Lyanna tak pernah menyangka kejadian malam itu meninggalkan benih di rahimnya.
happy reading guys💧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fransiska simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Pagi itu suasana di kantor The Malik Group lebih ramai dari biasanya. Gumaman dan bisikan memenuhi lorong-lorong. Para karyawan berkumpul dalam kelompok kecil memandangi layar ponsel mereka dengan ekspresi terkejut atau kadang sinis.
Lyanna baru saja tiba di meja kerjanya ketika dia merasakan tatapan aneh dari rekan-rekannya. Mereka tidak mengatakan apa-apa, tetapi cara mereka mencuri pandang dan saling berbisik membuat Lyanna tidak nyaman.
"Pagi Anna." Salah satu rekan kerja menyapanya.
Lyanna membalas sapaan itu tapi ada yang tidak beres.
Beberapa menit kemudian, Livia, sekretaris yang membimbingnya muncul dengan wajah serius. Dia membawa ponsel dan menarik Lyanna ke sudut ruangan yang sepi.
"Lyanna apakah benar yang ada di forum kantor itu?" Tanya Livia. Mereka memang sudah seperti teman dan kompak semenjak Lyanna belajar pada Livia bagaimana tugas seorang asisten ekslusif.
"Forum kantor? Tidak, kenapa?"
Livia menatap Lyanna tampak ragu sebelum akhirnya menunjukkan layar ponsel pada Lyanna. "Ini.. Ini tentangmu bukan?"
Lyanna memandang layar itu. Dan detik berikutnya darahnya terasa membeku. Sebuah unggahan anonim dengan unggahan caption:
Asistem ekslusif yang bermasalah: Lyanna Arabella dengan masa lalu kelamnya!
Unggahan itu mengatakan bahwa Lyanna pernah jadi wanita malam. Komentar-komentar dibawah menusuk hatinya. Menghina, mencaci maki, dan mempermalukan.
"Itu tidak benar!" Lyanna berseru. Matanya membelalak, "aku tidak pernah.. Siapa yang melakukan ini!?"
***
Lorra tersenyum puas memainkan ponselnya sambil memandang unggahan forum itu.
"Bagaimana?" Tanyanya menatap Kai, "cukup untuk peringatan kecil kan?"
Kai menatap Lorra, "perfect!" Ucapnya mengangguk, "meski aku tidak yakin ini bisa berdampak besar.?"
"Tentu saja!" Ucap Lorra cepat. "Ini akan membuat kemaluannya muncul kembali."
Kai manggut-manggut dengan bibir yang melengkung, dia tidak mengerti pertikaian sesama wanita.
"Dan bagaimana menurutmu?" Kai kini memusatkan perhatian pada Mike.
Mike yang duduk di sudut ruangan tidak mengatakan apa-apa. Meski ini sesuai dengan yang ia rencanakan, namun ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Hm. Bereskan semua, jangan sampai nama kita dibawa!"
"Tentu saja tidak Mike! Kau tau betapa jeniusnya Lorra, kan?" Kai melirik Lorra sambil menyeringai. Kemudian mereka saling tos dengan kepalan tangan.
Cara kerja otak Kai dengan Lorra memang hampir sama.
***
Di meja kopi, sekelompok karyawan tertawa kecil sambil melirik ke arah Lyanna yang baru saja keluar dari ruangan Zayden.
"Dia keliatan polos ya?" Salah satu dari mereka berbisik dengan nada cemooh, "siapa sangka dia semurahan itu."
"Makanya." Sahut yang lain sambil menyeruput kopinya. "Lihat saja caranya berjalan. Dia pura-pura tidak tau, padahal kita semua tau dia semurahan itu."
Lyanna berjalan melewati mereka dengan kepala tertunduk, berusaha keras untuk mengabaikan cemoohan itu. Dia bisa merasakan tatapan mereka menusuk di punggungnya, seolah-olah semua orang di kantor telah menghakimi Lyanna.
Di lorong, sekelompok karyawan lain berhenti bicara begitu Lyanna lewat. Salah satu dari mereka, seorang wanita dengan lipstik merah mencolok pura-pura berbisik dengan nada keras kepada teman-temannya.
"Kau tau kan rumor yang lagi hot?" Katanya yang sengaja di buat keras.
Lyanna berhenti sejenak, ingin membalas tapi mulutnya terasa terkunci. Dia melangkah cepat menuju kamar kecil, berharap bisa menemukan tempat untuk memenangkan diri. Begitu masuk, Lyanna langsung mengunci salah satu bilik dan membiarkan air mata yang ditahannya sejak pagi tumpah.
Seketika Lyanna teringat pada perdebatan malam itu. Wajah-wajah angkuh para anggota mafia itu berputar di otaknya, terutama Mikhael Serellius. Lyanna mulai merangkai potongan-potongan kejadian, menyadari bahwa semua mungkin bukan kebetulan. Apalagi Mike yang datang kepadanya tadi pagi.
"Sialan, Mike!" Desisnya geram
***
"Anna, Tuan Malik ingin berbicara denganmu." Ucap Livia menghampiri meja kerja Lyanna.
"Baik." Lyanna menjawab dengan tidak mood. dia langsung membereskan meja kerjanya dan beranjak ke ruangan Zayden.
"Permisi Tuan, anda memanggil saya?"
"Ya, silahkan masuk." Ucapnya sambil menjulurkan tangan, "Lyanna, aku langsung saja pada intinya." Tukas zayden setelah Lyanna berada di hadapannya. "Situasi seperti ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut."
Lyanna menatap Zayden dengan mata melebar, "situasi apa Tuan?"
Zayden mengangkat alis, "gosip atau bukan, itu tidak bisa diterima. Terutama bagi perusahaan besar The Malik Group."
"Dengan segala hormat, Tuan Malik. Saya tidak pernah menjadi wanita seperti itu. Itu semua fitnah." Lyanna keras membela dirinya.
Zayden menyilangkan tangan. Dia mengakui kinerja Lyanna sangat bagus dan sangat profesional, namun jika Lyanna terus dipertahankan maka nama baik perusahaan yang dipertaruhkan. "Mungkin itu benar, tapi persepsi adalah segalanya dalam bisnis, Lyana. Dan saat ini persepsi publik pada perusahaan kita sedang terancam."
Tubuh Lyanna bergetar, "jadi, apa maksud anda?" Lyanna bertanya dengan suara serak.
Zayden menghela nafas, "saya minta kamu mengundurkan diri, tanpa membuat keributan. Saya yakin itu yang terbaik untuk semua pihak."
Lyanna melotot. "Mengundurkan diri? Kenapa saya yang harus pergi Tuan? Saya tidak bersalah!" Belanya, "kenapa anda tidak mencari tau dulu dalang dibalik semua ini?"
"Ini bukan tentang bersalah atau tidak," Jawab Zayden tanpa emosi. "Ini soal melindungi citra perusahaan. Jika kamu tetap disini situasi akan semakin memburuk, Orang-orang akan terus membicarakannya dan dampaknya akan lebih besar dan kemungkinan besar tidak akan ada yang mau bekerja sama dengan tim perusahaan ini lagi."
Mata Lyanna mulai berkaca-kaca namun ia menahan air matanya. Dia menatap bosnya dengan pandangan penuh luka, "saya akan membersihkan nama saya," Ucap Lyanna dengan suara yang bergetar karena emosi. "Dan saya akan membuktikan bahwa saya tidak pantas diperlakukan seperti ini!" Tanpa menunggu jawaban Lyanna langsung berbalik dan meninggalkan ruangan.