NovelToon NovelToon
A Modern Soul In A Young Widow'S Body

A Modern Soul In A Young Widow'S Body

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Janda / Mengubah Takdir / Romansa / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 7.Permintaan.

Angin musim gugur bertiup lembut membawa daun-daun kuning berjatuhan saat pena bulu ayam mencatat sejarah.

Kedua belah pihak duduk berhadapan, mata saling menatap dengan kewaspadaan yang belum sepenuhnya padam, meskipun senyum diplomatik menghiasi wajah masing-masing.

Perjanjian itu mencakup beberapa poin penting seperti,

Kedua belah pihak akan menarik pasukan dari garis perbatasan sejauh 100 li ke belakang.

Kota Lan gya utara tetap menjadi milik Lan gya, namun akses perdagangan akan dibuka untuk pedagang Qing.

Kedua negara akan mengadakan festival budaya setiap dua tahun sekali sebagai bentuk mempererat hubungan.

Tawanan perang akan dipulangkan dengan aman, dan tidak ada balas dendam yang diperbolehkan setelah perjanjian ini berlaku.

Setelah kedua pihak menorehkan stempel kerajaan mereka, suara lonceng emas dipukul tiga kali, menandai selesainya penandatanganan. Sorak-sorai kecil terdengar dari para pengikut dan pasukan yang menunggu jauh dari paviliun.

Perang panjang yang berkecamuk di perbatasan kota Lan gya akhirnya mencapai titik akhir.

Setelah bertahu-tahun pertumpahan darah, dua negeri besar Qing dan Lan gya memutuskan untuk mengakhiri konflik yang telah memakan banyak nyawa dan merusak kehidupan rakyat biasa.

Sekarang mereka semua berada di bukit kecil yang menghadap langsung ke arah perbatasan, sebuah altar sederhana didirikan dari batu dan kayu.

Di sana, dupa menyala, dan angin membawa harum daun pinus yang terbakar.

Kaisar Xiao berdiri paling depan, mengenakan jubah hitam berlapis merah darah, melambangkan duka dan kehormatan.

Di belakangnya, Jenderal Liu dan lima putranya berdiri sejajar, wajah mereka menunduk penuh rasa hormat.

Para perwira lain dan pasukan utama berlutut membentuk setengah lingkaran besar, memandang bendera Lan gya yang dikibarkan setengah tiang.

"Kalian, para ksatria tanah ini, telah memberikan nyawa untuk negeri dan rakyat. Hari ini kita berdamai, bukan karena takut, tapi karena keberanian kalian telah membuka pintu itu. Istirahatlah dalam damai,"ucap Kaisar, lalu menunduk dalam-dalam.

Dari tengah altar, seorang tabib tua menyebarkan bunga putih,bunga Lan gya,ke atas api yang menyala. Bunga itu hanya tumbuh di sisi gunung Lan gya dan selalu digunakan sebagai tanda perpisahan suci.

Tangis pelan terdengar dari sebagian prajurit muda. Di tengah duka, ada kebanggaan. Tidak semua orang mati sia-sia mereka mati agar generasi selanjutnya hidup bebas.

Malam menjelang. Dataran luas yang tadinya menjadi medan pertempuran kini berubah menjadi arena perayaan.

Panji-panji kekaisaran dikibarkan berdampingan dengan lentera merah dan kuning, melambangkan harapan dan semangat baru.

Api unggun besar dinyalakan di tengah lapangan. Musik mulai dimainkan oleh para pengiring dari ibu kota seperti petikan kecapi, tiupan seruling bambu, dan genderang kecil menggema di tengah malam yang dingin.

Kaisar Xiao menaiki panggung kayu sederhana, membawa cawan emas penuh anggur.

"Untuk darah yang telah dibayar, untuk nyawa yang selamat, dan untuk tanah yang kita cintai yaitu Lan gya!"

Ribuan suara menyambut dengan seruan serempak. “Lan gya!” Diikuti dentingan cawan dan gemuruh semangat yang menggetarkan tanah.

Prajurit mulai makan dan minum. Daging panggang, sup herbal, dan roti hangat dibagikan tanpa membedakan pangkat. Kaisar memerintahkan semua menikmati malam itu yang seolah perang tak pernah ada.

Api unggun masih menyala terang di tengah lapangan, namun suasana mulai tenang. Musik melambat, beberapa prajurit sudah tertidur dalam tenda-tenda atau bersandar pada tongkat tombak mereka.

Di atas panggung kayu sederhana yang dibangun sore tadi, Kaisar Xiao berdiri kembali dengan jubah emas berbordir naga merah, simbol kebesaran Lan gya.

Para prajurit terdiam saat lonceng emas dibunyikan tiga kali,tanda bahwa pengumuman penting dari kaisar akan disampaikan.

Di bawah panggung, Jenderal Liu dan kelima putranya berdiri rapi dengan pakaian perang yang masih berlumur debu.

Meski tubuh mereka lelah, kepala mereka tegak, mata mereka menatap ke arah kaisar dengan penuh rasa hormat.

"Di medan perang, ada mereka yang berjuang tanpa pamrih. Di balik kemenangan, selalu ada darah yang tak terlihat. Malam ini, aku ingin memberikan anugerah kepada mereka yang telah berdiri paling depan untuk negeri ini."

Kaisar Xiao melangkah turun dari panggung, mendekati Jenderal Liu, dan berhenti tepat di hadapannya.

"Jenderal Liu, setengah dari kemenangan ini adalah karena strategi dan keteguhanmu. Kau tidak hanya seorang panglima, tapi juga ayah yang menurunkan keberanian kepada putra-putramu."

Ia mengangkat tangannya. Seorang kasim membawa peti kayu berukir naga perak.

Ketika dibuka, tampak pedang kekaisaran bermata dua, dihiasi ukiran awan dan naga, dengan pegangan dari giok hitam.

"Dengan ini, aku menganugerahimu gelar ‘Pelindung Utama Negeri’. Dan pedang ini, yang dulu milik kaisar terdahulu, kini menjadi milikmu."

"Ada satu lagi hadiah untuk mu, kamu dan keluarga mu akan disambut di ibukota. Mulai sekarang keluarga kalian bisa tinggal seperti bangsawan yang lain."

Jenderal Liu dan kelima putranya menunduk, menerima pedang itu dengan dua tangan dan lutut yang menyentuh tanah dan berterima kasih pada Kaisar Xiao. Suara sorak dan tepuk tangan mengisi malam.

Api unggun mulai meredup. Para prajurit telah kembali ke tenda mereka masing-masing, membawa rasa hangat dalam dada setelah perayaan damai. Namun di tengah malam yang sejuk itu, satu peristiwa lain masih menggantung di langit berbintang.

Lei Heng, putra sulung Jenderal Liu, berdiri di hadapan Kaisar Xiao, dengan tatapan penuh keberanian namun menyimpan luka keluarga.

"Yang Mulia, izinkan hamba mengajukan satu permintaan… bukan untuk diri hamba, tapi untuk saudari kami Zi ning agar kami bisa membawanya kemari berkumpul bersama keluarga besar kami"

Kaisar Xiao menatapnya, memberi isyarat agar melanjutkan.

"Adik kami yang terpaksa menikah dengan keluarga Wu, karena janji ayah kami dengan keluarga Wu. Tapi kami mendengar awal pernikahan mereka, suaminya meninggal dan kami sebagai saudaranya ingin membawa adik kesayangan kami untuk kembali bersama kami."

Sorak di sekeliling padam. Nama Zi Ning, meskipun jarang dibicarakan secara resmi, tidak asing di telinga para bangsawan dan perwira tinggi. Ia pernah dikenal sebagai bunga keluarga Liu, namun setelah pernikahannya, namanya nyaris menghilang.

"Yang mulia terimalah permohonan kami! " Seru Lei heng.

Setelah kakak pertama mereka berlutut memohon untuk saudarinya maka ke empat saudaranya ikut maju dan memohon agar bisa menjemput saudarinya Zi ning.

Mereka berlima berlutut di tanah, di hadapan seluruh pasukan dan Kaisar, membungkuk rendah.

Semua mata kini tertuju pada Jenderal Liu yang duduk di sisi kaisar. Lelaki tua itu terdiam lama. Tatapannya kosong, namun matanya mulai berair. Tak banyak yang tahu bahwa dulu ia menikahkan Zi Ning sebagai bentuk janji yang ia ucapkan untuk keluarga Wu yang berjasa kepada keluarga nya, bukan karena kehendak sang putri.

Akhirnya Jenderal Liu berdiri perlahan. Suaranya serak, namun tegas.

"Maafkan kelancangan putra-putra saya yang mulia, mereka sangat mencintai saudarinya. Dan karena janji saya membiarkan permata kami diambil oleh keluarga Wu, hanya karena janji"

Ia menoleh ke Kaisar.

"Maafkan permintaan pribadi kelima putra saya yang mulia, sehingga membuat Kaisar ikut dalam masalah keluarga kami"

Kaisar Xiao menatap Jenderal Liu dan Lei Heng secara bergantian. Lalu ia mengangguk pelan.

"Aku memang tidak bisa mencampuri urusan keluarga kalian, tapi aku melihat ketulusan kalian terhadap Zi ning. Sebaiknya aku akan melihat dulu, kehidupan saudari kalian di keluarga Wu. Lalu aku akan putuskan, untuk mengambil keputusan untuk saudari kalian itu"

Keluarga Liu pun langsung berterimakasih dan berlutut, kakak-kakak Zi ning melihat harapan untuk bisa berkumpul kembali seperti dulu.

1
Alan Banghadi
Rasain kamu tuan muda hu bahkan itu belum cukup dengan matinya li mei
Alan Banghadi
Zi Ning yg sabar ya karena Li mei sudah mati😭😭😭
Alan Banghadi
Kasihan li mei malah mati bahkan di perkosa dan di bunuh😭😭😭.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡
Alan Banghadi
Jangan2 li mei mati di bunuh sama tuan muda keluarga hu aduh jangan sampe
Alan Banghadi
Ternyata yg membunuh pelayan tua itu Tian mudah Hu sendiri astaga 🤦🏻
Alan Banghadi
Akhirnya Zi Ning dan Yue akan berjuang dari nol
Alan Banghadi
Akhirnya li hua yg Berti dak
Alan Banghadi
Akhirnya Zi Ning akan berkumpul lagi dengan keluarganya
Alan Banghadi
Bagus semoga ketahuan perlakuan Keluarga terhadap Zi ning
Chen Nadari
ambil thor.ksh dia dimensi /Casual/
Chen Nadari
semoga buruan keluar dr keluarga laknat
Chen Nadari
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!