 
                            "Kamu selingkuh, Mas?" 
"Vina, Mas bisa jelaskan! Ini bukan seperti apa yang kamu lihat." 
"Bukan, terus apa? Kamu... kamu berciuman dengan perempuan itu, Mas. Terus itu apa namanya kalau bukan selingkuh?" 
***
"Vina, bukannya kamu mencintai, Mas?"
"Maaf! Aku sudah mati rasa, Mas." 
***
Vina, harus terpaksa pura-pura baik-baik saja setelah suaminya ketahuan selingkuh. Tapi, ia melakukan itu demi bisa lepas selamnya dari suaminya. 
Setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan, Vina tentu langsung melepaskan pria yang menjadi ayah dari anaknya. 
Kejam? Tindakan Dimas yang lebih kejam karena menghianati cinta sucinya. Padahal Vina selama menjadi istri tidak pernah menuntut apa-apa, ia selalu menjadi istri yang baik dan taat. Tapi ternyata ia malah diselingkuhin dengan mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iindwi_z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan...
Dimas pulang dengan membawa satu kresek ikan. Sengaja ia memilih ikan yang ukuran tidak sama, biar Vina tidak curiga kalau sebenarnya ikan yang dibawa adalah beli.
Dimas melangkah, ia tersenyum saat melihat istrinya sedang memasak. Setelah meletakkan ikan, Dimas langsung memeluk tubuh istrinya dari belakang. Menghirup aroma tubuh Vina dalam-dalam.
Vina terdiam, ia meremas erat spatula yang dipegang. Ingin sekali ia mendorong tubuh itu, tapi sebisa mungkin Vina menahannya, dan bersikap santai seperti biasa. "Sudah pulang, dapat ikan banyak enggak?" tanya Vina dengan lembut, membalik tubuhnya agar bisa melihat wajah suaminya.
Dengan wajah ceria Dimas menujuk ikannya. "Dapat banyak Sayang, ini ada yang ukurannya besar tadi. Enak ini kalau mau dipanggang."
Sudut bibir Vina terangkat, tidak menyangka kalau suaminya sekarang pintar sekali berbohong. Oke... sepertinya Vina harus meladeni suaminya itu. Harus ikut bersandiwara, sampai mana suaminya akan bertahan dengan kebohongan itu.
Vina mengambil ahli keresek yang berisi ikan. "Wah, bisa besar-besar gini ya, ini mah bukan seperti dapat mancing mas, ini kaya beli di pasar ikan." Vina menjeda ucapannya, lalu menatap suaminya. "Pak Ardi sama Pak Teguh juga dapat ikan seperti ini?" lanjut Vina, ingin melihat bagaimana reaksi suaminya kalau nama dua temannya itu disebut.
Dimas tentu gelapan, tidak menayangkan akan mendapatkan pertanyaan itu. Dimas seperti sudah terbiasa berbohong, pria itu bisa langsung menjawab pertanyaan istrinya meskipun awalnya gugup. "Sama, Sayang. Ardi malah dapat banyak sekali ikannya. Kamu tahu kan kalau Ardi yang paling hobby mancing. Senang tuh anak karena dapat ikan banyak, bisa buat stok satu minggu."
Vina memperhatikan wajah suaminya, tersenyum seakan percaya dengan apa yang baru saja suaminya katakan.
"Yaudah sana kamu mandi, terus makan. Kasihan Agam dari tadi nungguin kamu!"
Dimas mengangguk, ia mendekat berniat untuk mencium istrinya. Tapi, Vina malah dengan sengaja mundur, dengan senyum tipis Vina membuka suara. "Mandi dulu, Mas. Bau ikan kamu," ujarnya.
Dimas mengangguk, lalu pergi meninggalkannya istrinya untuk bersih-bersih.
Setelah kepergian suaminya, Vina memukul dadanya. Rasanya begitu sakit, apalagi saat menghirup aroma suaminya. Bohong kalau suaminya bau ikan, yang ada malah aroma parfum perempuan.
Kamu jahat banget sih mas? Lihatlah, kalau kamu sampai melewati batas, aku tidak segan-segan untuk pergi meninggalkan kamu!
***
Hari-hari berlalu begitu cepat, sejak mengetahui kalau suaminya berbohong. Vina seperti sudah tidak peduli lagi, apalagi Dimas kembali pulang telat berberapa kali. Bahkan, Minggu ini suaminya itu kembali meminta izin untuk pergi memancing.
Vina mengizinkan, karena ia juga ingin pergi menemui Sasi. Vina meminta agar temannya itu mencarikan pekerjaan tanpa meninggalkan rumah, dan meninggal Agam.
Vina tidak tahu, apakah hubungannya dengan suaminya akan berakhir, atau bertahan?
Yang jelas, sekarang ia harus berdiri dengan kakinya dulu. Harus bisa menghasilkan uang, ia tidak ingin menjadi perempuan lemah. Vina harus bisa bertahan, karena ada Agam yang masih membutuhkannya.
Jadi, kalau pergi Vina sudah dalam keadaan siap.
***
Lara menerima obat yang baru saja Dimas sodorkan. Dahinya membentuk kerutan, karena tahu yang diberikan Dimas adalah obat pencegah kehamilan.
"Untuk apa?" Tanya Lara penasaran.
Dimas duduk, melepaskan kaus panjang yang dibelakangnya ada gambar ikan, menyisakan kaus tipis berwarna putih. "Biar kamu enggak hamil, meskipun selalu aku buang di luar. Aku, enggak mau sampai kamu kebobolan."
Wajah Lara berubah memelas, menatap Dimas dengan mata berkaca-kaca. "Apa kamu enggak mau anak dari ku? Aku, aku rela kok meskipun jadi istri yang kedua," gumam Lara.
Dimas langsung menarik tubuh Lara ke atas pangkuannya, mencium bibir Lara dengan kasar. "Anakku hanya terlahir dari Vina. Dan, kamu harus tahu kalau hubungan kita hanya untuk saling memuaskan! Jangan berharap lebih, Ra. Biarlah hubungan kita seperti ini, yang penting aku selalu memberimu uang kan?"
Lara menggeleng, belum sempat ia mengutarakan ucapnya, bibirnya kembali dibungkam dengan ciuman. Membiarkan Dimas mencium bibirnya, bahkan Dimas sampai mengigit bibir bawahnya.
"Anak kamu di mana?" bisik Dimas, karena ia sudah tidak tahan untuk segera melakukan kegiatan panas itu.
Lara menoleh pada kamar yang tersedia TV di dalamnya. Putrinya akan betah kalau Tv itu menyala, apalagi Lara sudah menyiapkan susu berukuran besar. putrinya bisa saja langsung tertidur sambil nonton tv.
Mendengar itu, Dimas tentu langsung mengangkat tubuh Lara, membawa tubuh itu kedalam kamar yang biasanya mereka buat untuk berzinah.
"Minum obatnya dulu, Ra. Jangan sampai kamu hamil anakku, kalaupun kamu hamil, aku juga tidak bisa bertanggung jawab!" ancam Dimas, karena yang sekarang ia butuhkan hanya bersenang-senang dengan Lara.
Sebenarnya bisa saja Lara pura-pura minum, tapi ia memilih tetap meminumnya. Punya satu anak yang bapaknya tidak tanggung jawab saja sudah membuatnya pusing, masa mau tambah lagi.
Dimas langsung mendorong tubuh Lara, ia sudah tidak tahan lagi. Dimas tidak tahu kenapa sekarang ia tidak bisa mengontrol nafsunya.
"Ahh, Dim... jangan digigit ujungnya, sakit!" keluh Lara saat Dimas sudah membuat ujung putingnya lecet.
Bukannya berhenti, Dimas malah semakin kuat menyedotnya. Ia tidak pernah bermain kasar dengan istrinya. Dimas selalu melakukan dengan lembut dan hati-hati.
Tapi, tidak dengan Lara, Dimas akan berubah menjadi singa kelaparan sekarang.
***
"Konten kreator? Apa enggak ada pekerjaan lain?" Vina mengeluh saat Sasi menyarankan pekerjaan itu.
"Yah, menurutku cuma itu pekerjaan yang bisa kamu lakukan tanpa meninggalkan rumah sekarang. Apalagi di TokTok, kamu juga bisa jadi affiliate," jawab Sasi.
Vina diam, untuk jadi konten kreator itu harus pintar bicara. Harus punya ponsel bagus buat buat video. Vina merasa tidak sanggup akan hal itu. Pertama, ia tentu tidak percaya diri, kedua ponselnya juga hasilnya tidak bagus saat membuat video.
Melihat keraguan di mata temannya, Sasi kembali membuka suaranya. "Atau jadi penulis online? Sekarang banyak platform nulis secara online, aku bahkan masih suka baca novel lewat HP."
Penulis online? Apa bisa Vina menjadi penulis, ia saja cuma lulusan SMA, tidak punya pengalaman menulis.
Sasi menepuk pundak Vina dengan pelan dua kali. "Coba saja, kamu dulu sering nulis di buku dairi kan? Anggap saja platform itu adalah buku dairi kamu, kamu bisa bawa kisah kamu dalam sebuah buku."
Vina menatap Sasi dengan ragu. "Apa bisa aku jadi penulis?"
"Bisa, dicoba dulu, Vin. Semua tidak akan tahu hasilnya kalau tidak dicoba."
Vina tersenyum, ia lalu mulai mencari info tentang platform untuk penulis. Bahkan Vina juga menonton video tentang cara menjadi penulis, bagaimana membuat buku yang baik.
Vina melupakan semua tentang suaminya, sekarang fokusnya adalah untuk membuat dirinya bisa maju. Bisa berpenghasilan sendiri, tanpa takut kehilang suaminya.
Sampai, tiba-tiba ada pesan masuk dari nomer yang tidak dikenal.
Baru membaca pesan pertama dada Vian sudah bergemuruh, ia meremas kuat ponselnya, amarahnya memuncak.
"Enggak bisa ya jaga suami kamu, sampai nyaman di rumah orang."
"Atau kamu enggak bisa buat suami kamu puas?"
Air mata Vina menetes, apalagi saat pesan ketiga adalah sebuah foto. Suaminya tidur dengan telanjang dada, di atasnya ada perempuan memperlihatkan punggung polosnya.
Jadi kamu sudah melewati batas, Mas?
***
busettt pindah lobang sana sini moga moga tuh burung cepat pensiun dini biar nyaho
bahaya loh kalau kena tetangga ku dah mati dia pipis darah ma nanah terus melendung gede kasihan lihatnya tapi kalau ingat kelakuan nya ga jadi kasihan
aihhh suami mu vin lempar ke Amazon
semoga ntar karmanya persis seperti nama pelakornya "LARA", yang hidupnya penuh penderitaan apalagi dia punya anak perempuan
orang udah mati sekarang