Anindya yang merasa hidupnya benar-benar bahagia menjadi seorang istri, nyatanya kebahagiaan itu tak bertahan lama ketika Anindya mengetahui suaminya berselingkuh selama ini belakangnya, dan kebenaran yang terungkap selama ini jika Arya hanya menikahinya karena Anindya anak orang kaya.
Anindya marah dan membalaskan rasa sakit hatinya, berselingkuh dengan sahabat karib suaminya sendiri.
Lantas bagaimanakah nasib rumah tangga Arya dan Anindya selanjutnya ? simak ceritanya di judul novel "MAAF, JIKA AKU SELINGKUH".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Anin datang mengunjungi rumah mertuanya. Anin melihat Ibu mertuanya tengah duduk menonton televisi.
“Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam. Anin !”
Heni langsung menyambut Anin, namun Anin buru-buru mendekati Heni.
“Ibu duduk saja ! Katanya Ibu sakit !” ucap Anin dengan lembut.
“Iya…tapi kemarin Arya sudah membawa Ibu berobat, Anin !” kata Heni berbohong.
“Syukurlah, Aku khawatir sekali mendengar dari Mas Arya kalau Ibu sakit !” Anin menggenggam tangan Ibu mertuanya itu.
“Ah, tidak apa-apa nanti juga Ibu sembuh, kok !” kata Heni mencoba terlihat begitu baik pada Anin. Jelas saja Heni harus selalu baik pada Anin, karena Anin anak orang kaya yang bisa memberikan putranya jabatan yang begitu tinggi di perusahaan.
“Anin membawa ini untuk Ibu !” Anin memberikan Heni paperbag bewarna orange yang berisikan tas mahal untuk Ibu mertuanya itu.
“Ah..apa ini Sayang ?” tanya Heni berpura-pura tidak tahu.
“Vitamin untuk Ibu agar lekas sembuh !” ucap Anin tersenyum manis.
“Ah…Kau bisa saja menyenangkan Ibu ! Terimakasih ya Sayang !” Heni memeluk Anin, kemudian Heni membuka isi di dalam paper bag tersebut di hadapan Anin.
Ini bukan sekali dua kalinya Anin menyenangkan hati ibu mertuanya, bahkan sudah tidak terhitung jumlahnya, Anin sering memberikan Heni barang-barang mewah, karena Anin ingin menjadi menantu yang selalu bisa membahagiakan mertuanya.
“Wah…cantik sekali Sayang !”
Heni melihat tas yang diberikan oleh Anin merupakan tas keluaran terbaru dimana Heni sudah dari beberapa waktu lalu menginginkan tas tersebut.
“Aku memesannya dari teman Ku, Bu ! Beberapa hari lalu dia baru pulang dari Paris !” kata Anin apa adanya.
“Benarkah ? Anin…Kau memang menantu Ibu yang paling baik. Semoga Kau selalu sehat dan rumah tangga mu dan Arya selalu di berkahi.” Kata Heni tersenyum manis.
“Aamiin, terimakasih, Ibu !”
Anin tidak tahu kalau selama ini Heni tidak pernah tulus menyayanginya dan menganggapnya sebagai menantu. Andai saja jika Anin berasal dari keluarga biasa, tentu saja Heni tidak akan sampai begitu menyayangi Anin.
“Ibu…maaf ya, Anin sampai sekarang belum bisa memberikan Ibu cucu !” ucap Anin pelan.
Heni menoleh pada Anin, lalu merangkul Anin.
“Sudah, jangan terlalu di pikirkan. Yang terpenting Kau dan Arya hidup bahagia, rumah tangga kalian baik-baik saja, itu sudah lebih dari cukup untuk Ibu ! Ibu hanya ingin anak-anak Ibu hidup bahagia.” Kata Heni, padahal dalam hatinya, Heni juga menginginkan seorang cucu, namun apalah daya Arya benar-benar tidak mau Anin hamil.
“Ibu…”
Anin sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat Ibu mertuanya yang begitu sangat menyayanginya. Padahal di luar sana, banyak sekali mertua yang cerewet ketika mendengar menantunya sudah lama menikah namun tidak kunjung memberikan mereka seorang cucu.
“Nanti suatu saat juga Anin bisa hamil, dan memberikan Ibu cucu ! Yang terpenting sekarang, Anin dan Arya harus bahagia menjalani rumah tangga saat ini. Urusan anak biarlah serahkan saja dengan yang maha kuasa !” kata Heni merangkul Anin.
“Terimakasih, Ibu ! Ibu begitu pengertian dan sayang padaku !” ucap Anin
“Sama-sama Sayang, Kamu itu bukan hanya menantu Ibu, tapi sudah seperti anak kandung Ibu sendiri.” Kata Hesti lagi terus berusaha menyenangkan hati Anin.
Anin memeluk Heni, sungguh Anin merasa sangat beruntung memiliki Ibu mertua seperti Heni.
Beberapa jam kemudian, Anin kembali pulang, dan tak lama Arya menghubungi Heni.
“Ibu, bagaimana apa Anin sudah ke rumah Ibu ?” tanya Arya
“Iya ! Baru saja dia pulang !”
“Apa dia bertanya ini itu tentang Ku ?” tanya Arya lagi.
“Tentu saja tidak ! Ibu mu ini kan jagonya menyenangkan hati menantu !” kata Heni dengan entengnya.
“Ah…Ibu memang luar biasa !”
“Jangan lupa di tambah uang belanja untuk Ibu, ya !” kata Heni tersenyum manis.
“Masalah itu, Ibu tenang saja !”
Arya tersenyum puas, setelah menghubungi Ibunya. Saat ini ia tengah berkerja di temani oleh Novi yang saat ini tengah duduk di pangkuannya.
“Uang belanja untuk ku mana ?” ucap Novi dengan manjanya.
Arya tersenyum pada Novi,
“Ada…mau berapa hem ?” ucap Arya membelai wajah cantik Novi.
“Lima ratus juta !” bisik Novi.
“Boleh..asalkan ini…”
Arya menekan intim Novi hingga membuat Novi mendesah.
“Akhhh…”
“Aku mau ini sampai sore !” bisik Arya kemudian menggigit telinga Novi dengan lembut.
Arya kemudian mendudukkan Novi diatas meja kerjanya. Pintu ruang kerjanya telah Arya kunci secara otomatis dan mengaktifkan kedap suara. Ia melakukan apa yang seharusnya ia lakukan pada Novi, menyalurkan hasratnya hingga Arya merasa puas. Tanpa memperdulikan perasaan dan hati istrinya di rumah yang selalu menanti kepulangannya di rumah dengan penuh rasa cinta.
...****************...
Akhirnya kanaya beri restu juga..