Aku Bukan Simpanan, Tapi Istri Yang Disembunyikan

Hahaha...

"Dia pikir bisa lari membawa uang hasil jual mahar? Aku tidak akan membiarkan perempuan murahan itu mengambil keuntungan dari Adnan." Ucap Tuan Aksa sengit.

"Tapi, jangan sampai Adnan tahu. Mama merasa dia kembali memikirkannya. Sasha kemarin curhat sambil menangis, katanya Adnan mengigau dalam tidurnya memanggil-manggil nama perempuan lain." Ucap Nyonya Diana terlihat cemas.

"Apa sampai sekarang Sasha tidak tahu tentang masa lalu Adnan? Jangan sampai hal itu terjadi. Mama harus pastikan rahasia pernikahan Adnan dengan Daisy tetap tersimpan. Papa takut, jika Sasha tahu lalu merasa kita telah menipunya. Maka saham yang dijanjikan bisa dibatalkan sepihak." Ucap Tuan Aksa.

"Untuk Sasha, dia tidak akan pernah tahu jika sebenarnya dia hanya dijadikan Istri kedua Adnan. Asalkan jangan sampai Daisy muncul, lalu mengacaukan semua rencana kita. Mama akan usahakan untuk meracuni pikiran Sasha, supaya dia berfikir jika dialah Istri Pertama Adnan. Seandainya Daisy muncul lalu mengakui, Sasha bisa menepis kebenaran itu." Ucap Nyonya Diana tersenyum licik.

"Bagus, cuci otak Sasha dengan baik supaya dia tahunya dialah yang pertama dinikahi oleh Adnan. Biar saja jika Daisy muncul dia yang akan disebut PELAKOR. Karena pernikahan dia dan Adnan tidak ada bukti buku nikah. Tidak ada kekuatan hukum yang melindunginya dari hujatan masyarakat luas." Dan ternyata pemikiran Tuan Aksa jauh lebih licik dan manipulatif.

"Itulah kenapa Papa mengusulkan pernikahan mewah untuk Adnan dan Sasha. Supaya seluruh dunia tahu, jika Sasha adalah Istri SAH Adnan. Bukan Istri yang dinikahi siri lalu disembunyikan dengan alasan restu. Karena sampai hari kiamat pun, wanita miskin kampungan itu tidak layak menjadi menantu Keluarga Baskara." Ucap Tuan Aksa mengepalkan tangannya.

Ambisi dan obsesi menjadi Pengusaha paling kaya se-Indonesia membuat Tuan Aksa lupa jika di atas langit masih ada langit. Apalagi merendahkan orang lain hanya karena status sosial, yang kemungkinan justru orang itu menjadi lebih tinggi derajatnya suatu hari nanti.

Karena roda kehidupan terus berputar, dan semua yang terjadi adalah karma dari semua amal perbuatan. Hukum tabur tuai berlaku sesuai dengan apa yang kita tanam. Apalagi medzalimi Daisy yang tidak pernah punya salah dengan mereka. Membenci tanpa alasan yang jelas, sampai membakar rumah yang tidak ada hubungannya dengan pertikaian ini.

Kehebohan terjadi di Kampung Pinus Buntu, mereka menangisi rumah Daisy yang terbakar habis tanpa sisa. Pemadam Kebakaran yang datang terlambat, entah karena alasan apa lagi. Jika bicara soal jalan sempit, TIDAK! Karena rumah Daisy ada di pinggir Jalan Raya Besar. Air? Banyak, ada sungai yang mengalir deras melewati rumah warga.

Tentu saja, keterlambatan Pemadam Kebakaran atas campur tangan Tuan Aksa. Yang sudah memanipulasi banyak keadaan. Di saat rumah Daisy menjadi abu, Tuan Aksa dan Nyonya Diana mengadakan pesta di rumahnya.

Pasangan suami istri paruh baya itu mengundang banyak teman bisnis dalam acara hura-hura seolah telah memenangkan tender triliunan rupiah.

Menganggap jika hancurnya rumah Daisy menjadi abu sebagai kemenangan telak atas penderitaan hidup orang lain.

"Cheerrsss... Pesta untuk kemenangan kita." Ucap Nyonya Diana mengangkat tinggi minuman berwarna merah beralkohol tinggi.

Mereka semua larut dalam euforia palsu, karena sebenarnya mereka sedang menggali lubang untuk kehancuran yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Sedangkan Daisy bingung karena Kang Rudi sudah tidak bisa dihubungi. Dalam hati bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi setelah percakapan mereka terakhir kali lewat telepon. Tentang nasehat dari Pak RT yang memintanya menyembunyikan identitas asli.

"Jadi mereka ingin aku hancur? Mereka tidak ingin aku menemui Adnan? Mereka takut dengan kehadiranku?"

"Baiklah tunggu kedatanganku, akan aku jadikan ketakutan kalian menjadi nyata. Aku akan hadir sebagai mimpi buruk yang setiap langkahku adalah kehancuran hidup kalian." Gumam Daisy.

Keesokan harinya, Daisy meminta bertemu dengan Tania dan Maureen secara private di tempat yang tertutup.

"Ada apa, kenapa kamu membawa kami ke tempat yang sepi?"

"Kemarin para tetanggaku di kampung memberi tahu bahwa orang tua suamiku menyuruh beberapa orang berbadan besar untuk mencari keberadaanku sekarang. Bahkan pak RT bilang supaya aku harus mengganti identitas diri supaya aku tidak mudah ditemukan." Ucap Daisy dengan tangan terkepal.

"Sampai segitunya tingkah Mertua kamu, apa memang pernikahanmu tidak direstui?"

Maureen dan Tania menatap iba, pada teman yang baru mereka kenal tapi sudah merasa dekat.

"Iya, 3 tahun aku menikah tanpa restu, tanpa tahu siapa keluarga suamiku, tanpa tahu di mana asal suamiku." Jawab Daisy.

"Mungkin, Mertua kamu sengaja ingin menghancurkanmu karena takut kamu menjadi duri dalam pernikahan kedua suamimu."

Pendapat Maureen yang terdengar masuk akal, dan memang itu kebenarannya.

"Mungkin, mereka hmm... maaf malu punya menantu dari kalangan biasa. Dengan kata lain, suami kamu bukan orang sembarangan dan istri keduanya ini punya banyak kelebihan daripada kamu, mungkin banyak harta." Ucap Tania yang diangguki Maureen.

"Kalian berdua benar." Sahutnya datar.

"Aku dibandingkan istri kedua suamiku memang berbeda, jauh sekali perbedaannya. Percayalah aku yang lebih baik. Aku bicara demikian, bukan karena tingkat kepercayaan diriku yang tinggi. Suatu hari kalian akan setuju dengan apa yang aku katakan, setelah tahu siapa suamiku dan siapa istri keduanya." Lanjut Daisy dengan tatapan tajam penuh dendam.

"Lantas sekarang apa rencanamu, Daisy?" Tanya Maureen merasa jika permasalahan Daisy lebih pelik daripada masalahnya.

"Apa kalian punya kenalan yang bisa bantu aku mengganti identitas? Tapi aku ingin ini dirahasiakan. Dalam artian pergantian identitasku tidak bisa dideteksi oleh siapa pun. Karena untuk sementara aku ingin bersembunyi dari mereka." Ucap Daisy.

"Bersembunyi untuk mengumpulkan kekuatan, sebelum aku muncul dan menghancurkan mereka. Kalian tahu, aku hanya sendirian. Tidak punya keluarga ataupun teman yang membantu..." Ucapan Daisy tidak disukai oleh Maureen ataupun Tania.

"Kamu tidak menganggap kami teman? Kamu tidak percaya dengan kami? Lalu untuk apa pertemuan ini?" Tania salah paham dan kecewa.

"Maaf... Bukan maksudku seperti itu. Tania, Maureen, aku berterima kasih atas semua bantuan dari kalian. Sejak awal kenalan, kalian sudah baik dan bersedia membantuku sampai detik ini tanpa kenal pamrih. Tapi... Aku takut jika kalian tahu siapa suami yang aku maksud, kalian tidak percaya dan mungkin akan menjauhiku." Jujur Daisy.

"Makanya, kamu bicara jujur dong. Siapa nama suami kamu itu." Ucap Tania dengan sedikit menuntut.

"Maaf, aku belum siap mengatakannya. Yang jelas kali ini aku butuh mengganti identitas." Ucap Daisy.

"Aku tahu, siapa yang bisa membantumu. Tapi aku ragu, apa dia mau membantu." Ucap Maureen.

"Katakan, siapa orangnya?" Desak Daisy.