, terima kasih. Aku meminumnya." Ia menatap ke depan, bukan ke arah Lucas. "Kau membuatnya dengan baik. Seperti biasa."

Lucas duduk perlahan, menjaga jarak satu kursi darinya. "Boleh aku bicara?"

Camellia mengangguk. Tapi ketika Lucas membuka mulut, ia berkata cepat, "Bukan tentang bentakanmu. Aku tak ingin mendengarnya lagi. Aku sudah mendengar cukup kemarin."

Lucas mengepal tangannya di bawah meja. "Kalau begitu ... tentang kita."

Camellia menoleh pelan ke arahnya, dan untuk pertama kalinya, Lucas melihat wajah gadis itu benar-benar dingin. Bukan karena kebencian, tapi karena kekecewaan.

"Berikan aku waktu. Aku sedang tidak membicarakan apa pun denganmu saat ini," kata Camellia yang terdengar seperti memohon.

"Baik, jika itu maumu. Aku akan tunggu sampai kau mau bicara lagi padaku," jawab Lucas, menghargai keputusan gadis itu.

Hari-hari setelah itu menjadi tarian senyap. Mereka masih tinggal di rumah yang sama. Masih saling menyapa. Masih saling melihat dengan mata atau hati. Tapi tak lagi saling menyentuh.

Camellia mulai lebih sering berada di taman, memembaca di halaman-halaman Braille yang penuh dunia baru dalam imajinsi. Lucas menenggelamkan dirinya dalam penyelidikan, bertemu Zen lebih sering, mencari Seraphine Vale, memburu jejak Black Mantis.

Namun Lucas tidak berhenti untuk membuka obrolan dengan Camellia setiap kali ia punya waktu. Memberikan teh hangat setiap malam seraya berdoa agar Camellia mau memberinya kesempatan untuk bicara.

Angin pagi lainnya membawa aroma melati dan rosemary dari taman belakang, membelai pelan rambut Camellia yang tergerai di bahunya. Ia duduk di atas bangku batu, tangan terlipat di pangkuan, dan wajahnya menengadah ke langit, langit yang tak bisa ia lihat, tapi tetap ia rasakan keberadaannya.

Hari ini matahari terasa hangat, namun hati Camellia tetap terasa dingin. Luka yang ditorehkan oleh suara Lucas masih menggema di dalam kepalanya. Ia tahu itu bukan kemarahan murni. Ia tahu Lucas sedang lelah, sedang bingung, sedang berperang dengan bayangan yang tidak ia mengerti. Tapi tetap saja kata-kata itu menyakitinya.

Langkah kaki pelan terdengar di belakangnya. Camellia menoleh sedikit, mengenali aroma parfum lembut yang menyertainya.

"Camellia?" suara itu lembut. Suara Briana.

"Pagi, Briana," jawab Camellia pelan.

Briana duduk di sampingnya tanpa suara, membiarkan beberapa detik berlalu dalam diam sebelum akhirnya berkata, "Kau tak sarapan di ruang makan tadi."

Camellia tersenyum kecil. "Tak lapar."

Briana menoleh ke arah Camellia. "Apa ini tentang Lucas?"

Camellia tidak menjawab, tapi napasnya melambat. Matanya tertunduk.

"Aku tahu kalian sedang tidak baik-baik saja," ujar Briana dengan nada simpatik. "Kau boleh bicara padaku, Lia. Aku hanya ingin jadi tempatmu berlabuh."

Kata-kata itu, meski terdengar tulus, membawa nada manipulatif yang terselip rapi. Tapi Camellia, dalam luka dan kelelahan emosionalnya, tak menangkapnya. Ia hanya merasakan hangatnya pelukan kata-kata seorang sepupu yang terlihat peduli.

"Aku tidak ingin membencinya," ucap Camellia, nyaris seperti bisikan.

Briana menggenggam tangan Camellia. "Itu bukan salahmu, Lia. Kau sudah memberi segalanya, tapi tetap dianggap beban."

Camellia mengernyit. "Lucas tak pernah menganggapku beban."

Briana tertawa kecil. "Tentu saja tidak secara langsung. Tapi lihat apa yang dia lakukan. Dia menolakmu saat kau mencoba berada di sisinya. Lucas memilih menjauh. Kau mungkin tak bisa melihat ekspresinya, tapi aku bisa. Dia terlihat seperti seseorang yang ingin lari. Dan aku takut dia akan pergi sebelum sempat menjelaskan."

Camellia menarik napas dalam. "Lucas bukan pengecut."

"Tidak, tentu saja," ujar Briana cepat. "Aku tidak bermaksud menyudutkannya. Aku hanya ingin kau berhati-hati. Jangan sampai kau menggenggam terlalu erat seseorang yang sebenarnya ingin melepaskan."

Camellia diam. Kalimat itu menusuk lebih dari yang seharusnya. Tapi dikatakan dengan nada lembut yang membuatnya tak terasa seperti racun.

Briana menepuk tangan Camellia pelan. "Kau terlalu berharga untuk dibiarkan menunggu dalam diam, Lia. Aku ingin kau bahagia. Dengan atau tanpa Lucas."

Kemudian Briana bangkit. "Kalau kau butuhku, aku selalu di sini."

Camellia mengangguk perlahan. "Terima kasih, Bri."

Briana tersenyum, lalu berjalan kembali ke dalam rumah dengan langkah ringan. Tapi begitu melewati ambang pintu, ekspresi lembut di wajahnya berubah. Senyum itu mengerucut menjadi garis tipis yang penuh kalkulasi.

Ia memandangi pantulan wajahnya di cermin kecil di lorong, lalu bergumam pada diri sendiri, nyaris tak terdengar.

"Sedikit lagi, Camellia. Sedikit lagi sampai kau benar-benar melepaskannya," gumam Briana.

Sementara itu, Lucas berdiri di kamar kerja, menatap keluar jendela. Ia melihat Camellia dan Briana di taman, dan meski ia tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, sorot matanya menjadi suram.

Ia tahu Camellia sedang menjauh, dan ia sendiri yang menciptakan jarak itu.

Namun yang tak ia tahu, seseorang perlahan menempati ruang kosong yang ia tinggalkan dengan senyum yang lembut dan kata-kata yang terpilih seperti jebakan madu.

Dan untuk pertama kalinya, Lucas merasa waktu mungkin tidak akan cukup cepat untuk membawanya kembali ke sisi Camellia. Kalau begitu Lucas yang akan memaksa gadis itu bicara.

1
Jelita S
ulet bulu bntar lgi berubah jdi kelompong😄😄😄
Jelita S
❤️❤️❤️
ir
jika dulu Cammy di anggap boneka oleh Briana sekarang mari kita balik keadaan kita jadikan Briana boneka berjalan, kita ikutan segala permainan Briana seolah kita tetap orang bodoh hahahaha
ir
udah ga bisa ber word word pokok nya
hansen
Luke So sweet
ir
nanti teman² dan orang² yg udah menjauhi Cammy kalo, mereka melihat Cammy yg sekarang jadi perempuan yg cantik dan jadi wanita yg sempurna pada datang dan cari muka cihhh menjijikkan, nanti kalo mereka minta maaf, maafin aja Cammy tapi jangan pernah mau berteman dan dekat dengan mereka lagi ya sayang
Archiemorarty: Bener...maafin tapi jangan mau balik ke orang-orang itu. karena bakal sama aja nantinya 😌
total 1 replies
hansen
ini lah dunia yang sebenar cammy penuh warna ceria dan warna gelap yang menyakitkan lebih dari tidak bisa melihat..
ir
ga sabar lihat Briana matanya lepas 🤣🤣
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee
ir: owhhh jadi Cammy sama Rose cuma selisih satu tahun, kalo sama Lucas 6thn oke oke
Archiemorarty: Disini Lucas udah umur 28, jadi Rose & Rod 23, Cammy 22, Arthur & Arabella 33.
kejadian Rose pas Rose umur 20 terkahir kemaren, jadi 3 tahun setelahnya cerita Lucas sama Cammy ini.
total 2 replies
hansen
terbaik thor
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya semoga bisa menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Margaretha Indrayani
briana sepertinya sudah mulai gila, semoga lucas bisa memberikan pelajaran yang paling menyalitkan buat briana
Archiemorarty: Terima kasih udah bacanya, ikutin terus updatenya. Semoga bisa menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Jelita S
serasa ikut jelong2 ke Swiss Thor😄😄
Archiemorarty: Tujuanku, biar readers serasa ikut liburan ke swiss...padahal mah othornya yang penting jalan2 juga ke sana /Facepalm/
total 1 replies
Jelita S
Thor slalu tersentuh semua dengan kata demi kata di cerita mu ini, terlalu suka dengan critamu
Archiemorarty: Aku buat yang terbaik buat para Readers. karena aku juga sebagai Readers seneng kalau ketemu cerita yang bagus. semoga ceritanya bisa menghibur waktu senggangnya kakaknya ya 🥰
total 1 replies
hansen
tetap la disamping lucas apa pun yang bakal berlaku kedepan cammy, dengan berganding bahu berdua percaya lah semua benang merah akan terungkai jawapan nya..itu lebih mudah melumpuhkan musuh adalah tetap disamping lucas
piaww😼: Tanggung jawab gakk/Sob//Sob/,pas baca senyum-senyum sendiri terus salting malah dikira orang gila sama adikku
Archiemorarty: setuju /Scream/
total 2 replies
ir
Lucas yg meyakinkan Cammy saat rapuh, Lucas yg selalu ada. untuk Cammy, yg tidah pernah memandang kekurangan Cammy yg membawa dunia baru bagi Cammy, tapi nanti orang lain yg berusaha merebut posisi Lucas hahh pasti ituu
Archiemorarty: oh, silahkan saja. Lucas kita didikan bapak Rion. tahu sendiri kan /CoolGuy/
total 1 replies
Della Alfira
lagiii lagiii lagiii thorr😭
Archiemorarty: Hahaha...sabar ya. ditunggu setiap updatenya ya
total 1 replies
Jelita S
kok aku gk sabaran y liat Lukas bucin akut sama Cammy😀😀😀
Archiemorarty: Sama aku juga...
total 1 replies
ir
ayoo kita dampingi cucu menantu kita glow up, sebelum pulang ke rumah cammy sendiri, nanti ajak mampu dulu ke rumah calon mertua dulu ya kak, bila perlu menetap ajalah di kediaman Lorenzo, biar bianca uring²an
ir
aku baru mau komen, alhamdulillah ga ada gangguan dari ulat birahi ehh part selanjutnya nongol 😌😌
Archiemorarty: Hahahahaha, apa itu damai
total 1 replies
Jelita S
ah si ulet bulu masih sok perhatian,,hempaskan Briana 😡😡
Archiemorarty: hahahaha.... keributan itu wajib
total 1 replies
Jelita S
GK sabar liat Cammy bisa melihat🥰🥰🥰
Archiemorarty: percaya othor lebih gx sabar liat cammy bia liat 😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!