NovelToon NovelToon
Bintangku 2

Bintangku 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Cintapertama / Keluarga / Cintamanis
Popularitas:182
Nilai: 5
Nama Author: Sabana01

sambungan season 1,
Bintang kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya, tiba-tiba omanya berubah. ia menentang hubungannya dengan Bio

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyesal dan ingin memperbaiki

Langkah Bio begitu cepat hingga hampir berlari di lorong rumah sakit yang lengang. Napasnya berat, dada terasa sempit, seolah seluruh penyesalan menekan paru-parunya.

Setiap detik yang lewat sejak ia tahu Bintang pingsan—rasanya seperti hukuman.

Ia berhenti begitu melihat papan di depan pintu:

Ruang Rawat 3B

Pasien: Yolanda Bintang

Bio langsung ingin memutar gagang pintu.

Namun suara dingin menahannya.

“Bio.”

Bio menegang.

Ia mengenali suara itu.

Perlahan ia berbalik.

Di sana, berdiri Oma Rosmawati—anggun, tegak, wajah tanpa ekspresi seperti biasa, tapi matanya tajam penuh penilaian.

Waktu mendadak terasa berhenti.

“Oma…” Bio menunduk sedikit, sopan tapi tegang.

Rosmawati melipat tangan di dada.

“Kamu datang juga akhirnya.”

Kalimat itu sederhana.

Tapi cara beliau mengucapkannya—dingin dan menusuk—membuat lutut Bio hampir goyah.

“Apa… apa kondisi Bintang sudah membaik?”

Suaranya kecil, hampir bergetar.

Oma tidak langsung menjawab.

Ia menatap Bio dari ujung kepala hingga kaki—sementara Bio hanya berdiri kaku, seperti seorang anak yang menunggu hukuman.

“Kamu datang sekarang,” kata Oma perlahan. “Setelah dia mencarimu sampai jatuh pingsan?”

Bio mengatupkan rahang.

Rasa bersalah menampar lebih keras dari pukulan Rama tadi.

“Saya…Saya mengaku salah, Oma. Saya tahu.”

Nafasnya berat.

“Saya datang karena —takut kehilangan dia.”

Wajah Oma tetap kaku.

“Kamu memang hampir kehilangannya.”

Darah Bio terasa dingin seketika.

“Jadi, lebih baik kamu pulang,” lanjut Oma dingin. “Bintang tidak membutuhkan tambahan stres.”

Bio seperti ditarik kembali ke masa kecilnya—ketika ia selalu merasa tidak cukup baik untuk apa pun.

Tapi kali ini, perempuan yang ia cintai ada di balik pintu itu.

Ia tidak bisa mundur.

“Dengan segala hormat…” Bio mengangkat wajahnya, kali ini lebih tegas.

“Biarkan Bio melihat dia. Hanya sebentar. Tolong.”

“Untuk apa?”

Nada Oma tajam.

“Untuk memastikan dia baik-baik saja. Untuk meminta maaf.”

Bio menelan rasa sakit di tenggorokannya.

“Untuk bilang kalau saya tidak akan pergi lagi.”

Oma terdiam.

Keheningan itu panjang—cukup lama membuat Bio gelisah dan takut.

Akhirnya Oma bersandar sedikit ke dinding, helaan napasnya terdengar halus sekali.

“Bio,” katanya rendah. “Kamu itu anak baik. Oma tahu itu.”

Bio mengangkat wajah, terkejut.

“Tapi cinta saja tidak cukup untuk menjaga cucu Oma,” lanjutnya tegas. “Kamu tahu itu, kan?”

Bio mengangguk. “Saya tahu oma. Tapi saya tetap mau berusaha, dan buktikan ke pada oma kalau saya akan menjaga Bintang dengan baik.”

Oma tersenyum sinis.

"Menjaga? Kamu saja sudah buat cucu satu-satunya saya terluka seperti itu"

Bio mengepal tangannya erat, ia sadar akan kesalahannya. Ia harus memperbaikinya.

"saya minta Maaf oma, tolong biarkan saya bertemu Bintang"

Oma memandangnya lama.

Tatapan itu tidak lagi setajam awalnya, tapi penuh kehati-hatian.

“Kamu sudah menyakiti Bintang.”

“Aku tahu oma” Bio mengepal tangan. “Dan a akan menghabiskan sisa hidup saya untuk memperbaikinya kalau dia izinkan.”

Jeda.

Oma perlahan melepas napas, lalu bergeser dari depan pintu.

“Masuk.”

Bio seperti tersengat.

Ia hampir tidak percaya.

“Tapi…” Oma menatap tajam lagi. “Jangan buat dia menangis lagi malam ini. Satu kata saja yang salah dari mulutmu—aku suruh kamu keluar.”

Bio mengangguk keras. “Iya, Oma. Saya janji.”

Oma menatapnya sekali lagi, lalu berbalik berjalan menjauh.

Bio memegang gagang pintu dengan tangan gemetar.

Ketika ia membuka pintunya perlahan dan melihat Bintang—

Hanya tubuh rapuh dengan wajah pucat itu di ranjang rumah sakit.

Napas Bio tercekat.

“Bintang…” bisiknya.

Ia melangkah masuk dengan hati yang terasa pecah sekaligus lega.

Pintu menutup pelan di belakangnya.

Dan dunia di luar menghilang—menyisakan hanya mereka berdua, di ruangan kecil dengan cahaya redup dan suara monitor detak jantung yang lembut.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!