Tumbuh menjadi anak pembantu semenjak kecil, tidak membuat Rifan malu. Dia justru merasa beruntung, selain dibiayai sekolah oleh majikan, Rifan bahkan diperbolehkan bersahabat dengan Alisha, nona mudanya.
Namun satu insiden karena candaan merubah segalanya. Ketika rasa penasaran berubah jadi petaka berkelanjutan. Rifan dan Alisha ketagihan tidur bersama, padahal mereka sudah sama-sama punya kekasih. Sampai suatu hari, ibunya Rifan berhasil memergoki kelakuan putranya dengan sang nona muda, saat itulah Rifan dipaksa pergi dari rumah. Tapi apakah itu akan jadi akhir hubungan Rifan dan Alisha? Tentu saja tidak.
"Kembalilah padaku dan jadilah simpananku." Alisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ⁷ - my boyfriend house
Saat jam pulang sekolah tiba, seluruh murid saling berdahuluan keluar dari gerbang. Kala itu Rifan sudah menunggu di depan mobil. Tak lama Alisha datang sambil berlari kecil.
"Hari ini aku nggak pulang bareng. Ada tugas kelompok," ujar Alisha.
Rifan tak langsung menjawab. Atensinya justru tertuju ke arah Dion yang terlihat sudah siap pergi dengan motornya.
"Tugas kelompok apa mau pacaran?!" timpal Rifan.
Alisha tersenyum. Ia tahu kalau dirinya tidak akan pernah bisa membohongi Rifan. "Tahu aja kau. Mohon kerjasamanya ya, Fan..." bisiknya sambil merangkul pundak Rifan.
"Terus kau akan pulang jam berapa?" tanya Rifan.
"Nggak tahu. Yang jelas sore," jawab Alisha.
"Kau harus pulang sebelum malam! Oke?" Rifan mengingatkan.
"Kita lihat aja deh nanti. Bye!" Alisha beranjak begitu saja dan segera naik ke motor Dion.
Rifan terpaku menatap kepergian Alisha. Sambil mendengus kasar, dia masuk ke mobil.
...***...
Dion ternyata mengajak Alisha ke rumahnya. Kebetulan hari itu orang tua Dion tidak ada di rumah karena ada kerjaan keluar kota. Sepertinya Dion tergoda ingin melakukan sentuhan lebih intim dengan Alisha setelah sempat berciuman tadi siang.
"Sebaiknya kita langsung saja," imbuh Alisha sembari masuk ke salah satu kamar.
"Langsung apanya?" tanya Dion. Ia melempar tasnya dengan asal.
"Kau pikir aku nggak tahu alasanmu mengajakku ke rumahmu yang sekarang sepi ini? Apalagi kalau bukan mesum, hah?" timpal Alisha sambil berkacak pinggang.
"Blak-blakkan banget kamu, Sayang. Tapi kau nggak masalah sama sekali kan?"
"Nggak masalah, asal kau punya pelindungnya. Aku nggak mau hamil!"
"Tenang aja. Ada kok! Aku ambil dulu." Dion bergegas mengambil alat pengaman untuk dirinya gunakan.
Sementara Alisha menunggu dengan duduk di ranjang. Dia menatap jendela. Lagi-lagi dirinya kepikiran Rifan. Alisha bahkan mengingat bagaimana saat dirinya dan Rifan saling mencumbu.
'Kenapa aku malah kepikiran Rifan terus? Padahal pacarku Dion. Harusnya aku lebih bersemangat sekarang,' batin Alisha.
Tak lama kemudian Dion datang. Ia dan Alisha segera memulai pemanasan dengan berciuman. Lagi-lagi Alisha tidak merasakan getaran seperti saat dirinya berciuman dengan Rifan. Padahal sudah tidak ada rasa pahit rokok di mulut Dion. Namun Alisha memilih menahannya karena sudah terlanjur.
Bibir Dion sudah menjamah leher Alisha. Saat itulah Alisha melepas baju Dion. Namun hasratnya dibuat semakin turun tatkala menyaksikan dada Dion yang dipenuhi bulu.
Reflek Alisha mendorong Dion sampai terjatuh ke lantai.
"Kau kenapa, Al?! Sakit tahu!" protes Dion sambil mengusap pantatnya yang sakit.
"A-aku lupa! Aku sekarang lagi haid!" kilah Alisha seraya bergegas turun dari ranjang.
"Apa?! Kenapa kau nggak bilang dari awal?" balas Dion. Ia perlahan berdiri.
"Aku pulang sekarang ya. Perutku mendadak sakit," ujar Alisha. Dia melangkah menuju pintu keluar. Namun Dion sigap memegangi.
"Tapi, Al... Aku udah terlanjur nafsu. Bisakah kau memuaskanku? Pakai mulut juga nggak apa-apa," mohon Dion.
Alisha melirik bagian bawah perut Dion yang tampak sudah tegang. Tapi saat melihat lebatnya bulu di dada cowok itu, dirinya jadi tak berminat. Alisha yakin, rumput di bagian bawah Dion pasti tumbuh lebih lebat. Saat itu Alisha sadar kalau dirinya terlalu berekspetasi tinggi pada Dion. Rifan memang anak pembantunya, namun level ketampanan, kebugaran, dan kebersihan cowok itu berbeda jauh dari Dion.
"Sorry... Aku nggak bisa. Pakai tangan aja! Perutku sakit banget. Aku pergi ya, daah!" Alisha berlari cepat meninggalkan Dion.
"Alisha! Kau pulang naik apa?! Aku akan mengantarmu!" pekik Dion.
"Aku bisa pulang sendiri!" Alisha yang sudah di luar rumah menyahut. Ia berlari karena ingin segera pergi dari rumah Dion.
Kematian, kelahiran, rezeki, nasib, hingga jodoh itu semua telah ditetapkan sebelumnya dalam garis takdir manusia dan tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah SWT...✌️
Ketetapan Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya sejak zaman manusia diciptakan, meliputi baik dan buruk nasib, hingga bagaimana hidup dan matinya manusia.
Jadi dapat dikatakan bahwa apa yang akan, sedang dan sudah terjadi di hidup manusia itu semuanya sebenarnya sudah digariskan oleh Allah SWT...🤫
Pada akhirnya menyesal karena telah menyia²kn org yg dgn tulus mencintaimu apa adanya...😥😰
Terlebih jika kalian tidak dapat bersama karena beragam alasan tertentu. Misalnya saja karena perbedaan ataupun masalah lainnya yang akhirnya membuat kalian memutuskan pergi ke jalan masing-masing.
Namun sekali lagi keadaan menuntut kalian agar satu sama lain benar-benar mengikhlaskan karena tak bisa bersama.
Ketika kamu sudah bisa merelakan segala sesuatu yang kamu senangi, di situlah kamu sudah belajar ikhlas.
Belajar untuk merelakan dan ikhlas akan membuatmu lebih dewasa dan mampu kembali menatap masa depan tanpa beban masa lalu...🤧😭