Audrey mengira hari pernikahan yang ada di depan matanya saat ini akan membawa kebahagiaan. Menikah dengan kekasih yang begitu dicintainya adalah mimpinya sejak dulu. Namun, dalam sekejap mata, hari yang dinanti adalah hari yang begitu menyakitkan baginya. Dimana dia harus menerima kenyataan jika kekasihnya malah memilih bersanding dengan Kakak tirinya. Hatinya rapuh, disaksikan gaun pengantin yang melekat indah di tubuhnya. Seorang Kakak yang ia sayang dengan tega mengkhianatinya tanpa perasaan.
Bagaimana kisah Audrey selanjutnya? Akankah wanita cantik itu depresi atau malah melakukan hal yang tidak bisa di bayangkan. Baca yuk!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mhaya Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GTJ 7
Langkah kaki Audrey berjalan dengan langkah yang sangat malas. Senyumannya yang biasanya terpantri di bibirnya redup seketika. Hanya karena dirinya terngiang-ngiang dengan jelas dengan sosok Jason. Yah, pria itu tidak terlihat lagi di mata Audrey, sejak malam itu hingga sekarang.
"Untuk apa aku terus memikirkannya? Dia saja belum tentu memikirkan aku," ketus Audrey menarik kursi yang akan didudukinya, perutnya terasa lapar hingga ia memilih untuk ke arah meja makan. "Makanannya banyak banget!" ujar Audrey menatap meja makan yang terdapat banyak makanan. Ia mengira jika hidangan yang tersaji di atas meja itu adalah untuk menyambut tamu seperti dirumahnya dulu. Namun, rasa penasaran yang sedari tadi menguar di wajahnya tiba-tiba berubah menjadi merah ketika tau siapa yang datang menghampirinya.
"Halo, Tante," sapa Aura melambaikan tangannya ke arah Audrey yang tercengang. Wajahnya penuh dengan senyuman ditambah dengan belitan tangan nan indah di lengan kokoh milik Jay. "Sendirian saja, Tante," lanjutnya dengan senyuman mengejek.
"Kenapa kalian kesini?" tanya Audrey berdiri ketika melihat Aura dan Jay seenaknya saja duduk di depannya. Tentu saja Audrey geram, pasalnya ia tak tau menahu tentang kedatangan dua pasang manusia tersebut.
Aura mengerutkan dahinya, begitupula dengan Jay. Keduanya menatap Audrey dengan tatapan yang dibuat seolah kebingungan.
"Kenapa? Bukannya ini rumah milik Pamannya Jay Lou, Jason Lou," sahut Aura yang sudah bersedekap dada. Bibirnya terlihat tersenyum mengejek ke arah Audrey. "Kamu tidak ada hak untuk melarang kami kesini, Audrey!" tambah Aura yang membuat Audrey terdiam.
Bagiamana tidak, ia merasa dirinya memang tidak berhak untuk melarang Jay. Terlebih pria itu adalah keluarga Lou, keponakan Jason Lou.
"Siapa kau?" suara milik Jason terdengar menggelegar di area meja makan. Di tambah dengan suara tapak kaki yang menggema di lantai dasar. Dia Jason Lou, pria matang dengan sejuta pesona. Dan kali ini kehadirannya membuat sosok Audrey terhipnotis olehnya. Dengan memakai pakaian santai disertai celana polo yang elegan, Jason terlihat sangatlah fresh dan berkarisma. Siapapun tak bisa berkedip melihatnya tak terkecuali Aura dan juga Audrey, Istrinya.
"Apapun yang menjadi milikku sekarang menjadi milik istriku, bahkan seluruh asetku sudah atas namanya." Ucap Jason penuh penegasan setelah berhasil berdiri di samping Audrey, istrinya. Bahkan, tanpa sungkan ia menarik pinggang Audrey hingga tubuh keduanya saling terbentur dengan sengaja. "Istriku yang berkuasa disini!" tambahnya yang membuat mata Aura dan Jay mendelik tak percaya. Segampang itu Jason memberikan hartanya pada sang istri pikir Aura dan Jay.
"Paman..."
"Jay Lou, kamu akan paman pindahkan di kantor cabang," potong Jason sembari mendudukkan tubuhnya di sebelah Audrey yang sudah lebih dulu duduk.
Mendengar hal itu, Aura dan Jay saling pandang. Keduanya sama-sama terkejut mendengar keputusan sepihak yang di utarakan Jason. "Paman, kenapa begitu? Itu tidak adil!" sergah Jay gak terima. Ia berjalan ke arah Jason sembari meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya. "Aku dari dulu bekerja di kantor pusat sebagai CEO, kenapa sekarang mendadak dipindahkan?" tanya nya lagi dengan perasaan yang kecewa. Bagaimanapun ia takkan mau jika harus pindah ke kantor cabang.
"Itu sudah keputusan mutlak dari, Paman. Besok kamu pindah dan jalani kehidupan barumu disana. Oh iya, jangan lupa istrimu bawa lah," sahut Jason santai, ia memasukkan makanan ke dalam mulutnya tanpa melihat ke arah Jay yang sudah naik pitam karenanya.
"Tidak, aku tidak mau, Paman," tegas Jay menolak tanpa berpikir panjang.
"Itu terserah kamu, jika kamu tidak mau berarti kamu akan menjadi pengangguran," timpal Jason menatap Jay sekilas.
"Paman..."
"Berhenti merengek, Jay. Makanlah," titahnya dengan penuh ketegasan. Jay yang sedari tadi merengek seketika diam, pria itu lebih memilih untuk menurut sebelum Jason melakukan hal yang lebih dari sebelumnya.
Aura yang sedari tadi hanya menyimak tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bahkan wajahnya cenderung murung sembari menikmati makanan yang terlihat enak tapi dirinya sudah tidak napsu lagi untuk memakannya.
Bersambung...