NovelToon NovelToon
Rahasia Kakak Ipar

Rahasia Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / CEO / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / Konflik etika
Popularitas:103.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Satu malam yang kelam … mengubah segalanya.

Lidya Calista, 23 tahun, gadis polos, yang selama ini hanya bisa mengagumi pria yang mustahil dimilikinya—Arjuna Adiwongso, 32 tahun, suami dari kakaknya sendiri, sekaligus bos di kantornya—tak pernah membayangkan hidupnya akan hancur dalam sekejap. Sebuah jebakan licik dalam permainan bisnis menyeretnya ke ranjang yang salah, merenggut kehormatannya, dan meninggalkan luka yang tak bisa ia sembuhkan.

Arjuna Adiwongso, lelaki berkuasa yang terbiasa mengendalikan segalanya. Ia meminta adik iparnya untuk menyimpan rahasia satu malam, demi rumah tangganya dengan Eliza—kakaknya Lidya. Bahkan, ia memberikan sejumlah uang tutup mulut. Tanpa Arjuna sadari, hati Lidya semakin sakit, walau ia tidak akan pernah minta pertanggung jawaban pada kakak iparnya.

Akhirnya, gadis itu memilih untuk berhenti kerja, dan menjauh pergi dari keluarga, demi menjaga dirinya sendiri. Namun, siapa sangka kepergiannya membawa rahasia besar milik kakak iparnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Penolakan Lidya

“Udah, yuk pulang bareng. Sopir udah nunggu di parkiran,” ucap Eliza riang sambil menarik tangan suaminya. “Kamu juga bareng kami, kan, Lid?”

Lidya menoleh cepat. “Ah, tidak usah, Kak. Aku pulang sendiri aja. Nanti aku pesan taksi online.”

Eliza langsung mengerutkan kening. “Lidya, kamu tuh kenapa? Biasanya juga bareng. Kan mobilnya juga lega. Toh sopirnya Mas Arjuna bisa sekalian anterin kamu.”

Lidya menggeleng pelan, suaranya tenang tapi tegas. “Aku tidak mau merepotkan. Lagi pula … aku memang mau mampir dulu.” Padahal ia tidak mampir ke mana-mana, hanya sebuah alasan untuk menjauh dari kakak iparnya.

Arjuna menatapnya. “Mampir ke mana?” tanyanya lirih, nada suaranya sulit dibaca.

Lidya tersenyum tipis tanpa benar-benar menatap matanya. “Ke rumah teman. Ada barang yang harus diambil.”

“Kami bisa antar kamu dulu—” potong Arjuna cepat, tapi terhenti karena Eliza menepuk lengannya pelan.

“Sudahlah, Mas. Kalau Lidya mau sendiri, ya biarin aja,” ucap Eliza lembut. “Dia memang tipe yang nggak suka diatur.”

Lidya tersenyum samar mendengar kalimat itu. “Terima kasih, Kak. Aku langsung pamit, ya.”

Eliza menahan tangan adiknya sebentar. “Yakin nggak mau bareng?”

Lidya mengangguk. “Iya, Kak. Aku udah pesan mobil.”

Eliza akhirnya mengalah. “Ya sudah, hati-hati di jalan, ya. Nanti kabari kalau udah sampai rumah, salam ya buat mama.”

Lidya mengangguk lagi. “Iya.”

Arjuna diam saja sejak tadi. Ia hanya berdiri dengan posisi tangan di saku celana, matanya mengikuti setiap gerak Lidya. Tatapan itu tak bisa didefinisikan—antara khawatir dan tertekan.

Saat Lidya melangkah menjauh, Arjuna nyaris memanggil. Bibirnya terbuka sedikit, tapi tak ada suara yang keluar. Ia hanya bisa menatap punggung itu semakin menjauh di tengah kerumunan penumpang.

“Eliza.” Suaranya akhirnya terdengar pelan.

“Iya, Mas?”

“Dia kelihatan lelah,” gumamnya tanpa sadar. “Tadi di pesawat juga nggak banyak bicara.”

Eliza tersenyum lembut, menyandarkan kepala di bahu suaminya. “Namanya juga Lidya. Dari dulu kan begitu. Kalau lagi stres kerja atau kuliah tuh, dia suka diam. Tapi nanti juga baikan sendiri.”

Arjuna tidak menjawab. Tatapannya masih mengikuti arah kepergian Lidya hingga hilang di pintu keluar.

Eliza menatap wajah suaminya yang tampak aneh—ada ketegangan yang tak biasa di rahangnya. “Mas,” panggilnya pelan, “kenapa diam aja?”

Arjuna menggeleng. “Nggak apa-apa. Capek aja.”

Eliza terkekeh kecil, mengeratkan pelukannya di lengan suaminya. “Aduh, kamu tuh ya, dari tadi kok kaku banget sih? Biasanya kalau aku jemput, kamu langsung peluk aku duluan. Ini malah datar banget.”

Arjuna tersenyum kaku. “Mungkin karena penerbangannya terlalu panjang.”

“Tapi kan cuma satu jam setengah.”

Arjuna tidak menjawab. Ia tahu Eliza sedang bercanda, tapi otaknya sibuk dengan pikiran lain. Ia merasa bersalah pada dirinya sendiri, karena entah kenapa ciuman tadi tidak menimbulkan perasaan hangat seperti biasanya. Ada sesuatu yang menahan di dadanya, sesuatu yang tak mau ia akui.

Eliza menggamit lengannya, menggiring menuju arah parkiran. “Ayo, mobilnya udah nunggu.”

Langkah mereka beriringan, tapi Arjuna masih sempat menoleh sekali ke arah pintu keluar tempat Lidya tadi menghilang. Dalam hati, ia bergumam, “Harusnya aku memaksa untuk mengantar dia. Lidya tampak nggak baik-baik aja. Apa, jangan-jangan punggungnya sakit?”

Tapi logika langsung menegurnya: Dia adik iparmu, Arjun. Jangan cari masalah.

***

Beberapa menit kemudian, di dalam mobil, Eliza bersandar manja di bahu Arjuna. “Mas, nanti sore aku ada arisan di resto sama teman-temanmu, nanti jangan lupa transfer uang arisannya ya. Tapi malamnya aku mau dinner bareng kamu, ya? Udah lama banget kita nggak makan berdua.”

Arjuna menatap ke luar jendela. “Terserah kamu.”

Eliza mendengus kecil. “Jawabanmu tuh dingin banget. Kenapa sih, Mas?”

Arjuna menoleh sekilas, lalu menepuk tangan istrinya pelan. “Maaf, lagi banyak pikiran.”

“Kerjaan kantor?”

“Ya, semacam itu.”

Eliza mendengus, tapi tetap menyandarkan kepala di bahu suaminya. “Jangan stres, ya. Aku kan di sini buat nemenin kamu.”

Arjuna menatap kaca depan, matanya kosong. Tapi di benaknya, yang terpantul bukan wajah Eliza. Melainkan Lidya—dengan wajah pucat, mata lelah, dan suara dingin yang tadi berulang kali menolak bantuannya.

Dia seperti … menjauh dengan sengaja.

***

Di sisi lain, Lidya baru saja keluar dari bandara, menarik kopernya menuju area penjemputan. Mobil taksi online yang dipesannya belum datang. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang sejak di pesawat tak berhenti berputar.

Tatapan Arjuna di pesawat, nada suaranya di bandara, dan bahkan cara pramugari membetulkan sabuk pengamannya—semuanya masih terputar jelas di kepalanya.

“Kenapa aku harus memikirkan dia?” gumamnya lirih. “Dia suami kakakku, bukan siapa-siapa.”

Namun dadanya tetap terasa berat. Ia menatap langit mendung Jakarta, lalu meremas gagang kopernya lebih erat.

Ketika mobil yang dipesan datang, Lidya segera masuk dan duduk di kursi belakang. Begitu pintu tertutup, ia menutup matanya rapat-rapat. Tapi alih-alih tenang, wajah Arjuna kembali muncul di benaknya—tatapan tajam namun hangat, campuran yang membingungkan.

Sementara itu, di dalam mobil yang berbeda, Arjuna kembali melirik ponselnya. Ia mengetik sesuatu di layar—hanya dua kata:

“Sudah sampai?”

Pesan itu seharusnya dikirim. Tapi ia tidak menekan tombol kirim. Ia hanya menatap layar itu lama, sebelum akhirnya menekan hapus.

Eliza yang duduk di sampingnya masih asyik bercerita, tak menyadari betapa suaminya bahkan tak benar-benar mendengarkan.

Mobil melaju di jalan tol, meninggalkan bandara yang makin jauh di belakang. Tapi di hati Arjuna, jarak antara dirinya dan Lidya terasa justru semakin dekat—terlalu dekat untuk sesuatu yang seharusnya tak boleh ada.

Dan di sisi lain, di dalam taksi online yang melaju di arah berlawanan, Lidya menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong, berusaha meyakinkan diri bahwa semuanya baik-baik saja.

Padahal, untuk pertama kalinya, ia sendiri tidak yakin lagi pada perasaannya.

***

“Mas, kamu yakin nggak apa-apa? Dari tadi kok diam aja, kayak orang nggak semangat.”

Suara Eliza memecah kesunyian di ruang keluarga menjelang sore itu. Di atas meja, dua cangkir kopi sudah lama mendingin, sementara suara TV hanya menjadi latar samar tanpa makna.

Arjuna mengangkat kepalanya perlahan. Wajahnya tampak lelah, namun matanya tajam seperti sedang berpikir keras. “Mas nggak apa-apa,” jawabnya datar.

Eliza menatap suaminya, menautkan alis. “Sejak dari bandara kamu kayak orang lain. Dingin banget. Aku ngomong dari tadi juga kayak ngomong sama tembok.”

Bersambung ... ✍️

1
Lina Budiarti
aku yg baca jg cenut2 kak🙈
Noor hidayati
juna cemburu lihat lidya sama cowok lain
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Neaaaa(ʘᴗʘ✿)o(〃^▽^〃)o
panas... panas... hati ini panas.. pusing.. pusing kepala ini pusing... 🤣🤣🤣
🌸 𝑥𝑢𝑎𝑛 🌸
Assiaaaaaappppppp Thor.......
Sugiharti Rusli
memang hati tuh ga bisa bohong yah, mau kamu sangkal kaya apapun tapi kalo sudah punya rasa ke Lidya dan melihat dia happy sama cowok lain, malah bikin hati sakit kan😏😏😏
Sugiharti Rusli
jadi sekarang maunya gimana Arjun, kan kamu sudah membebaskan si Lidya dengan kehidupannya walo memang sebelumnya ga ada apa" juga sih sama mereka sebelum peristiwa di Yogya
Sugiharti Rusli
tuh si Windy saja bisa menebak kalo dulu ada sesuatu diantara sahabatnya, padahal yang memang ada rasa si Farel dulu yah, entah sekarang mungkin dia sudah punya seseorang,,,
Sugiharti Rusli
dan sepertinya si Farel datang di saat yang tepat ketika Lidya bilang sudah punya 'kekasih', walo hanya khayalan ke ortunya Arjuna,,,
Mada Bima
lidya pergi krn hamil
🌸 𝑥𝑢𝑎𝑛 🌸
kebakaran Jun🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Sugiharti Rusli
ah ternyata pernah ada story di masa kuliah dulu yah Rel, tapi sepertinya dulu kamu pendam dalam hati sih yah😄😄😄
@Arliey🌪️🌪️
cieee arjuna mencari cinta sedang mengalami fase cemburu...awwww🤣🤣
🌸 𝑥𝑢𝑎𝑛 🌸
😂😂😂😂😂😂😂
Nandi Ni
setuju aku thor,,jangan kasih Jumanto hidup damai tenang sejahtera,bikin dia hareudang cenat cenut🤣biar pale pusing,bila perlu atas bawah🤣🤣🤣
Engkar Sukarsih: bagus farel.. bagus kamu datang di waktu yang tepat 🤔🤔 gimana bang Arjun dah mulai haredang kah,lihat Lidya di peluk sama Farrel 🤣🤣🤣
total 2 replies
Dew666
🔥🔥🔥🔥🔥
Dwi Rita
ada yg rungkat liat Lidya ma pria lain... hancur hatiku mlihat engkau tertawa bahagia hahahaha.... duh hati kang harjuno gi perang 😅😅
dyah EkaPratiwi
farel balik tapi kondisi Lidya sudah berbeda😭
Nandi Ni
bukan kamu yg terlihat selalu salah Lid,dianya aja yg lgi BT setelah pernyataanmu yg dah punya pacar,cembokur dia...ayo Lid,bikin dia lebih panas🤣
Ema
Nah kan, ingat Arjun jangan cemburu yaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!