Setelah terusir dari rumah dan nyaris menjadi korban kebejatan ayah tirinya, Lisa terpaksa hidup di jalanan, berjuang mati-matian demi bertahan.
Ketika kehormatannya terancam, takdir mempertemukannya dengan Javier Maxim, CEO muda nan arogan, yang muncul sebagai penyelamat tak terduga.
Namun, kebaikan Javier tak datang cuma-cuma. "Tuan bisa menjadikan saya pelayan Anda," tawar Lisa putus asa.
Javier hanya menyeringai, "Pelayanku sudah banyak. Aku hanya memerlukan istri, tapi jangan berharap cinta dariku."
Dan begitulah, sebuah pernikahan kontrak pun dimulai. Sebuah ikatan tanpa cinta, yang hanya berfungsi sebagai kunci bagi Javier untuk mengklaim warisannya. Namun, seiring waktu, pesona dan kecantikan Lisa perlahan menyentuh hati sang CEO.
Seiring kebersamaan mereka, sebuah rahasia besar terkuak: Lisa bukanlah wanita sembarangan, melainkan pewaris tersembunyi dari keluarga yang tak kalah terpandang.
Mampukah cinta sejati bersemi di tengah perjanjian tanpa hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Rahasia
Javier duduk di kursi kebesarannya, pandangannya lurus ke depan, namun pikirannya melayang jauh. Tangannya mengetuk-ngetuk pelan permukaan meja marmer, sebuah kebiasaan yang muncul setiap kali ia merencanakan sesuatu yang besar. Di hadapannya, Jerry berdiri tegak, siap menerima perintah.
"Sudah kau siapkan surat-surat pernikahan kami?" tanya Javier, suaranya terdengar dingin dan penuh perhitungan.
"Nenek sihir itu pasti mengira kalau aku belum menemukan seorang istri."
Sebuah seringai tipis terukir di bibirnya saat membayangkan ekspresi Angelina, ibu tirinya. Wanita itu pasti akan mencak-mencak, berang karena rencananya gagal total. Javier tahu betul niat busuk Angelina.
Wanita itu menginginkan Javier menikah dengan wanita pilihan sendiri, seorang boneka yang bisa dikendalikan, supaya Angelina bisa menguasai seluruh harta milik Javier. Tapi Javier Maxim tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi.
"Sudah, Tuan," jawab Jerry, tangannya memegang sebuah map tipis. "Semua dokumen sudah lengkap dan siap untuk ditandatangani."
"Bagus," Javier mengangguk puas.
"Pokoknya kamu minta Bastian mempersiapkan pernikahan kami nanti malam. Undang beberapa tamu penting saja."
Jerry mengerutkan kening sedikit. "Nanti malam, Tuan? Apakah tidak terlalu mendadak?"
"Mendadak itu yang kuinginkan," potong Javier tajam.
"Semakin cepat semakin baik. Aku tidak ingin ada celah bagi nenek sihir itu untuk menghalangi. Pernikahan ini harus segera terjadi, dan dia harus tahu bahwa aku sudah selangkah di depannya."
Javier berdiri, berjalan menuju jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta yang sibuk.
Pikirannya sudah melangkah jauh ke depan. Pernikahan dengan Lisa hanyalah sebuah alat, sebuah perisai untuk melindungi hartanya dari cengkeraman Angelina. Lisa, gadis jalanan yang malang itu, secara tidak sengaja menjadi bagian penting dari strateginya. Ia tidak peduli dengan perasaan gadis itu, atau bagaimana Lisa akan menghadapi semua ini. Yang penting, rencananya berjalan mulus.
"Aku juga ingin memastikan kalau Nona Lisa sudah mendapatkan gaun pengantin yang layak," tambah Javier, tanpa menoleh.
"Jangan sampai ada kekurangan sekecil apa pun. Pastikan semuanya sempurna."
Jerry mengangguk patuh. "Baik, Tuan. Saya akan segera menghubungi Bastian dan mengatur semuanya."
"Dan satu hal lagi," Javier berbalik, menatap Jerry dengan mata tajam.
"Jangan sampai ada berita ini bocor sebelum waktunya. Aku tidak ingin ada kejutan yang tidak diinginkan."
"Siap, Tuan," jawab Jerry tegas.
Setelah Jerry meninggalkan ruangan, Javier kembali duduk. Ia menyeringai, membayangkan wajah Angelina yang murka saat mendengar berita pernikahannya. Ini akan menjadi tamparan keras bagi wanita itu. Ia tahu Angelina tidak akan tinggal diam, tapi Javier sudah siap untuk menghadapi apa pun. Ia tidak pernah takut pada siapa pun.
Yang ada di benaknya hanyalah bagaimana memastikan semua rencananya berjalan sesuai skenario. Lisa, gadis itu hanyalah bidak dalam permainan catur besar ini. Sebuah bidak yang ia butuhkan untuk memenangkan pertempuran melawan ibu tirinya.
☘️☘️
Waktu seolah berjalan lebih cepat dari biasanya bagi Lisa.
Sore itu, Bastian datang ke kamarnya dengan membawa sebuah kotak besar.
Di dalamnya terdapat sebuah gaun putih sederhana, namun elegan. Bukan gaun pengantin yang mengembang mewah seperti di dongeng, melainkan sebuah gaun A-line dari bahan satin yang jatuh lembut, tanpa banyak ornamen. Bastian juga membawa sepasang sepatu hak rendah dan beberapa perhiasan minimalis.
"Nona, Bos Javier meminta Nona untuk bersiap," ucap Bastian dengan nada yang sedikit berbeda dari biasanya, seolah ada kesedihan tersembunyi di matanya.
"Pernikahan akan dilaksanakan nanti malam."
Lisa terkesiap.
"Nanti malam?" suaranya nyaris tak terdengar. Ia tahu pernikahan ini akan terjadi, tapi tidak menyangka akan semendadak ini. Tidak ada waktu untuk bernapas, tidak ada waktu untuk mempersiapkan diri secara mental.
Bastian mengangguk.
"Ya, Nona. Acara akan sangat sederhana, hanya dihadiri beberapa orang penting."
Lisa hanya bisa pasrah. Ia mengambil gaun itu, tangannya sedikit gemetar. Ia masuk ke kamar mandi, mencoba menenangkan diri. Ia mandi, lalu memakai gaun itu dengan bantuan Bastian yang cekatan. Gaun itu pas di tubuhnya, menonjolkan siluet rampingnya.
Bastian bahkan membantu menata rambutnya menjadi sanggul sederhana dan memoles wajahnya dengan riasan tipis.
Lisa menatap pantulannya di cermin. Gadis di cermin itu terlihat asing, terlalu cantik, terlalu "sempurna" untuk dirinya yang sebenarnya.
Ketika Lisa keluar dari kamar, Javier sudah menunggunya di ruang tamu, ditemani oleh seorang pria paruh baya berjas rapi, yang diperkenalkan sebagai pengacara Javier, dan dua orang lainnya yang ia duga adalah saksi. Tidak ada senyum, tidak ada tatapan hangat. Hanya suasana formal dan dingin yang menyelimuti ruangan.
Javier sempat terpana saat memandang wajah cantik Lisa. Gaun putih itu, riasan tipis yang menonjolkan mata indahnya, dan tatanan rambut sederhana membuat Lisa terlihat jauh berbeda dari gadis kumal yang ia temukan di jalanan.
Ada kilatan kekaguman singkat di matanya, namun buru-buru ia menepisnya. Ia harus ingat bahwa wanita di hadapannya ini hanya pion, sebuah alat untuk mengklaim warisan agar tidak jatuh ke tangan ibu tirinya, Angelina. Tidak ada yang benar-benar tulus dalam hidupnya, bahkan ibu kandungnya sendiri pun pergi meninggalkannya sejak ia masih kecil.
"Nona Lisa, Anda sudah siap?" tanya Javier, suaranya datar, kembali pada nada aslinya.
Lisa hanya mengangguk. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena kebahagiaan, melainkan karena kecemasan dan ketakutan.
☘️☘️
Di sebuah ruang kecil, di sanalah di adakan pernikahan rahasia antara Javier dan Lisa. Dihadiri oleh kedua assisten javier, Bastian dan Jerry serta pengacara Javier dan beberapa saksi-saksi yang di minta hadir. Pernikahan mereka benar-benar tertutup.
Prosesi pernikahan nya pun sangat formal dan singkat. Pengacara membacakan pasal-pasal dalam sebuah dokumen, mirip dengan kontrak yang Lisa tanda tangani kemarin, namun kali ini lebih kepada aspek legalitas pernikahan. Javier dan Lisa diminta untuk mengucapkan sumpah pernikahan yang kaku, tanpa sentuhan emosi sedikit pun.
"Saya, Javier Maxim, mengambil Anda, Lisa, sebagai istri saya yang sah, di hadapan hukum dan saksi-saksi yang hadir," ucap Javier dengan suara tegas.
Lisa mengulanginya, suaranya hampir berbisik. "Saya, Lisa, mengambil Anda, Javier Maxim, sebagai suami saya yang sah, di hadapan hukum dan saksi-saksi yang hadir."
Setelah sumpah diucapkan, mereka berdua menandatangani dokumen-dokumen tambahan. Tidak ada cincin yang disematkan, tidak ada ciuman, tidak ada pelukan selamat.
Semua hanyalah formalitas yang harus dipenuhi. Lisa merasa kosong, seperti boneka yang baru saja menyelesaikan tugasnya.
"Baiklah, Nona Lisa. Selamat, Anda sekarang secara resmi adalah Nyonya Maxim," ucap pengacara Javier dengan senyum tipis, namun Lisa tidak merasakan kebahagiaan sama sekali.
Javier kemudian mendekati Lisa. "Kita akan menemui beberapa tamu penting sekarang. Ingat aturan yang kuberi tahu tadi pagi. Jaga sikapmu."
Nada suaranya dingin, mengingatkan Lisa bahwa ini hanyalah sebuah kesepakatan, bukan pernikahan sungguhan.
Mereka turun ke sebuah ballroom di lantai bawah gedung apartemen yang sama. Ruangan itu tidak terlalu besar, namun dihiasi dengan elegan.
Hanya ada sekitar dua puluh orang yang hadir, semuanya tampak seperti pengusaha atau tokoh penting. Mereka semua menatap Lisa dengan tatapan ingin tahu saat Javier memasuki ruangan dengan Lisa di sisinya.
Javier memperkenalkan Lisa kepada beberapa orang.
"Perkenalkan, ini istri saya, Lisa," katanya, suaranya formal dan datar, tanpa ada kebanggaan atau kehangatan. Ia hanya mengucapkan namanya, tanpa embel-embel, seolah Lisa hanyalah objek yang diperkenalkan.
Lisa hanya bisa tersenyum kaku dan mengangguk. Ia merasa seperti pajangan, sebuah aksesori yang dipamerkan Javier untuk tujuan tertentu. Obrolan yang terjadi di sekitarnya terasa hambar, hanya seputar bisnis dan politik.
Tidak ada yang menanyakan tentang perasaannya, atau bagaimana ia bisa berakhir di sini. Ia hanyalah Nyonya Maxim, sebuah peran yang harus ia mainkan dengan sempurna.
Malam itu, di tengah kemewahan dan tatapan orang-orang penting, Lisa merasa lebih kesepian daripada saat ia hidup di jalanan. Setidaknya, saat itu ia tahu siapa dirinya dan apa yang ia perjuangkan.
Kini, ia adalah seorang istri tanpa hati, di sebuah dunia baru yang asing, dan takdirnya sepenuhnya berada di tangan seorang pria arogan yang tidak peduli.
☘️☘️
Di sebuah penthouse mewah yang menghadap ke gemerlap lampu kota Jakarta, Angelina duduk anggun di meja makan marmer, ditemani oleh putranya, Adam, dan seorang wanita muda yang cantik dan anggun, Jesika.
Santap malam itu terasa elegan, dengan hidangan fine dining tersaji sempurna dan alunan musik klasik yang lembut mengalun di latar. Namun, di balik suasana tenang itu, tersimpan intrik dan ambisi yang pekat.
Angelina menyesap wine merahnya dengan tenang, matanya menatap Jesika dengan senyum manis yang penuh perhitungan.
"Jesika, kau tahu kan betapa aku berharap kau bisa menjadi bagian dari keluarga Maxim seutuhnya," ucapnya, nadanya lembut namun penuh penekanan.
"Javier itu memang keras kepala, tapi aku yakin kau punya pesona yang bisa meluluhkan hatinya."
Jesika tersenyum tipis, mengangguk patuh. Ia tahu betul apa yang diinginkan Angelina darinya. Menikah dengan Javier Maxim, pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga, adalah tujuan utama.
"Saya akan berusaha semaksimal mungkin, Tante Angelina," jawab Jesika, suaranya halus.
"Saya akan pastikan Javier melihat saya sebagai calon istri yang ideal."
Adam, yang sedari tadi hanya menyimak, ikut menimpali.
"Kak Javier itu memang sulit, Jes. Tapi kalau bukan kau, siapa lagi yang bisa mengimbanginya?"
Ada sedikit nada sinis dalam suaranya, mengingat persaingannya dengan Javier untuk mendapatkan perhatian dan kekuasaan di keluarga Maxim.
Angelina mengangguk setuju, raut wajahnya berubah serius.
"Ingat, Jesika. Waktu kita tidak banyak. Ulang tahun Javier sudah semakin dekat. Dia harus menikah sebelum hari itu tiba, dan aku berharap itu denganmu."
Ia tahu betul apa yang dipertaruhkan. Jika Javier menikah dengan wanita pilihan Angelina, maka wanita itu akan memiliki kendali penuh atas harta keluarga Maxim, melalui pengaruhnya pada menantu barunya. Ini adalah rencana yang telah ia susun bertahun-tahun.
"Tapi, Tante," Jesika sedikit ragu,
"Bagaimana jika Javier tetap bersikeras menolak saya?"
Angelina tersenyum misterius.
"Jangan khawatir, Jesika. Aku tidak pernah tidak punya rencana cadangan." Ia melirik Adam, sebuah isyarat yang hanya dimengerti oleh mereka berdua.
"Jika Javier tidak menikah sebelum hari ulang tahunnya, maka berdasarkan wasiat ayahnya, sebagian besar harta warisan itu akan jatuh kepada anak kandungku."
Adam menyeringai tipis. Ia adalah anak kandung Angelina, dan ia tahu betul bagaimana ambisi ibunya. Rencana A adalah Jesika, namun rencana B adalah dirinya sendiri.
Dengan begitu, harta Maxim tetap akan berada di bawah kendali mereka, terlepas dari pilihan Javier.
Makan malam itu berlanjut dengan obrolan ringan, namun di balik setiap kata dan senyum, ada ketegangan dan strategi yang tak terlihat.
Angelina adalah dalang utama, Jesika adalah pionnya, dan Adam adalah cadangannya.
Mereka semua adalah bagian dari permainan perebutan kekuasaan dan harta yang rumit, di mana Javier, tanpa disadarinya, adalah target utama.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...