Menjadi Ibu Susu Anak Mantan Tunangan

Kediaman Marcell Yudhana....

Pagi ini Marcell hendak bersiap-siap berangkat ke kantor tak lupa sebelum pergi ia menghampiri putranya yang sedang digendong pengasuhnya.

"Papa mau kerja, kamu jadi anak yang baik, ya!" ucap Marcell.

Setelah berpamitan, Marcell pun berangkat. Mobil yang membawanya meninggalkan tempat.

Tak lama berselang, bayi Mario menangis. Si pengasuh bergegas mengangkatnya dan menggendongnya agar bisa tenang, namun usahanya tak berhasil. Tangisan bayi Mario semakin kencang dan si pengasuh bergegas ke dapur meminta pelayan lainnya membuatkan susu.

Bayi Mario mulai menyesap susu di dalam botol yang tak sampai 5 menit sudah habis. Si pengasuh berpikir jika bayi majikannya itu menangis karena lapar terlihat setelah meminum susu perlahan berhenti menangis.

Bayi Mario yang telah tertidur lalu diletakkan ke keranjang bayi. Baru saja dibaringkan, bayi Mario terbangun dan menangis.

Sang pengasuh mencoba menepuk lembut paha bayi Mario biar tangisannya mereda. Usahanya tak berhasil, bayi Mario semakin mengencangkan tangisannya. Tak menunggu lama, si pengasuh berlari ke arah dapur dan membuat susu kembali.

Si pengasuh dengan langkah terburu-buru kembali sembari membawa sebotol susu. Bayi Mario lalu diangkat dan diberikan susu dalam gendongan. Tetapi, bayi Mario menolak susu yang masuk ke mulutnya.

Pengasuh berusaha mencari cara agar bayi Mario berhenti menangis dan tenang namun usahanya gagal.

Tak sanggup menanganinya sendiri, si pengasuh mencoba meminta bantuan pelayan Marcell yang lainnya buat menenangkannya. Lagi-lagi semuanya gagal sebab bayi Mario tak berhenti menangis.

Pengasuh akhirnya menyerah, ia lalu menghubungi Marcell yang baru saja tiba di kantornya.

"Hal mudah begitu saja kalian tak bisa mengatasinya!" marah Marcell sebab dirinya akan melakukan rapat.

"Kami sudah berusaha, Tuan. Tetapi, Tuan Muda Mario tak juga berhenti menangis!" ucap si pengasuh yang sangat kewalahan.

"Saya akan kembali!" Marcell menutup ponselnya dengan kesal.

Sebelum gerak balik ke rumahnya, Marcell menghubungi ibunya meminta bantuannya supaya datang ke rumahnya menenangkan Mario.

"Mama lagi di rumah teman. Butuh satu jam sampai ke rumah kamu!" kata Della menjelaskan posisi dirinya berada.

"Ya sudah, baiklah!" Marcell mengakhiri panggilannya.

Ia pun bergegas menuju parkiran gedung kantor dan meminta sopir pribadinya mengantarkannya pulang ke rumah.

Marcell sampai di rumah 40 menit kemudian, melonggarkan dasinya dan mencuci tangannya lalu menghampiri bayinya dan menggendongnya. Seketika tangisan bayi Mario berhenti.

"Tuan Muda Mario sempat berhenti menangis tapi lima menit kemudian lanjut lagi menangis," jelas si pengasuh.

"Pergilah, biar dia bersama saya dulu!" kata Marcell.

Si pengasuh pun berlalu.

Dan benar saja lima menit berselang, tangis Mario kembali pecah. Marcell terus berusaha menenangkan putranya, usahanya juga gagal.

Marcell yang panik lantas menghubungi ibunya lagi, ia mengadukan masalah yang sedang dihadapinya kala menangani seorang bayi manusia.

Della menyebutkan satu persatu langkah dan cara yang harus dilakukan. Si pengasuh bayi Mario mengatakan jika usaha yang disebutkan majikannya sudah dilaksanakan tetapi hasilnya nihil.

Della lalu mengusulkannya membawanya ke dokter spesialis anak. Marcell pun bergegas mengantarkan putranya ke rumah sakit.

Dokter menanyakan apakah bayi Mario menunjukkan gejala-gejala penyakit kepada Marcell, si pengasuh dan pelayan yang bisanya bertugas menggantikan posisi si pengasuh ketika sedang mandi atau makan.

Mereka menjelaskan jika tidak ada tanda-tanda gejala penyakit yang dialami bayi Mario.

Setelah dilakukan pemeriksaan, bayi Mario dinyatakan sehat. Tentunya membuat Marcell sangat lega.

Selama pemeriksaan bayi Mario memilih tidur dan tidak menunjukkan kegelisahan sedikitpun. Hal itu semakin membuat Marcell heran sebab sebelum membawanya ke dokter, tangis Mario begitu luar biasa.

Mereka pun pulang setelah mendengar penjelasan dari dokter karena tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Sesampainya di rumah, tangis Mario kembali memecah. Marcell dan orang-orang yang bekerja di rumahnya saling pandang dan keheranan.

"Kenapa lagi dengannya?" Della yang dari arah dalam rumah yang mendengar suara tangisan lantas keluar mendekati Marcell dan bayinya.

"Aku juga tidak tahu, Ma. Di rumah sakit dia tak menangis," ujar Marcell.

"Mungkin dia haus, coba buatkan susunya!" kata Della.

Pengasuh Mario bergegas masuk dan ke dapur membuat susu. Ia kembali 3 menit kemudian dengan langkah tergopoh-gopoh. Lalu menyerahkannya kepada Marcell yang berada di ruang keluarga.

"Ganteng, ayo minum!" Marcell mengajak bayinya bicara.

Lagi-lagi Mario menolak susu botol yang menempel di bibirnya.

"Mama, aku harus bagaimana?" Marcell frustrasi.

Della yang juga bingung tampak berpikir keras mendiami Mario.

"Aku tidak sanggup kalau begini, Ma!" rengek Marcell yang hampir menyerah.

"Coba kita temukan saja Mario dan Nadia!" Della memberikan usulan.

"Tidak, Ma!" Marcell menolak saran ibunya.

"Marcell, coba saja dulu. Siapa tahu dengan Nadia memberikan ASI-nya, Mario berhenti menangis!" kata Della memberikan alasan.

"Jangan dia, Ma. Aku tak mau!"

"Lalu siapa?"

"Cari orang lain saja!" kata Marcell seraya berusaha menenangkan bayinya.

"Kamu mau anakmu memiliki banyak ibu susu?" tanya Della.

"Memangnya kenapa kalau banyak ibu susunya?" Marcell balik bertanya.

"Itu sama saja mempersulit dia ketika mencari jodoh!" jawab Della.

"Apa hubungannya?" tanya Marcell lagi.

"Mario tidak boleh menikah dengan anak yang mendapatkan ASI dari ibu yang sama," jawab Della menjelaskan.

"Jika Mario menyusui dengan Nadia, berarti Mario tak boleh menikahi anaknya Nadia yang perempuan?"

"Ya, betul!"

Marcell manggut-manggut dan berpikir.

"Bagaimana?" tanya Della.

"Boleh juga," jawab Marcell.

"Pergilah ke rumahnya dan minta tolong kepadanya!" kata Della.

"Aku tidak tahu di mana rumahnya dan suaminya," ucap Marcell.

"Astaga, Marcell. Kamu ke rumah orang tuanya dan bertanya kepada mereka, kamu jelaskan semuanya maksud kedatanganmu!" kesal Della yang putranya mesti harus diajarkan dulu baru mengerti.

"Demi Mario, aku akan turunkan gengsi menemui dan memohon padanya!" Marcell lalu menyerahkan bayi Mario kepada Della.

Marcell berangkat ke rumah orang tuanya Nadia dengan perasaan gugup dan jantung berdebar-debar karena untuk pertama kali setelah hubungan pertunangannya berakhir dirinya tak pernah ke sana lagi.

Sebelum keluar dari mobil, Marcell menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia mencari kata-kata yang cocok buat menyampaikan tujuannya.

Setelah 10 menit mengatur napas dan kata-kata di dalam mobil, Marcell keluar. Ia berjalan memasuki halaman rumah orang tuanya Nadia sembari berdoa.

Marcell kini berdiri di depan pintu, ia kembali menarik napas sejenak kemudian mengetuk pintu beberapa kali.

Pintu rumah terbuka, Nella muncul dihadapan dengan mimik wajah terkejut. "Marcell??"

"Maaf, mengganggu waktunya, Tante."

"Ada apa, ya?" tanya Nella.

"Aku ingin bertemu dengan Nadia," jawab Marcell.

"Nad...Nadia...? Buat apa?" tanya Nella karena ia tahu jika hubungan putrinya dan pria muda dihadapannya telah berakhir 2 tahun lalu.

"Aku ingin Nadia menjadi ibu susu anakku, Tante."