NovelToon NovelToon
Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nocturnalz

Di dunia yang dipenuhi oleh para gamer kompetitif, Kenji adalah sebuah anomali. Ia memiliki satu prinsip mutlak: setiap game yang ia mulai, harus ia selesaikan, tidak peduli seberapa "ampas" game tersebut. Prinsip inilah yang membuatnya menjadi satu-satunya pemain aktif di "Realms of Oblivion", sebuah MMORPG yang telah lama ditinggalkan oleh semua orang karena bug, ketidakseimbangan, dan konten yang monoton. Selama lima tahun, ia mendedikasikan dirinya untuk menaklukkan dunia digital yang gagal itu, mempelajari setiap glitch, setiap rahasia tersembunyi, dan setiap kelemahan musuh yang ada.
Pada sebuah malam di tahun 2027, di dalam apartemennya di kota metropolitan Zenith yang gemerlap, Kenji akhirnya berhasil mengalahkan bos terakhir. Namun, alih-alih layar ending credit yang ia harapkan, s

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturnalz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6: Jalanan Zenith

Melangkah keluar dari gedung apartemen adalah seperti memasuki dimensi yang berbeda. Di dalam, ancamannya terasa personal dan terbatas pada lorong-lorong sempit. Di luar sini, di bawah langit ungu dengan dua bulan sabit yang menakutkan, ancaman itu terasa tak terbatas dan menindas.

Udara dingin malam itu membawa aroma yang aneh—campuran tanah basah setelah hujan, bau ozon yang tajam seperti setelah badai petir, dan aroma manis yang memuakkan dari bunga-bunga alien yang mekar di retakan aspal. Suara dengungan lalu lintas dan kehidupan kota yang dulu kukenal telah digantikan oleh kesunyian yang mencekam, hanya dipecah oleh siulan angin di antara gedung-gedung yang hancur dan raungan monster yang jauh di kejauhan.

Anya berdiri terpaku di sisiku, cengkeramannya pada kapak apinya begitu erat. Matanya yang besar dan hijau bergerak liar, mencoba memproses semuanya. Telinga kucingnya berkedut tanpa henti, menangkap setiap suara kecil yang tak bisa kudengar. Ia jelas ketakutan, tetapi ia tidak lari. Ia menatapku, mencari arahan, dan kehadiran percayanya itu memberiku rasa tanggung jawab yang aneh.

Sementara ia merasakan dunia dengan inderanya yang tajam, aku membacanya dengan [Observer's Eye].

Pemandangan di depanku berubah menjadi lautan data. Mobil-mobil yang terbalik dan terbakar kini memiliki label: [Rongsokan Logam - Material Kerajinan]. Kristal-kristal biru yang tumbuh dari trotoar diberi nama [Kristal Mana Mentah - Material Sihir]. Bahkan tanaman merambat raksasa yang melilit sebuah gedung perkantoran memiliki nama: [Vine Creeper - Flora Monster Level 7].

Bagi Anya, ini adalah pemandangan kehancuran yang mengerikan. Bagiku, ini adalah zona awal yang dipenuhi sumber daya yang belum tersentuh. Perbedaan perspektif inilah yang akan menjadi keuntungan terbesar kami.

"Tetap dekat denganku," kataku, suaraku terdengar lebih mantap dari yang kurasakan. "Jangan sentuh apa pun kecuali aku bilang tidak apa-apa."

Anya mengangguk cepat, mengambil posisi sedikit di belakangku, matanya terus mengamati bayang-bayang di sekitar kami.

Aku sadar aku tidak bisa lagi bertindak seperti pemain solo. Aku punya anggota party sekarang. Aku harus memastikan dia mengerti aturan mainnya.

"Anya," panggilku, membuatnya sedikit terlonjak. "Buka jendela statusmu. Apa yang kau lihat?"

Ia memiringkan kepalanya, bingung, lalu matanya sedikit kehilangan fokus saat ia berkonsentrasi pada antarmuka yang hanya bisa ia lihat. "Ada... nama, level, dan tulisan 'Scout'. Lalu ada HP dan... MP? Di bawahnya ada tulisan skill."

"Apa saja skill-mu?" tanyaku. Ini penting. Aku harus tahu kemampuannya.

"Ada dua," jawabnya perlahan, membacanya untuk pertama kali. "[Langkah Senyap]. Katanya... bisa mengurangi suara langkah kakiku. Satu lagi... [Indra Tajam]. Katanya... meningkatkan kemampuan pendengaran dan penciumanku secara pasif."

Sempurna. Skill set awal yang ideal untuk seorang pengintai. "[Indra Tajam]" miliknya akan menjadi sistem peringatan dini kami, dan "[Langkah Senyap]" akan berguna untuk penyergapan atau melarikan diri.

"Bagus," kataku. "Mulai sekarang, peranmu jelas. Kau adalah mata dan telinga kita. Gunakan [Indra Tajam] itu. Jika kau mendengar atau mencium sesuatu yang aneh, sekecil apa pun, beritahu aku segera. Tugas utamaku adalah bertarung di depan. Tugasmu adalah memastikan tidak ada yang menyerang kita dari belakang atau samping. Mengerti?"

Aku menjelaskan semuanya dengan istilah-istilah yang praktis dan langsung, seperti memberikan strategi raid pada seorang anggota guild. Anehnya, cara ini sepertinya berhasil menenangkannya. Memiliki peran dan tujuan yang jelas di tengah kekacauan ini memberinya sesuatu untuk dipegang.

"M-mengerti!" jawabnya, posturnya menjadi sedikit lebih percaya diri.

Kami mulai bergerak. Aku berjalan di depan dengan kapak besi di tangan, sementara Anya mengikuti beberapa langkah di belakang, kepalanya terus berputar. Kami berjalan melewati jalanan yang dipenuhi puing-puing, setiap langkah terasa berat. Suasana begitu tegang hingga aku bisa merasakannya di kulitku.

Setelah sekitar lima menit berjalan dalam keheningan yang menegangkan, Anya tiba-tiba berhenti. Telinganya berkedut hebat.

"Kenji-san," bisiknya, suaranya bergetar. "Aku mendengar sesuatu. Di gang itu. Suara garukan... seperti cakar di atas beton."

Aku berhenti dan menajamkan pendengaranku. Aku tidak mendengar apa-apa selain angin. Tapi aku percaya pada skill pasifnya. Ini adalah ujian pertama bagi kerja sama kami.

"Bagus. Tetap di belakangku," perintahku pelan.

Kami mendekati mulut gang yang gelap di antara dua bangunan. Bau busuk yang samar tercium dari dalamnya. Aku mengintip dari balik sudut. Di dalam gang yang remang-remang, tiga makhluk yang tampak seperti anjing besar sedang menggerogoti sesuatu yang tidak bisa kuidentifikasi. Tubuh mereka kurus kering, ditutupi bulu hitam kusam, dan mata mereka bersinar dengan cahaya merah yang jahat.

[Observer's Eye] memberiku semua yang perlu kuketahui.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Nama: Shadow Hound

Level: 3

HP: 120/120

Skill: [Vicious Bite]

Kelemahan: Cahaya, Suci.

Deskripsi: Anjing pemburu yang mengintai di bayang-bayang perkotaan. Sangat cepat dan agresif.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Level 3. Lebih kuat dari Goblin, dan mereka bertiga. Kelemahan mereka adalah Cahaya atau Suci, jenis sihir yang tidak kumiliki. Ini akan menjadi pertarungan yang sulit.

"Ada tiga," bisikku pada Anya. "Aku akan menyerang yang di tengah untuk menarik perhatian mereka. Begitu mereka fokus padaku, kau cari celah dan serang satu dari samping. Jangan hadapi mereka langsung."

Anya menelan ludah, cengkeramannya pada kapak apinya mengerat. "B-baik!"

Tidak ada waktu untuk ragu. Aku menarik napas dalam-dalam dan langsung menyerbu masuk ke dalam gang. "Hei, anjing jelek!" teriakku.

Ketiga Shadow Hound itu langsung berbalik serempak, menggeram dengan suara rendah yang menggetarkan. Mereka meninggalkan mangsanya dan menerjang ke arahku. Aku mengayunkan kapak besiku, menghantam Hound pertama yang menerjang. Kapak itu mengenai bahunya, menimbulkan luka dalam dan membuatnya melolong kesakitan. [-45 HP].

Dua lainnya mencoba mengapitku. Aku melompat mundur, menempatkan diriku di posisi yang lebih sempit agar mereka tidak bisa mengeroyokku. Satu Hound melompat, mulutnya terbuka lebar, siap menggunakan [Vicious Bite]. Aku menangkisnya dengan gagang kapakku, tetapi kekuatan benturannya membuat lenganku sedikit mati rasa.

Saat itulah Anya bergerak.

Menggunakan [Langkah Senyap], ia menyelinap di sepanjang dinding gang yang gelap, nyaris tak terlihat. Salah satu Hound yang fokus padaku tidak menyadari kehadirannya. Dengan teriakan perang yang sedikit melengking, Anya mengayunkan kapak apinya, menebas punggung Hound itu.

[-22 HP].

Kerusakannya tidak besar, tapi itu lebih dari cukup. Serangan kejutan itu membuat si Hound terhuyung dan kehilangan momentumnya. Celah itu adalah semua yang kubutuhkan. Aku maju selangkah dan menebaskan kapakku secara horizontal, memenggal kepala monster itu. Ia hancur menjadi partikel kegelapan.

Satu tewas, dua tersisa.

Melihat temannya mati, dua Hound yang tersisa menjadi lebih ganas. Mereka menyerang bersamaan. Aku menembakkan satu [Void Pulse] ke salah satunya, membuatnya mundur dengan luka bakar kegelapan. Yang satunya lagi berhasil menerobos dan menggigit betisku.

[-35 HP].

Rasa sakit yang tajam membuatku tersentak. Sial, mereka cepat!

"Kenji-san!" teriak Anya panik.

Ia tidak ragu-ragu lagi. Ia menerjang ke depan, tidak lagi mencoba bersembunyi, mengayunkan kapaknya dengan kekuatan putus asa ke arah Hound yang sedang menggigitku. Serangannya membuat monster itu melepaskan gigitannya.

Sekarang kami bertarung layaknya sebuah tim. Aku menjadi "tank", menahan serangan dan memberikan kerusakan utama. Anya menjadi "flanker", bergerak lincah di sekitar pertarungan, memberikan serangan-serangan kecil yang mengganggu konsentrasi musuh dan menciptakan celah bagiku. Perlahan tapi pasti, kami mulai mendominasi. Satu [Void Pulse] lagi dan satu tebasan kapak terkoordinasi kemudian, dua Shadow Hound terakhir akhirnya lenyap.

Gang itu kembali sunyi. Hanya suara napas kami yang terengah-engah yang terdengar.

[Anda telah naik LEVEL! Anda sekarang Level 4!]

[Anya telah naik LEVEL! Dia sekarang Level 2!]

Aku merasakan kekuatan baru mengalir di tubuhku saat levelku naik. Tapi yang lebih penting adalah notifikasi kedua. Anya juga naik level. Aku menoleh padanya. Ia bersandar di dinding, napasnya berat, tapi matanya... matanya bersinar. Rasa takutnya telah digantikan oleh euforia kemenangan dan kepercayaan diri yang baru ditemukan.

"Aku... aku berhasil," bisiknya tak percaya.

"Kau melakukannya dengan baik," kataku, sebuah pujian yang tulus. "Kerja bagus, Anya."

Pujian sederhanaku membuatnya tersenyum lebar, senyum pertama yang kulihat darinya.

Kami mengumpulkan loot—beberapa [Taring Shadow Hound] dan sobekan [Kulit Tercemar]—dan keluar dari gang itu. Aku memeriksa lukaku. Gigitannya cukup dalam, tapi tidak sampai melumpuhkan. HP-ku [285/360]. Aku harus lebih berhati-hati.

Pertarungan tadi telah memperjelas satu hal: berkeliaran tanpa tujuan di jalanan adalah ide yang buruk. Kami butuh tempat berlindung. Sebuah markas.

Pikiranku langsung memindai peta "Realms of Oblivion" yang kini tumpang tindih dengan Zenith. Aku mencari lokasi strategis terdekat. Dan aku menemukannya. Sekitar tiga blok dari sini, ada sebuah toserba 24 jam. Di dalam game, lokasi seperti itu sering kali menjadi pos-pos kecil, tempat yang relatif aman dengan sumber daya penting seperti makanan dan air yang belum kedaluwarsa. Dinding kacanya memang sebuah kelemahan, tapi bangunannya kecil dan hanya punya satu pintu masuk utama, membuatnya mudah untuk dipertahankan.

"Kita punya tujuan baru," kataku, menunjuk ke arah jalan di depan. "Lihat rambu itu? Ada '24/7 Mart' di ujung jalan itu. Kita akan ke sana. Kita butuh persediaan dan tempat yang bisa kita jadikan benteng sementara."

Memberikan tujuan yang jelas sepertinya menenangkan Anya. Ia mengangguk, ekspresinya kini jauh lebih fokus.

"Aku siap, Kenji-san."

Kami bukan lagi dua penyintas yang ketakutan. Kami adalah sebuah party. Sebuah tim dengan seorang pemimpin yang memiliki peta di kepalanya, dan seorang pengintai dengan indra yang tajam. Dunia di sekitar kami masih merupakan neraka yang dipenuhi monster, tetapi untuk pertama kalinya sejak semua ini dimulai, aku tidak lagi merasa sendirian. Dan perasaan itu, ternyata, jauh lebih kuat daripada skill Mythical mana pun.

1
Babymouse M
Uppppp🔥
Mamimi Samejima
Gak pernah kepikiran plot twist-nya seunik ini! 🤯
Shishio Makoto
Cepat update, jangan biarkan kami menunggu terlalu lama!
Nocturnalz: terimakasih dukungannya, saya usahakan untuk update secepatnya
🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!