NovelToon NovelToon
Kos-kosan 99 % Waras

Kos-kosan 99 % Waras

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Komedi / Misteri
Popularitas:929
Nilai: 5
Nama Author: Poying22

Selamat datang di Kos-kosan 99% Waras, tempat di mana hidup anak rantau terasa seperti sinetron komedi tanpa sutradara.
Di sinilah bowo tambun si mafia mie instan, Doni si gamer , Salsa si konten kreator sok hits, dan Mbak Ningsih si dukun Excel harus bertahan hidup di bawah aturan absurd sang pemilik kos, Bu Ratna alias Bu Komando.
Aturannya sederhana tapi kejam: siapa minum terakhir wajib ganti galon, sandal hilang bukan tanggung jawab kos, dan panci kotor bisa langsung dijual ke tukang loak.
Setiap hari ada saja drama: dari listrik mati mendadak, mie instan dimasak pakai lilin, air galon jadi rebutan, sampai misteri sandal hilang yang bikin satu kos ribut pagi-pagi.
Tapi di balik semua kekacauan itu, ada juga kisah manis yang tumbuh diam-diam. Doni dan Salsa yang awalnya hobi ribut urusan sepele malah sering kejebak momen romantis dan konyol. Sementara Bowo yang doyan ngegas gara-gara mie justru bikin cewek kos sebelah penasaran.
Satu hal yang pasti,
Bukan nilai kuliah atau ujian online yang jadi tantangan terbesar anak-anak ini, tapi bertahan hidup di kos dengan 99% kewarasan,dan penuh misteri.bagaima kelanjutan kisah percintaan mereka? stay tune guysss

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poying22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Kilat Untuk Bayar Kos

Begitu Bu Ratna menutup buku lusuhnya dan melangkah pergi, suasana kos-kosan 99% Waras langsung berubah jadi seperti ruang rapat darurat. Doni, Bowo, Salsa, dan Mbak Ningsih saling pandang, lalu duduk melingkar di ruang tengah.

“Teman-teman, kita harus  berpikir cepat bagaimana caranya bisa dapat uang  dengan sisa waktu beberapa jam lagi,” kata Doni sambil menatap layar ponselnya yang nggak ada saldo.

“Bu Ratna nggak main-main. Kalau sore ini kita belum bayar, bisa-bisa kita beneran disuruh ronda teriak ‘Bayar kos!’ keliling komplek.”

Salsa menghela napas sambil menutup kameranya. “Aku juga nggak nyangka, deadline konten aja kalah serem sama deadline Bu Ratna. Kalian ada ide nggak? selain jual ginjal?”

Bowo melotot. “Astaga, Sa. Jangan bercanda yang ngeri-ngeri gitu. Kita cari ide yang masuk akal aja, tapi cepat.”

Mbak Ningsih menatap mereka tenang sambil membuka laptop. “Sebenarnya kita bisa bikin rencana. Kita semua punya kemampuan masing-masing. Kalau digabung, hasilnya bisa jadi solusi.”

“Misalnya?” Doni menatap penuh harap.

Mbak Ningsih mulai mengetik. “Doni jago main game, Salsa punya banyak pengikut di media sosial, Bowo punya stok mie yang nggak ada habisnya, aku punya Excel. Kita bisa gabungkan itu jadi acara kecil yang bisa menghasilkan uang cepat.”

Salsa langsung semangat. “Aku suka ide itu! Bagaimana kalo kita beneran me realisasikan ide nya Doni yang tadi, Kita bikin turnamen game online kecil-kecilan, aku jadi host live streaming nya. Penonton bisa donasi, dan uangnya kita pakai buat bayar kos.”

Doni mengangguk. “Aku siap jadi panitia sekaligus pemain. Nggak masalah meski harus jadi bintang tontonan, asal Bu Ratna nggak marah lagi.”

Bowo ikut tersenyum, meski agak pasrah. “Kalau gitu, aku siap buka lapak mie dadakan. Nama stand-nya ‘Mie of Legends’. Beli mie dapat bonus nonton turnamen.”

Salsa ngakak. “Gila, Wo. Branding nya keren juga!”

Mbak Ningsih tersenyum kecil. “Aku akan urus pencatatan dan pembagian hasilnya. Jangan sampai nanti malah ribut soal uang.”

Doni menatap teman-temannya. “ide aku tadi beneran akan di jalan kan?”

“Beneran!” jawab Salsa mantap. “Aku bakal promosiin di semua akun sosial media. Judulnya ‘Penghuni Kos Cari Uang Darurat. Pasti orang-orang akan penasaran.”

Bowo menarik napas panjang. “Ya sudah, kalau begitu kita sepakat. Sore ini kita bikin acara dadakan. Semoga Uang nya cukup buat bayar Kos.

Mereka semua saling pandang lalu tertawa kecil, campuran gugup dan lega. Mbak Ningsih menutup laptopnya. “Kalau kerja sama kita seperti ini, prediksi di Excel ku menunjukkan peluang kita sukses 80%.”

“Wah, tinggi juga,” kata Doni. “Tapi yang 20% itu apa, Mbak?”

“Ya… sisanya tergantung kalian,” jawab Mbak Ningsih sambil tersenyum misterius.

Salsa langsung mengangkat kamera lagi. “Oke, teman-teman. Kita mulai ‘Misi Kilat Bayar Kos’ sekarang!”

Doni, Bowo, dan Mbak Ningsih pun mengangguk kompak. Mereka lalu beranjak menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk acara dadakan itu dari poster promosi, set-up turnamen, sampai tumpukan mie yang siap dimasak.

Kos 99% Waras kembali riuh, kali ini bukan karena ketakutan, tapi karena semangat baru. Mereka bertekad membuktikan bahwa meski hidup di kos penuh drama, selalu ada jalan kreatif untuk menyelesaikan masala, bahkan masalah bayar kos.

Doni menyalakan laptopnya sambil mengetik cepat. “Aku set dulu lobby turnamennya. Kita pakai Mobile Legends sesuai ide tadi. Beberapa tim lah, biar rame.”

Salsa sudah berdiri sambil scroll HP. “Aku bikin story, poster digital, sama flyer kecil buat grup WA. Caption-nya gini: ‘Turnamen Mobile Legends ala Kos 99% Waras dengan donasi suka rela untuk membayar kos!’ Lucu nggak?”

Bowo melongok ke layar HP Salsa. “Lucu, tapi tambahin promo mie dong, Sa. ‘Beli mie gratis nonton.’ Biar orang makin tertarik.”

“Siap, Wo.” Salsa ngetik cepat sambil ketawa.

Mbak Ningsih masih mengetik lincah di laptop. “Aku bikin spreadsheet pendaftaran dan kolom donasi. Jadi nanti siapa yang daftar, otomatis masuk list. Nanti hasilnya kita bagi rata  untuk biaya kos.

Doni menoleh ke Bowo. “Wo, stok mie kamu beneran banyak? Jangan sampai kehabisan di tengah acara.”

“Tenang, stok mie ku kayak portal ajaib. Ada terus walau selalu dimakan,” jawab Bowo santai, membuat semua ngakak.

Salsa melirik Doni. “Eh, Don, kamu latihan dulu deh. Masa panitianya nanti kalah di ronde pertama? Malu dong.”

“Ya ampun, Sa. Ini kan buat bayar kos, bukan pamer skill,” sahut Doni sambil nyengir. “Tapi oke lah, aku latihan sedikit.”

Mbak Ningsih menutup laptopnya, lalu menatap mereka semua.“Kita harus disiplin ya, Jam dua semua sudah siap. Jam tiga turnamen jalan, Jam empat selesai. Kita hitung uangnya jam lima, Kalau lancar jam enam kita sudah bisa setor ke Bu Ratna.”

Bowo mengacungkan jempol. “Kayak jadwal konser aja. Aku siap bagian logistik dan konsumsi.”

Doni mengangkat tangan seperti oprator. “Dengan ini, demi kelangsungan hidup di kos-kosan 99% Waras, kita resmikan tim ‘Pahlawan Bayar Kos’!”

Salsa langsung merekam video. “Wah, ini konten emas. Aku upload sekarang. Biar orang-orang tau perjuangan kita agar bisa  viral.”

Notifikasi di ponsel Salsa berbunyi. “Eh, ada yang DM. Dia nanya bisa ikutan turnamen nggak sambil nonton.

“Bisa, asal ada donasi,” jawab Doni cepat. “Tulis aja di poster: penonton boleh ikut nonton di live stream, boleh ikut turnamen bareng, dan juga bisa datang langsung ke kos.”

Mbak Ningsih mengangguk. “Semakin banyak penonton, peluang donasi makin besar. Grafik di Excel-ku sudah naik jadi 85%.”

Bowo bersiul. “Semoga naik terus sampai 100%.”

Doni memandang teman-temannya. “Ayo kita buktikan. Sore ini kita bukan cuma penghuni kos, kita pejuang dadakan.”

Salsa tertawa sambil mengetik. “Dan aku jadi MC dadakan plus konten kreator.”

Mereka pun bersiap. Doni fokus di laptop, membuat bracket pertandingan. Salsa sibuk mendesain poster dan story. Bowo menumpuk mie di atas meja jadi seperti gunung kecil, sambil mengatur harga promo. Mbak Ningsih memantau pendaftaran lewat Excel dan mencatat nama-nama yang sudah transfer donasi.

Kos 99% Waras yang biasanya riuh karena keluhan kini berubah jadi markas kreatif. Ada poster berwarna, ada mie instan berjejer, ada laptop terbuka dengan daftar peserta yang makin panjang. Bahkan cicak di tembok ikut diam sejenak, seolah menunggu turnamen dimulai.

“Wah,” seru Salsa sambil menunjukkan ponselnya, “baru upload lima menit, sudah ada yang donasi sepuluh ribu.”

“Serius?” Doni langsung semangat. “Baru mulai persiapan aja sudah ada hasilnya. Ini pertanda baik!”

Mbak Ningsih tersenyum. “Prediksi Excel ku  naik lagi menjadi 90%. Tinggal kalian yang harus lebih semangat.”

Bowo mengangkat mie di tangannya. “Siap, Mbak. Kita akan jadi bintang nya hari ini.”

Jam dua siang lewat sepuluh menit, ruang tengah kos 99% Waras sudah berubah total. Meja makan dipindah ke pojok, kabel-kabel berjejer, ponsel dan laptop menyala. Di sudut ruangan, mie instan berjejer seperti pasukan siap tempur. Bowo menata kompor portable dengan gaya chef profesional.

“Stand Mie of Legends siap dibuka!” seru Bowo sambil mengangkat sendok besar seperti trofi.

Salsa sudah duduk di depan kamera dengan ring light kecilnya. “Hai, teman-teman semua!” ujarnya sambil tersenyum ke layar hp. “Ini live streaming pertama dari kami penghuni Kos 99% Waras di acara Turnamen Mobile Legends Darurat! Bagi Penonton bisa memberikan donasi seikhlasnya ,Semua hasil donasinya Untuk membayar kos.

Komentar langsung berdatangan di layar HP Salsa, ‘Wah seru!’, ‘Gokil idenya!’, ‘Salam buat Bu ibu kos nya ya.

Doni sudah menyiapkan bracket pertandingan. “Tim pertama sudah masuk. Ada anak kos sebelah, ada teman Salsa juga. Kita sudah punyak  8 tim.

Mbak Ningsih duduk di depan laptopnya, menatap grafik donasi berwarna-warni di layar Excel. “Sejauh ini kita sudah mengumpulkan lima puluh ribu rupiah bahkan sebelum acara dimulai. Kalau kita menambahkan sedikit gimmick, aku yakin grafik ini bisa nlmeningkat lebih cepat,” katanya dengan tenang.

“Gimmick apa?” tanya Doni sambil memasang earphone.

“Misalnya, setiap donasi di atas 20 ribu dapat voucher mie gratis dari Bowo,” jawab Mbak Ningsih tenang.

Bowo langsung mengacungkan sendoknya. “Siap! Voucher mie untuk semua!”

Salsa tertawa. “Ini baru namanya sinergi. Ayo mulai!”

Jam tiga tepat, turnamen dimulai. Doni yang jadi panitia sekaligus pemain duduk serius menatap layar ponselnya. “Oke, match pertama jalan. Gue gaspol dulu ya.”

Sementara itu, Salsa sibuk jadi komentator. “Wow, lihat teman-teman, Doni mainnya agresif banget! Ada yang mau donasi supaya Doni push turret lebih cepat?”

Penonton di live stream makin banyak. Notifikasi donasi bunyi terus. “Kita sudah tembus 200 ribu!” teriak Salsa senang.

Bowo di sudut ruangan sudah sibuk melayani pesanan mie. “Mie of Legends, mie of Legends! Beli dua gratis nonton langsung! Panas-panasnya baru angkat dari air!”

Anak-anak kos tetangga bahkan mulai berdatangan. Ada yang cuma nonton, ada yang ikut makan mie, ada juga yang ikutan daftar di babak berikutnya.

Mbak Ningsih kembali menatap layar Excel. “Wah, donasi kita sudah mencapai tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Kita masih jauh  dengan target,” ujarnya sambil tersenyum tipis.

Doni menyeka keringatnya. “Pertandingan final nanti aku harus menang supaya makin ramai. Salsa, tolong promosikan lagi, ya!”

Salsa berteriak ke kamera. “Penonton, kalau Doni menang, kita bakal giveaway mie gratis lima porsi dari Bowo! Yuk, donasi sekarang!”

Komentar makin ramai, donasi makin deras. Bowo sampai kewalahan. “Ya Allah, mie ku laris juga ternyata.”

Mbak Ningsih tersenyum kecil. “Prediksi Excel-ku 95% sukses. Tinggal tunggu Bu Ratna datang.”

Seolah dipanggil, suara langkah Bu Ratna terdengar di depan pintu. Semua langsung terdiam. Pintu terbuka perlahan, Bu Ratna muncul dengan wajah datar, melihat keramaian di dalam kos.

“Ini kalian rame-rame disini lagi apa?” tanyanya heran.

Salsa berdiri dengan cepat ,“Bu, kami lagi buat acara kecil-kecilan buat bayar kos. Ini turnamen Mobile Legends plus mie dadakan. Hasilnya buat kami setor ke Ibu sore ini.”

Bowo mengacungkan panci kecil. “Mie of Legends, Bu. Ibu mau coba? Gratis untuk pemilik kos.”

Bu Ratna melongo, lalu tertawa kecil untuk pertama kalinya. “Astaga… cuma di kos ini saya lihat penghuni Nyan selain absurd juga kreatif banget. Ya sudah, lanjutkan. Tapi jangan sampai kos saya berantakan, ya.”

Doni berdiri setengah membungkuk. “Siap, Bu! Sore ini uangnya kami setor semua. Tolong beri kami waktu sampai jam enam.”

Bu Ratna mengangguk dan melangkah pergi lagi sambil tersenyum tipis. “Kalian ini benar-benar unik.”

Begitu pintu tertutup lagi, semua langsung bersorak lega. “Yesss!” teriak Doni, Salsa, Bowo, dan Mbak Ningsih bersamaan.

Excel Mbak Ningsih berbunyi lagi. “Donasi sudah tembus 500 ribu. Kita 

“Lima ratus ribu?” Doni langsung mendekat. “Astaga, itu baru seperempat dari total tagihan kita. Kita butuh satu juta lima ratus ribu lagi sebelum sore!”

Bowo yang sedang mengaduk mie dadakan berhenti sesaat. “Wah, padahal aku sudah jual ‘Mie of Legends’ paket pedas level tujuh. Tetap saja belum cukup”

Mbak Ningsih menatap tabel di laptopnya. “Menurut perhitungan Excel, dengan kecepatan donasi sekarang, kita baru akan mencapai target tiga hari lagi. Kita harus menambah strategi.”

Salsa menatap kamera. “Guys, bantu kami ya. Ini bukan clickbait. Kalau sampai sore belum terkumpul, kami bakal kena hukuman ronda teriak ‘Bayar kos!’.”

Doni geleng-geleng. “Salsa, jangan cuma live. Kasih gimmick dong. Biar penonton makin penasaran dan mau donasi lebih.”

Bowo angkat tangan. “Aku punya ide. Setiap ada donasi di atas lima puluh ribu, aku kasih bonus mie instan plus tanda tangan mafia mie.”

Salsa ngakak. “Tanda tangan mafia mie? Ya ampun, Wo. Tapi lucu juga sih.”

Mbak Ningsih ikut menimpali. “Aku bisa bikin leaderboard donatur pakai Excel real-time, jadi mereka yang donasi besar namanya muncul di layar.”

Doni langsung semangat. “Wah, itu kayak sistem battle pass! Kita kasih nama event ini ‘Bayar Kos Challenge’.”

Salsa langsung promo ke kamera. “Oke guys, dengar ya. Donasi lima puluh ribu dapat mie spesial, nama kalian akan tampil di leaderboard live streaming, dan kami semua bakal teriak nama kalian setiap kali ada donasi!”

Bowo menambahkan sambil berteriak lucu, “Mie pedas level tujuh buat kalian semuaaaa!”

Doni tersenyum tipis. “Kalau begini caranya, mungkin uangnya bisa terkumpul sebelum sore.”

Mbak Ningsih mengangguk. “Prediksi Excel naik jadi 60% peluang sukses. Kita teruskan strategi ini.”

Salsa melambaikan tangan ke kamera. “Ayo guys, bantu kami selamat dari hukuman ronda Bu Ratna! Kos 99% Waras butuh kalian!”

Salsa langsung semangat. “Oke teman-teman, target kita dua juta rupiah! Kalau tembus sore ini, kita semua bakal joget ‘Bayar Kos Challenge’ bareng-bareng di halaman kos.”

Komentar penonton makin ramai:

“Lucu banget kos ini wkwk”

“Gue ikut donasi ah, kasihan”

“Mie pedas level 7 itu enak gak?”

Bowo teriak dari dapur, “Mie of Legends batch kedua siap! Donasi di atas 50 ribu langsung dapat kupon mie! Stok terbatas!”

Doni, yang jadi caster dadakan turnamen, ikut memanas-manasi. “Oke guys, match berikutnya antara Tim Kos 99% Waras melawan Tim Viewer! Siapa yang kalah nanti teriak ‘Bayar kos!’.”

Salsa ngakak sambil terus promo. “Ayo dong guys, tinggal sedikit lagi biar Bu Ratna nggak marah.”

Beberapa notifikasi donasi muncul di layar. Mbak Ningsih mengetik cepat. “Enam ratus… tujuh ratus… delapan ratus ribu… satu juta!”

“Wooooo!” semua penghuni kos bersorak.

“Masih butuh sejuta lagi,” kata Doni, “kita push terus. Siapa yang donasi satu juta bakal kita kasih mie pedas level tujuh gratis plus tanda tangan mafia mie plus foto bareng semua penghuni kos!”

Komentar makin ramai, donasi makin deras. Mbak Ningsih tersenyum lega. “Satu juta dua ratus… satu juta lima ratus… satu juta delapan ratus… wah, tinggal sedikit lagi!”

Salsa teriak ke kamera, “Teman-teman, kurang dua ratus ribu lagi! Kita bisaaa!”

Tiba-tiba notifikasi besar muncul: Donasi Rp250.000 dari @MieLover88.

Mbak Ningsih berdiri sambil tepuk tangan. “Target tercapai! Dua juta lima puluh ribu rupiah!”

“YES!” Doni, Bowo, Salsa, dan Mbak Ningsih langsung berpelukan.

Bowo sambil megang wajan mie teriak, “Kita bebas dari hukuman ronda!”

Salsa ke kamera. “Terima kasih semua yang sudah bantu. Kalian semua pahlawan kos kami.”

Mbak Ningsih menutup laptopnya, wajahnya lega. “Excel menunjukkan saldo aman. Kita bisa bayar kos sore ini.”

Sore itu, setelah turnamen selesai dan lapak mie tutup, uang hasil donasi dan jualan sudah terkumpul. Doni, Salsa, Bowo, dan Mbak Ningsih berjalan bersama menuju kamar Bu Ratna dengan wajah lelah tapi lega.

“Bu… ini hasil usaha kami sore ini,” kata Doni sambil menyerahkan amplop.

Bu Ratna menerima amplop itu, dengan tersenyum tipis. “Akhirnya kalian bisa juga Membayar Kos. Terima kasih sudah berusaha.” 

Salsa dan Bowo saling pandang lalu tertawa kecil. 

Akhirnya misi berhasil😀😀😀😀😀

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!