Anjani, seorang aktris multitalenta yang terpaksa menerima pinangan kakak angkatnya atas perjodohan yang diatur orang tua. Sekian tahun menikah, tak ada sentuhan apapun yang terjadi. Pria bernama Mahaka Wiratama itu sibuk dengan wanita yang ia cintai.
Di tahun ke 5 pernikahan, Anjani nekat kabur dan hidup sendiri. Semua itu berkat bantuan Devan, sahabat Mahaka, tetapi masalah baru justru hadir dalam hidupnya.
Hampir setiap malam ia merasakan kehangatan seorang pria dalam tidurnya. Ia bahkan harus kehilangan mahkotanya, tapi Anjani tak pernah tahu siapa yang melakukannya.
Semuanya semakin rumit saat dirinya dinyatakan hamil dan vidio asusilanya dengan seorang pria misterius tersebar di jagad maya. Hidup Anjani hancur dalam sekejap, lalu apa yang akan ia lakukan demi bisa memperoleh harga dirinya kembali.
Follow Instagram El khiyori
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El khiyori, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Pagi harinya Anjani terbangun dengan tubuh yang terasa berat. Saat matanya terbuka, ia tak langsung bangkit. Ada rasa aneh di bagin sensitifnya.
Sejenak wanita berparas cantik itu mencoba mengingat apa yang semalam ia alami sebelum akhirnya ia buru-buru bangkit dari tempat tidur sambil mengaduh karena ada rasa perih dan sedikit nyeri.
"Tunggu, apa ini? kenapa .... "
Anjani tak bisa melanjutkan ucapannya karena bibirnya kembali meringis. Disaat kesadarannya benar-benar kembali, tangannya bergerak cepat menyingkap selimut dari atas tubuhnya.
"Oh God!!"
Reflek bibir pink pucat itu memekik begitu mendapati jika ada bercak merah di atas ranjangnya. Tak hanya itu, ia juga baru sadar jika sejak tadi tak ada sehelai benangpun yang menempel di tubuhnya.
"Ini ... tidak mungkin. Siapa yang sudah melakukannya padaku?!"
Sekarang Anjani paham dengan apa yang sudah terjadi. Ia tak sedang datang bulan sementara benda berharga miliknya terasa perih.
Rasa takut bercampur cemas seketika datang. Suara tangisan dan getaran di tubuhnya menjadi bukti nyata atas kesedihan yang Anjani rasakan saat ini.
Ia berharap Mahaka yang akan mengambil kesuciannya dengan penuh cinta. Pria itu masih menjadi satu-satunya lelaki yang ia cintai di dunia ini. Sayangnya hal itu tak pernah terjadi dan sekarang ia justru kehilangan semuanya. Kehilangan mahkotanya sebagai seorang wanita sekaligus kehilangan harapan untuk mendapatkan cinta dari Mahaka.
Saat ini Anjani memang sedang mencoba untuk melepaskan pria itu dari hidupnya walau hampir setiap malam ia bergelut dengan kerinduan dan kesedihan. Semuanya tak mudah ia lakukan. Hatinya rapuh setiap kali mengingat cintanya pada Mahaka, dan sekarang masalah baru justru muncul.
Anjani jelas merasa sangat hancur. Ia kehilangan kesuciannya dengan cara yang tak ia harapkan.Seseorang telah mengambilnya tanpa izin. Hampir satu jam Anjani berada di posisi yang sama.
Meringkuk di atas ranjang dengan memeluk selimut. Air matanya terus jatuh berderai tanpa seorangpun yang bisa menenangkan. Ia baru kembali tersadar saat teleponnya berdering, dan itu adalah telepon dari sutradara yang ternyata sudah standby di lokasi syuting.
"Apa terjadi sesuatu padamu?" tanya pria yang memang sudah sering bekerjasama dengan Anjani tersebut.
"Tidak, aku baik-baik saja."
"Kau yakin?" tanya sang sutradara memastikan karena saat ini suara Anjani terdengar sedikit serak.
"Ya, aku yakin. Mungkin karena sedikit kelelahan setelah bersenang-senang di pesta Vincent semalam," jawab Anjani yang akhirnya bisa meyakinkan sang sutradara.
Hari ini ia juga diberi kelonggaran untuk datang ke lokasi syuting setelah lewat tengah hari, karena jika dipaksakan sutradara takut akting sang aktris tidak akan maksimal, apalagi hari ini akan diambil adegan yang cukup menguras emosi.
Sadar jika tak ada siapapun di sisinya, Anjani memilih menenangkan diri dengan mengguyur tubuhnya di kamar mandi. Merasa sudah cukup baik, ia lantas berjalan tertatih-tatih mengelilingi setiap sudut apartemennya. Memastikan jika benar-benar tak ada orang lain di sana selain dirinya.
Entah sehebat apa percintaannya semalam hingga tubuhnya terasa begitu letih. Kini Anjani kembali merenung di atas sofa.
Ia masih ingat jika semalam diantar pulang oleh Devan dan Ariel. Mengingat itu Anjani kembali takut bercampur sedih. Tak bisa terbayangkan bagaimana kalau pelakunya diantara mereka, atau mungkin dua-duanya.
Ia sungguh tak rela. Setidaknya, jika itu bukan Mahaka, ia berharap akan bertemu dengan cintanya suatu saat nanti.
"Ariel ... dia memana? tumben pagi-pagi tidak datang kemari untuk membangunkanku," gumam Anjani setelah ia menyadari adanya keanehan pada sang asisten.
Ia lalu beranjak untuk mengecek ke unit milik Ariel, namun sebelum itu Anjani lebih dulu mengecek rekaman cctv. Seperti tersambar petir. Rekaman cctv malam itu sudah dihapus. Tak ada apapun yang Anjani dapatkan. Apa yang terjadi pada dirinya seolah-olah sudah direncanakan sebelumnya.
Sekarang tak hanya cemas, Anjani juga merasa ketakutan. Ia mulai teringat pada pesan Devan kala itu, agar tak memberikan kebebasan akses masuk ke siapapun termasuk pada asistennya sendiri.
Saat itu juga, sebelum benar-benar pergi ke unit milik Ariel, Anjani langsung mengganti kode pin pintu apartemennya dan sesuatu yang mengejutkan kembali terjadi.
Tak ada siapapun di apartemen yang beberapa hari terakhir menjadi tempat tinggal Ariel, namun barang-barangnya masih di sana. Mulai dari pakaian, sepatu, berbagai peralatan make up, semuanya masih tertata rapi.
Anehnya Ariel juga tak bisa dihubungi. Anjani masih tak bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Otaknya terasa buntu. Ia juga tak tahu harus minta tolong pada siapa. Jika mencoba bertanya pada Devan, akankah pria itu mau menjawabnya dengan jujur, atau mungkin memang dialah pelakunya.
Kepala Anjani berdenyut nyeri memikirkan semuanya. Tubuhnya pun lunglai. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, tapi tak ada asupan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Jangankan makan, minum saja rasanya ia tak sanggup.
Tak ingin membuat kesalahan, Anjani mencoba untuk meminta izin agar hari ini ia diizinkan untuk tidak melakukan syuting. Selama ini ia tak pernah membuat masalah apalagi huru-hara. Karena itu sikap orang-orang di sekitarnya cukup baik dan bisa mengerti saat Anjani mengatakan jika dirinya sedang sakit.
Beristirahat hingga besok, bagi Anjani sudah cukup. Ia sudah terbiasa berperang dengan perasaannya demi profesionalitas. Meski masalahnya saat ini begitu berat, Anjani hanya butuh sedikit support.
Tak tahu lagi harus berbuat apa, pada akhirnya membawa Anjani mendatangi rumah orangtua angkatnya. Ia tahu akan mendapatkan pelukan tulus di sana dan benar saja, begitu tiba, bu Marta langsung memeluknya.
Seketika pelukan itu berhasil menghangatkan hati Anjani.
"Sayang, kenapa? kenapa kamu menangis?" tanya Bu Marta saat Anjani tak berhasil menahan air matanya.
"Tidak apa-apa Ma, Anjani hanya rindu sama Mama."
"Bohong, kamu bohong kan? pasti kamu menangis karena Mahaka. Dia menyakiti kamu?!" seru bu Marta.
Tanpa mendengar penjelasan Anjani lebih dulu wanita itu malah langsung menghubungi anak laki-lakinya.
"Ma tunggu Ma!! Mas Mahaka pasti sedang sibuk. Ini kan belum jam makan siang."
Anjani mencoba menghentikan apa yang Bu Marta lakukan tapi tak berhasil.
Wanita itu tetap bersikeras. Ia bahkan langsung marah-marah begitu telepon tersambung.
"Kamu ya, sok-sokan mau mengurus perusahaan, mengurus istri saja tak becus!!" hardik Bu Marta yang pasti langsung membuat putranya protes.
"Apa hubungannya sama perusahaan sih Ma? masa iya urusan rumah tangga disakan sama mengurus perusahaan?!"
"Ya tentu saja!! Dengar ya Mahaka, kalau kamu bisa membuat keluarga kamu hidup tenang dan nyaman, hal yang lainnya pasti akan mudah. Ini istri dibuat nangis-nangis mau sok-sokan memimpin orang banyak."
Mendengar Omelan ibu mertuanya membuat Anjani begitu terharu. Seandainya saja ia bisa menjadi menantu sesungguhnya, wanita yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri itu pasti sangat bahagia. Anjani akan memberinya cucu yang lucu-lucu untuk menghibur masa tuanya.
Sayangnya semua itu tak mungkin terjadi. Mahaka tak mungkin bisa menerimanya, apalagi dengan kondisinya yang sekarang. Entah bagaimana jika pria itu tahu kalau wanita yang belum pernah disentuhnya ternyata sudah tidak suci lagi.
Tak ingin terlarut dalam kesedihan, Anjani memilih menemani mertuanya membuat sesuatu di dapur.
"Kita buat minuman yang manis dan segar, biar kamu merasa lebih baik," ucap Bu Marta yang disambut Anjani dengan senyuman. Ia pun langsung turut ambil bagian dengan memotong buah-buahan.
Tak disangka di tengah-tengah aktivitas yang Anjani lakukan seseorang datang memeluknya dari belakang dan mencium pipinya. Tak hanya itu, sebuah kotak perhiasan berisi kalung berlian cantik dihadapkan ke arah Anjani.
"Sudah ya marahnya, aku sangat mencintaimu Sayang, tolong jangan marah lagi ya," bisik Mahaka setelahnya. Membuat tubuh Anjani membeku. Ia tahu semuanya hanya sandiwara, tapi hari ini Anjani ingin menikmati momen itu.
Ia menginginkan suaminya untuk menenangkan kegundahan hatinya walau hanya sesaat. Tanpa mengatakan apa-apa Anjani membalik tubuhnya dan memeluk erat tubuh Mahaka. Lagi-lagi ia menangis tersedu, apalagi saat pelukannya terbalaskan dengan begitu erat. Ingin rasanya Anjani berteriak dan memohon agar Mahaka membalas cintanya.
agak lama Shok terapi Thor biar dia merasakan apa yg di rasakan Anjani 👍👍👍👍