Cakra Atlas, seorang pria rupawan yang bekerja di sebuah bar, rela menerima pernikahan dadakan demi membayar hutang janji orang tuanya di masa lalu. Namun, siapa sangka, wanita yang dia nikahi adalah Yubie William, seorang wanita yang baru saja gagal menikah karena calon suaminya memilih menikahi wanita lain.
Yubie, yang masih terluka oleh kegagalan pernikahannya, berjanji untuk menceraikan Cakra dalam setahun ke depan. Cakra, yang tidak berharap ada cinta dalam hubungan mereka, justru merasa marah dan kesal ketika mendengar janji itu. Alih-alih membenci istrinya, Cakra berusaha untuk menaklukan Yubie dan mengambil hatinya agar tidak menceraikannya.
Dalam setahun ke depan, Cakra dan Yubie akan menjalani pernikahan yang tak terduga, di mana perasaan mereka akan diuji oleh rahasia, kesalahpahaman, dan cinta yang tumbuh di antara mereka. Apakah Cakra akan berhasil menaklukan hati Yubie, atau akankah Yubie tetap pada pendiriannya untuk menceraikannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6.
Yubie berjalan cepat masuk ke dalam perusahaan William. Langkahnya lebar. Dengan celana panjang dan pakaian formal yang ia kenakan, jiwa kepimpinan dari dirinya begitu terpancar.
Beberapa karyawan menyapanya sopan, tapi Yubie terkesan abai dan semakin terburu-buru dalam melangkah. Ia seperti tengah dikejar hantu.
"Selamat pagi, Bu Yubie."
Bahkan sekertarisnya yang berdiri di depan ruangannya, menyapa dengan hormat pun tak Yubie perhatikan. Wanita yang menempati posisi sebagai Chief Operating Officer (COO) di perusahaan William itu langsung masuk ke dalam ruang kerjanya, dan menutup pintu dengan sedikit keras.
"Ada apa dengan Bu Yubie?" gumam sang sekertaris heran. Biasanya, atasannya itu cukup ramah dengan para karyawan. Meski semua mengetahui, bagaimana cara Yubie ketika menegur karyawan-karyawan yang melakukan kesalahan besar. Ia bisa berubah menjadi singa betina.
Di dalam ruangannya, Yubie bersandar di balik daun pintu yang tertutup. Ia terengah karena nyaris saja berlari dari parkiran untuk segera bisa sampai ke dalam ruang kerjanya di lantai teratas perusahaan William ini.
Tangan Yubie meremas pelan blazernya. Merasakan sisa sisa getaran yang tadi sempat ada di dalam hatinya. Sebelum kedua tangannya terangkat dan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Bodoh!" rutuknya. "Sadar, Bie. Kau harus sadar!" ucapnya terus menekan dan mendengus, sangat kesal terhadap dirinya sendiri. Karena bisa-bisanya ia diam saja saat Cakra dengan lancang mencium bibirnya.
"Harusnya tadi aku langsung menghajarnya!" geram Yubie, tapi setelahnya ia menutup mata dalam-dalam. Hilang sudah ciuman pertamanya, dan itu semua dicuri oleh suaminya si Cakra sialan!
Perkataan Cakra yang dengan yakin akan membuat Yubie jatuh cinta padanya sempat membuat Yubie mematung. Belum lagi dengan tatapan pria itu yang begitu mematikan, dan yang paling menyebalkan adalah sikap tenangnya Cakra.
Bicara seadanya, tanpa banyak berekspresi, tapi malah berhasil mencium bibir Yubie tanpa bisa istrinya itu melakukan penolakan. Eh! Bukannya tidak bisa, hanya saja Yubie tidak sempat menolak. Lain kali, Yubie pastikan hal seperti ini tidak akan terjadi lagi!
"Apa yang kau lakukan dengan suami palsumu tadi?!"
Di tengah-tengah usaha Yubie menenangkan diri, suara keras seseorang sudah langsung menyeruak di belakang tubuhnya. Yubie berbalik, ia menatap Kanny yang kini ada di ruang kerjanya dan disusul oleh sekertarisnya yang sedikit berlari dengan wajah panik karena Kanny berhasil lolos masuk ke dalam ruang kerja sang atasan.
"Maaf, Bu. Tu...tuan ini memaksa masuk. Saya sudah melarangnya," ujar sekertaris Yubie seraya menunduk, merasa bersalah. Ia menatap Yubie tak nyaman, karena tahu, hubungan apa yang pernah ada di antara Kanny dan atasannya itu.
"Sekarang aku adalah manager di sini! Aku sedang ingin bicara berdua dengan atasanmu. "Kanny bermaksud mengusir sekertaris Yubie, tapi sekertaris itu tidak beranjak, ia menatap Yubie dan akan menunggu perintah dari atasannya itu saja.
Yubie mendengus kasar dan tersenyum sinis melihat sikap sok berkuasanya Kanny di perusahaan keluarga William. Padahal hari ini adalah hari pertama pria itu bekerja.
"Kau tidak paham kata-kataku? Keluar! Dan tinggalkan aku bersama Yubie!" Kanny marah pada sekertaris Yubie.
"Kau tidak berhak memerintahnya! Dia sekertarisku!" sambar Yubie langsung. Membuat Kanny menoleh padanya. "Kau yang seharusnya keluar dari ruanganku! Kau tidak dibutuhkan di sini!"
Yubie terang-terangan mengusir Kanny. Tapi, Kanny menolak. Ia tetap berada di sana dan kembali mempertanyakan apa yang telah dilakukan Yubie bersama Cakra di dalam mobil tadi sampai begitu lamanya.
"Apa urusannya denganmu?! Apapun yang aku lakukan dengan suamiku itu bukan urusanmu!"
"Suami? Kau sadar dengan ucapanmu barusan? Kau mengakui pria rendahan itu sebagai suamimu, Yubie?!" Kanny semakin marah. Tatapannya menajam karena Yubie seperti berpihak pada Cakra.
"Aku rasa telingamu belum tuli. Sekarang keluar dari ruanganku! Aku ingin bekerja, bukan berdebat!" Yubie ingin duduk di kursinya dan mengabaikan Kanny, tapi pria itu mencekal lengannya dan memaksa Yubie untuk menghadap ke arahnya.
"Apa-apaan kau, Kan! Lepas!!" Netra Yubie membara, tangannya berontak untuk lepas dari cekalan Kanny.
"Keluar!" kata Kanny dingin pada sekertaris Yubie yang masih berada di sana. Ia masih menahan lengan Yubie. "Aku bilang keluar!"
Sekertaris Yubie sampai terperanjat karena bentakkan Kanny. Ia menatap tak berdaya ke arah Yubie yang juga mendengus kasar. Yubie memberikan anggukan kecil, membiarkan sekertarisnya itu keluar. Ia bisa menghadapi Kanny seorang diri.
"Lepas!" Yubie menarik kasar tangannya hingga terlepas dari cekalan Kanny. "Jangan bersikap kurang ajar di sini! Ingat, aku adalah atasanmu!" Yubie memperingati suami adiknya itu dengan pongah.
Mendengar itu Kanny hanya menghela napas kasar. Ia menatap serius pada Yubie.
"Apa yang kau dan pria rendahan itu lakukan tadi. Kalian berada di dalam mobil terlalu lama. Apa dia melakukan sesuatu padamu?"
Ternyata Kanny masih penasaran prihal itu. Sepertinya ia menaruh rasa curiga, sekaligus perasaan takut di dalamnya.
"Tidak ada," jawab Yubie acuh. Malas sekali dirinya meladeni Kanny.
"Jangan berbohong! Mataku melihat kau terburu-buru keluar dari dalam mobil, sementara pria sialan itu tersenyum!"
Mengingat apa yang terjadi di parkiran tadi, benar-benar membuat darah Kanny mendidih. Belum lagi wajah Cakra yang sumringah tampak terpuaskan. Entah apa yang sudah pria sialan itu lakukan pada Yubie. Mungkinkah Cakra telah mengancam Yubie? Rasanya Kanny ingin menghajar langsung pria itu, tapi ia lebih memilih untuk segera menyusul Yubie yang sudah masuk ke dalam perusahaan.
"Terserah kau mau berpikir apa. Aku juga tidak peduli."
Kanny mengepalkan tangannya. Ia tahu karakter Yubie yang sangat keras. Bahkan selama menjalin hubungan asmara, Kanny sama sekali tidak pernah bisa menyetir Yubie. Wanita itu begitu dominan di atasnya, dan acap kali Kanny minder dengan itu semua.
"Baiklah. Aku anggap tidak terjadi apapun antara dirimu dan suami palsumu itu."
Yubie memutar bola matanya acuh dengan ucapan Kanny. Ia sungguh tidak peduli.
"Aku harap kau masih tetap mau bersabar. Aku akan segera menceraikan Lusy setelah anak itu lahir. Dan kita bisa kembali bersama."
Deg!
Yubie yang sudah membuka berkas, ingin memulai pekerjaannya itu langsung mengangkat wajah. Ia menatap Kanny yang berdiri di depan meja kerjanya dengan wajah yang tersenyum manis ke arahnya.
syukurlah retensimu tembus, jadi mapple emang sayang kamu.
queen salam buat mapple dan tears, ya
kamu gak suka galau lagi kan di gc atau gak bisa galau lagi, berbagi air mata
/Facepalm//Smug/