Di tahun 2036, dua agen elit Harzenia Intelligent Association (HIA), Victor dan Sania, mendapatkan tugas khusus yang tak biasa: mudik ke kampung halaman Victor. Awalnya terdengar seperti liburan biasa, namun perjalanan ini penuh kejutan, ketegangan emosional, dan dinamika hubungan yang rumit
Sejak Kekaisaran jatuh hanya mereka God's Knight yang tersisa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emperor Zufra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8:Jadi dong, Masak gk jadi
Mereka pun melanjutkan perjalanan ke Granada pada malam hari. Perjalanan itu memakan waktu kurang dari 3 jam, karena mereka harus berhati-hati agar tidak terdeteksi oleh kelompok Abyss. Dalam perjalanan, Sania dan Victor tertidur di atas Phantom Line hingga keesokan harinya.
Saat pagi tiba, mereka dibangunkan oleh Gustava.
"Woy, bangun! Kalian sudah sampai di tujuan," ucap Yorki.
Tak lama kemudian, mereka terbangun dan segera mengemasi barang-barang dari kereta. Mereka diturunkan di sebuah daerah bernama Seventh.
"njir sampai sini doang gk di sampaikan ke rumah Orang tuanya Victor" ucap Sania
"Maafkan Kami tak bisa mengantar kalian sampai ke tujuan karna kami ada urusan lain jadi ya Sorry ya kids"
"Njir Jalan lagi nih," Ucap sania ke Gustava
"kami minta maaf sekali karna tak bisa membantu banyak" Jawab Gustava
"Gak papa kok karna kami juga berterimakasih sekali karna sudah membantu kami di kota Loja dan Malaga tadi kami juga gk papa kok jalan kaki" ucap Victor
"Hadeh, ya udah sih" jawab Sania
Sania dan Victor pun berterima kasih atas tumpangan yang diberikan kedua agen itu. Yorki dan Gustava pamit, lalu pergi meninggalkan mereka. Victor dan Sania kemudian melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki menuju kampung halaman Victor.
Di dalam Phantom line tak lama setelah Perpisahan.
"Anak-anak itu Polos juga hampir saja rencana kita ketahuan" Ucap Gustava
"Tapi mereka Kuat sekali kau tahu kan Para God's Knight itu dlu adalah Pewaris darah kerajaan harzenia ku dengar mereka Kuat secara Sihir" jawab Yorki
"Ya aku tahu, Untung mereka tidak tahu apa yang kita lakukan di Negara ini" Ucap Gustava
"Tugas kita cuma memantau dan Mengawasi situasi selama blokade, ini santai jangan asal maju dan gegabah" Ucap Gustava
"jika harzenia bertindak gegabah dan sampai melibatkan militer kita mungkin terpaksa Bertindak karna bisa memicu Perang Besar lagi" Ucap Gustava
"Jelas itu tidak bisa di hindarkan situasi ini semakin gila saja." jawab Yorki
Kembali ke Victor dan Sania Sudah dua jam mereka berjalan, tapi belum juga sampai. Untuk mengisi kekosongan, Sania pun mulai bertanya.
"Woy, Victor," ujar Sania.
"Apa?" jawab Victor.
"Kira-kira keluargamu bakal kaget nggak kalau lihat gue?"
"Mungkin sedikit," jawab Victor santai.
"Gue nanti harus bilang apa pas ketemu?"
"Bilang aja kamu rekan kerjaku. Gampang, kan?"
"Baiklah," ucap Sania singkat.
Sepanjang perjalanan, Victor terus mengeluh karena panas dan kelelahan. Sampai akhirnya dia berteriak,
"Aaah! Aku nggak tahan harus jalan terus!"
Sania menoleh, "Tumben, bukan gue yang ngeluh."
Victor pun mengambil lencananya dan berubah ke Wujud The Kid.
"Berubah!" teriaknya, dan ia pun mengenakan setelan koboi merah andalannya.
"Mulai," ucap Sania, mengamati perubahan Victor. Namun, bukannya jadi kuat, Victor justru terlihat makin kelelahan. Tak lama kemudian, ia kembali ke wujud normalnya.
"Aduh, capek banget," ucap Victor sebelum jatuh pingsan ke tanah.
Bruk!
Sania menatapnya datar.
"Si anjing malah pingsan," gumamnya sambil menarik kepala Victor dan menyeretnya ke arah sebuah desa. Namun, tak lama kemudian Sania sendiri ikut pingsan karena kelelahan.
Beberapa saat kemudian, sesosok bayangan mendekati mereka.
"Apa yang dilakukan dua orang aneh ini di gurun antah berantah ini?" ucapnya. Sosok tersebut lalu membawa Victor dan Sania ke rumahnya.
Tiga jam berlalu. Sania terbangun lebih dulu, masih dalam keadaan lemas di atas kasur, bersama Victor. Mereka diselimuti kain berwarna ungu. Dalam keadaan setengah sadar, Sania bergumam,
"Di mana aku?"
Tak lama, sosok yang menyelamatkan mereka muncul.
"Oh, kalian sudah bangun ternyata," ujarnya.
Sania yang pandangannya masih samar bertanya,
"Siapa kau?"
"Tenang, aku akan memperkenalkan diriku setelah temanmu bangun. Untuk sekarang, makanlah dulu. Aku sudah siapkan makanan," jawabnya.
Sania curiga,
"Kenapa aku harus percaya sama kamu?"
Sosok itu tersenyum,
"Kau tak perlu khawatir. Aku bisa dipercaya. Kita berada di sisi yang sama."
Tak lama kemudian, Victor pun terbangun. Sosok itu lalu menjelaskan apa yang terjadi dan kembali mengajak mereka untuk makan, karena waktu berbuka puasa telah tiba. Karena belum sahur sebelumnya, Victor langsung semangat saat mendengar ajakan itu. Sania masih tampak waspada, tapi akhirnya ikut duduk di meja makan.
"Ayo, silakan makan, Nona," ucap sosok itu.
Victor menyantap makanan dengan lahap.
"Ayo, Sania. Makan deh, enak loh," ujarnya sambil mengunyah.
"Iya," jawab Sania pelan sebelum mulai makan.
Setelah beberapa suap, Sania kembali bertanya,
"Siapa sebenarnya kamu? Dan kenapa mau bantuin kami?"
Sosok itu tersenyum.
"Huh, baiklah. Namaku Vladimir Noel, kau bisa panggil aku Noel."
Sania semakin curiga,
"Kenapa orang seperti kamu mau bantuin kami?"
Noel hanya tertawa,
"Nona, kau harus mengurangi rasa curigamu itu. Yang kedua, kita ini satu yayasan. Jadi, sudah seharusnya kita saling membantu."
Sania terdiam.
"Satu yayasan? Maksudmu...?"
"Benar. Aku juga seorang agen super, sama seperti kalian."
"Apa!?" Victor dan Sania berseru kaget.
"Benar," Noel mengangguk.
"Berapa banyak agen yang kita temui hari ini? Ini sudah yang ketiga," keluh Victor.
"Hahaha! Ya, tapi tugasku agak spesial," kata Noel.
"Apa maksudmu 'spesial'?" tanya Sania.
Noel menjelaskan bahwa setiap bulan Ramadan, agen-agen dari HIA, IIA, dan GIA (Geomardo Intelligence Association) selalu bekerja sama sejak insiden Solar Pillar, untuk menjaga umat Islam dari serangan Abyss dan sisa-sisa Hand of Devil demi menjaga kondisi dunia tetap aman dan damai.
"Jadi kamu dari GIA?" tanya Victor.
"Tepat sekali. Aku agen super dari Geomardo."
Victor dan Sania pun mulai percaya pada Noel. Lalu, giliran Noel yang bertanya tentang tujuan mereka. Setelah mendengar cerita mereka, Noel malah tertawa terbahak-bahak.
"Hahahaha! Ahahahaha!"
"Apa yang lucu?" tanya Victor bingung.
"Kalian mau ke desa Rowling, kan?"
"Iya, terus?"
"Kalian tahu nggak? Desa itu cuma 1 km dari sini!"
Victor dan Sania saling pandang.
"Terus apa lucunya?"
"Lucunya, kalian tuh pingsan persis di pinggiran desa itu. Eh, malah gue bawa kalian ke rumah gue. Jadi, bisa dibilang gue malah ngejauhin kalian dari tujuan!"
"Jir, lah..." ucap Victor dan Sania bersamaan.
"Tenang, habis Isya nanti, gue antar kalian ke sana."
Setelah salat Isya. Noel mengantar mereka ke desa Rowling. Akhirnya, Victor sampai di kampung halamannya.
"Akhirnya sampai juga! Ya Allah!" teriak Victor bahagia.
Sania pun ikut merasa senang dan terbawa suasana. Mereka berdua spontan berpelukan. Namun, mereka segera sadar dan jadi canggung.
"Ehh, itu salahku," ucap Sania cepat.
Victor hanya mengangguk sambil tersenyum.
Sebelum pergi, Noel berkata:
"Kalau kalian butuh bantuan, panggil saja aku."
Victor hanya membalas dengan anggukan dan acungan jempol. Mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju rumah Victor.
Sesampainya di rumah, Sania agak terkejut melihat rumah keluarga Victor. Tidak semegah yang ia bayangkan—hanya rumah besar yang sederhana.
"Ini benar rumahmu?" tanya Sania.
"Jelas dong," jawab Victor.
Tak lama kemudian, seorang anak kecil berteriak dari dalam rumah.
"Nenek! Paman Victor pulang!"
Ibu Victor, Margaretha Enus, datang berlari dan langsung memeluk Victor, disusul oleh ayahnya, Toni Enus.
"Kau pulang juga, Nak. Bagaimana pekerjaanmu di kota? Baik?" tanya mereka penuh hangat.
Tapi perhatian mereka langsung beralih saat melihat Sania—seorang gadis cantik berkerudung hijau dengan mata oranye yang menawan. Ibu Victor bahkan hampir pingsan karena terkejut. Untung Victor sigap menangkap dan menyadarkannya.
Setelah sadar, sang ibu berseru,
"NAK! Aku tidak tahu kalau kamu... SUDAH MENIKAH!?"
Teriakan itu langsung memanggil seluruh anggota keluarga keluar dari rumah, mengerubungi Sania.
"Nak, kami tidak tahu kalau kamu sudah menikah!" kata sang ayah.
Sania ingin menjelaskan bahwa mereka hanya teman, namun belum sempat bicara, Victor memeluknya dan berkata,
"Ya, ya, Bu. Perkenalkan, ini istriku, Sania."
Sania terkejut. Tapi karena keadaan sudah terlanjur, ia pun ikut bersandiwara.
"Y-ya, Bu... Saya istrinya Victor. Nama saya Sania."
Ibu Victor tampak sangat bahagia dan langsung menggandeng Sania, mengajaknya berkeliling rumah dan menyambutnya dengan penuh antusiasme. Sementara itu, Sania sempat menatap Victor tajam dan berbisik,
"Awas kau nanti..."
Victor hanya tersenyum canggung.
Bersambung.....
.hai salam kenal/Good/
bab nya panjang sekali