Dokter Sherly Sakitnya Diselingkuhi

Sherly Isabel Carlos, anak seorang pensiunan guru mempunyai tekat menjadi orang yang sukses. Meskipun perekonomian keluarganya tidak mencukupi untuk membiayai dia berkuliah di universitas negeri ternama di kota Jogja, namun kedua orangtuanya bertekat untuk tetap anaknya kuliah.

Gadis yang pintar, membuat Sherly tidak susah bersaing dengan mahasiswa - mahasiswi lainnya. Dia gadis beruntung karena ketekunannya dari semester satu sampai akhir, kuliahnya dengan bantuan dua beasiswa satu dari kampus karena prestasinya dan satu dari perusahaan tambang terbesar. Di samping itu dia bekerja part time disebuah cafe gaul anak - anak muda. Semua uangnya ini, bisa membiayai dia hidup seorang diri jauh dari kedua orangtuanya.

Sherly sekarang sudah berada di semester akhir, Dia sementara praktek di rumah sakit negeri di kota Jogja. Sehingga Sherly lagi off bekerja di cafe.

"Selamat pagi Cei."

"Selamat pagi Ners Rita yang baik hati."

"Sekarang ditugaskan dibagian apa ndok?"

"Stase Neurologi ibuku sayang."

"Cayooooo."

"Cayoooo" Sherly membalas memberi semangat kepada ners Rita seorang bidan yang sudah seperti ibu bagi Sherly.

Hari ini Sherly membantu di dokter Neurologi. Pagi - pagi sekali dia sudah ada di klinik itu bersama ners yang bertugas membantu dokter Septian. Dan minggu ini dokter - dokter koas juga ada yang bertugas di bagian itu.

Inilah kali pertama Sherly bertemu lagi dengan sosok Timotius Johanes senior yang menjadi idola. Di bagian ini mereka memanggilnya Timo.

"Selamat pagi kak."

"Selamat pagi. Kamu siapa namamu?"

"Sherly kak."

"Ooooo iya, Cei kamu tugas disini juga." Sherly sedikit kaget, karena tidak semua orang tahu nama panggilannya.

"Iya minggu ini. Dan sudah mau terakhir."

"Sama dong, tetapi saya belum berakhir masih satu tahun lagi." Sherly senyum.

"Semangat kak."

Sherly melihat selama seminggu ini, bagaimana seniornya di tes tanya jawab mendadak oleh dokter Septian, dan kadang di marah kalau mereka tidak konsentrasi. Sebagai mahasiswa praktek, kadang kala kemarahan dokter juga berimbas kepadanya.

"Malu ya, dimarahi dokter."

"Wajar kan kalau tidak konsentrasi."

"Iya juga sih."

"Cei masih kerja di cafe."

"Sementara lagi off kak, karena lagi praktek. Kok tahu?"

"Perna nongkrong sama teman - teman disana."

"Ooooooo."

"Bulat ya." Sherly tertawa. Saat ini mereka di kantin rumah sakit. Makan siang sambil Sherly menyelesaikan skripsinya , yang rencana besok akan konsultasi terakhir dengan dosen pembimbingnya.

Jadwal ujian akhir skripsi Sherly sudah keluar dia akan ujian skripsi. Semua persiapan sudah di lakukan. Jas untuk ujian juga sudah. Kali ini dihari yang sama ada tiga orang mahasiswa yang ujian. Sherly nomor urut pertama. Sahabatnya Leny belum bisa ujian karena masih ada perbaikan skripsinya. Jadi hari ujian Sherly dia orang yang paling sibuk, membantu sahabatnya.

Ujian yang berlangsung hanya satu jam membawa Sherly Isabel Carlos berhasil mendapat peringkat terbaik dengan nilai A. Kesukacitaan Sherly dibagikan kepada mama dan papanya di kampung yang memang tidak bisa hadir karena biaya. Mereka sudah sepakat bahwa pelantikan dokter saja baru mereka berdua hadir.

"Mama dan papa kirim uang agar kamu bisa makan bersama temanmu."

"Ma, tidak usah. Kalau makan Cei punya uang. Mama dan papa tenang aja. Bagaimana kabar Adek ma?"

"Dia sudah membaik sayang. Ini juga karena kamu selalu mengirim obat buat adekmu. Terima kasih sayang."

"Sama - sama ma. Pokoknya Cey mau ade pulih lagi. Sayangnya Cey belum bisa mengobati adek. Masih harus dua tahun belajar lagi."

"Mama yakin kamu bisa anakku. Semangat."

"Cey sayang mama, papa dan adek."

Sherly dan Leny menikmati makan malam bersama. Kebetulan Sherly punya uang dia mentraktir sahabatnya makan di sebuah restoran yang ada di mall.

Selesai makan, mereka masih bermain di tempat permainan dan mampir di toko buku membeli buku mengambar dan alat - alat lainnya. Cey hobi mengambar, ini adalah bentuk dia menyebarkan pikirannya kembali dari berbagai repotnya menghafal obat dan gejala penyakit.

"Cey, itu kak Timo?"

"Iya."

"Gabung yuk sama mereka."

"ngak ya. Kalau kamu mau gabung berarti aku pulang duluan."

"ngak setia kawan. Pleaseee lihat sana kak Tomi memanggil kita. Kapan lagi duduk dengan calon - calon dokter ganteng."

"Leny, Cey sini gabung aja sama kami."

"Te...."

"Oke kak." Leny langsung memotong pembicaraan Sherly dan menariknya duduk bergabung bersama kak Tomi dan teman - temannya.

"Katanya tadi kamu ujian ya. Selamat ya cey, sukses selalu."

"Terima kasih kak."

"Wisuda minggu depan ya?"

"Iya."

Leny kesal karena dia tidak ditanya - tanya,melainkan hanya Sherly sahabatnya. Akhirnya di badmood sampai akhir mereka keluar dari cafe itu. Sherly sudah mengantar sahabatnya pulang. Namun muka Leny masih saja cemberut.

"Hey, kenapa dengan mukamu?"

"Mendingan tadi ngak usah gabung sama mereka."

"Kamu yang mau kan." Sherly tahu bahwa, Leny cemberut karena yang menjadi pokok pembicaraan hanya dia, sedangkan dia dicuekin.

Leny Marlina adalah anak orang kaya, papanya adalah pegawai bank, sekarang adalah komisaris pada salah satu bank swasta terkenal sedangkan mamanya adalah pengusaha butik terkenal. Sebagai anak orang kaya Leny tidak sombong karena kedua orang tuanya adalah orangtua yang humble.

Timotius Johanis adalah anak seorang dokter terkenal. Mamanya adalah dokter terkenal itu sedangkan papanya adalah seorang pegawai BUMN. Orang tua Leny dan Timo berteman baik. Karena sama - sama anak tunggal kehidupan mereka dipenuhi dengan kemewahan. Berbeda dengan Sherly yang hanya adalah anak seorang pensiunan guru disebuah desa terpencil.

Sherly sudah diwisuda, dia resmi menyandang gelar sarjana kedokteran di belakang namanya Sherly Isabel Carlos, S. Ked. Karena prestasinya dia juga dimudahkan mendaftar sebagai dokter koas atau dokter muda, dia akan belajar satu setegah tahun sampai dua tahun lagi baru bisa menjadi dokter penuh. Tenaga dosen dan administrasi di kampus Sherly sangat memudahkannya dalam proses ini. Sehingga dia dimasukan dalam daftar nama koas pada salah satu rumah sakit negeri.

Usia Sherly sekarang sembilan belas tahun waktu dia mendaftar koas dua bulan lagi dia berusia dua puluh tahun. Selama satu tahun enam bulan Sherly belajar sehingga di usia dua puluh dua tahun dia resmi menjadi dokter.

Sherly tidak menyangka bahwa malam itu dia bisa menyerahkan keperawanannya kepada Timotius Johanis yang sudah menjadi dokter di rumah sakit umum itu tempat Sherly Koas.

"Aku harus bagaimana kak?"

"Kamu tenang dulu?"

"Bagaimana bisa kak? Aku hamil."

"Cey aku akan bertanggung jawab."

Timo langsung menceritakan keadaan Sherly kepada papa dan mamanya terus terang keluarga ini semakin kaget, karena mereka tidak menyangka bahwa anak mereka bisa melakukan hal seperti itu. Timo dimarahi oleh mama dan papanya. Sherly hanya bisa menundukkan kepalanya. Malu sekalian takut menjadi satu.

"Kamu, kenapa jadi perempuan murah banget."

"Ma,.... Jangan ngomong seperti itu."

"Habis giman pak, kita mau taruh muka kita dimana, bagaimana keluarga Matias? Harus ngomong apa? Kita juga sudah menjodohkan Timo dengan Leny."

Sherly kaget mendengarkan nama Leny, jadi mereka sudah di jodohkan.

"Dari awal, Timo sudah bilang tidak mau di jodohkan."

"Sudah kalian harus menikah."