NovelToon NovelToon
Dendam Di Balik Gaun Pengantin

Dendam Di Balik Gaun Pengantin

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: riniasyifa

Anya gadis cantik berusia 24 tahun, terpaksa harus menikahi Revan CEO muda anak dari rekan bisnis orangtuanya.

Anya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan kesepakatan kedua keluarga itu demi membayar hutang keluarganya.

Awalnya ia mengira Revan mencintai tulus tapi ternyata modus, ia hanya di jadikan sebagai Aset, untuk mencapai tujuannya.

Apakah Anya bisa membebaskan diri dari jeratan Revan yang kejam?

Jika ingin tahu kisah Anya selanjutnya? Langsung kepoin aja ya kak!

Happy Reading...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Anya terus menggambar hingga larut malam, melupakan semua masalah dan kesedihannya. Ia merasa bahagia dan damai, seolah ia telah menemukan kembali dirinya yang hilang.

Ia tahu, ia masih memiliki jalan yang panjang dan sulit di depan, namun ia tidak takut. Ia memiliki mimpi, ia memiliki harapan, dan ia memiliki tekad untuk membebaskan diri dan mewujudkan mimpinya.

Saat matanya mulai terasa berat, Anya berhenti menggambar dan merapikan mejanya. Ia menyimpan buku catatannya terlebih dahulu di tempat yang aman, tempat di mana Revan tidak mudah menemukannya, setelah itu Anya bersiap untuk tidur.

Dengan langkah semangat ia menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, Anya menatap langit-langit kamar sesaat sebelum Ia memutuskan untuk memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur, namun pikirannya terus berkecamuk.

Ia masih saja memikirkan tentang Revan, tentang keluarganya, tentang rencananya, dan tentang masa depannya. Semua itu terus berputar di pikirannya.

Anya tahu, ia tidak bisa mempercayai siapa pun, kecuali dirinya sendiri saat ini. Ia harus berhati-hati dalam setiap langkah yang ia ambil. Ia harus memastikan bahwa rencananya berjalan dengan sempurna tanpa celah kegagalan.

Anya juga memikirkan tentang mimpinya. Ia bertanya-tanya, apakah ia akan benar-benar bisa mewujudkan mimpinya? Apakah ia akan benar-benar bisa menjadi seorang desainer sukses nantinya?

Anya membuka matanya kembali dan kini ia menatap bulan yang bersinar terang di luar jendela. Ia merasa ragu dan takut. Ia bertanya-tanya, apakah ia cukup kuat untuk melawan Revan dan keluarganya? Menghadapi semua tantangan yang ada di depannya?

Namun, tiba-tiba Anya kembali teringat pada bunga mawar putih yang ia petik di taman pagi tadi. Ia teringat pada kekuatan dan ketegaran bunga itu, dan ia merasa semangatnya kembali membara. Ia harus menjadi seperti bunga mawar itu.

Anya menggenggam tangannya erat-erat dan berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah. Ia akan berjuang, ia akan bertahan, dan ia akan membebaskan diri dan mewujudkan mimpinya.

Anya memejamkan matanya kembali dan mencoba untuk tidur. Kali ini, ia merasa lebih tenang dan damai. Ia percaya, dengan kerja keras dan tekad yang kuat, ia bisa mencapai apa pun yang ia inginkan.

Anya tertidur, memimpikan gaun-gaun indah, butik mewah, dan kebebasan yang sejati.

Ia bermimpi tentang dirinya yang berdiri di atas panggung, menerima penghargaan sebagai desainer terbaik di dunia. Ia bermimpi tentang dirinya yang dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya dan mendukungnya.

Dalam mimpinya, ia merasa bahagia dan damai. Ia merasa bahwa ia telah mencapai semua yang ia inginkan. Ia merasa bahwa ia telah menemukan kebahagiaan yang sejati.

Namun, mimpi indah itu tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk. Udara terasa dingin dan berat. Ia melihat Revan berdiri di hadapannya, bukan dengan senyum manisnya yang biasa, melainkan dengan tatapan marah yang membara, seolah ia siap membakar Anya hingga menjadi abu. Revan memegang pisau di tangannya, bilahnya berkilauan memantulkan cahaya bulan, dan ia siap untuk membunuh Anya.

"Kau tidak akan pernah bisa lari dariku," desis Revan dengan suara yang membuat bulu kuduk Anya meremang.

Aaaa!!! Tidak ... Anya berteriak ketakutan dan mencoba untuk melarikan diri, namun kakinya terasa berat dan sulit digerakkan. Revan dengan cepat menangkapnya. Ia mencengkeram lengan Anya dengan kasar, membuat Anya meringis kesakitan. Revan menusuk Anya dengan pisau itu, tepat di jantungnya. Anya merasakan sakit yang luar biasa, seolah seluruh tubuhnya terbakar. Ia melihat Revan tersenyum puas, menikmati penderitaannya.

Ia terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Jantungnya berdebar kencang, memompa darah dengan liar ke seluruh tubuhnya, dan ia merasa ketakutan yang luar biasa.

Ia melihat sekeliling kamarnya, memastikan bahwa Revan tidak ada di sana. Napasnya tersengal-sengal, seolah ia baru saja berlari maraton.

"Syukurlah, ternyata cuma mimpi," gumamnya dengan napas memburu, sembari mengelus dadanya perlahan mencoba menenangkan dirinya sendiri. Jantungnya masih berdegup kencang, seolah ingin melompat keluar dari dadanya.

Ia menghela napas lega dan mencoba untuk menenangkan diri. Ia tahu, itu hanyalah mimpi. Namun, mimpi itu terasa begitu nyata, dan ia tidak bisa melupakannya begitu saja. Bayangan tatapan marah Revan dan kilatan pisau terus menghantuinya.

Akhirnya Anya bangkit dari ranjang dan berjalan menuju jendela. Ia membuka jendela kamarnya dan menghirup udara segar. Udara malam yang dingin sedikit menenangkan tubuhnya yang berkeringat. Ia melihat bintang-bintang yang bersinar di langit malam yang indah, dan ia merasa sedikit lebih tenang. Namun, di balik ketenangan itu, ia merasakan kewaspadaan yang baru.

Anya menyadari, mimpinya itu mungkin adalah peringatan. Peringatan bahwa rencananya sangat berbahaya, dan ia harus berhati-hati. Peringatan bahwa Revan mungkin lebih jahat daripada yang ia bayangkan sebelumnya. Ia merasakan ketakutan yang dingin menjalar di tulang punggungnya.

Namun, Anya tidak akan mundur. Ia akan terus berjuang, meskipun ia harus menghadapi bahaya yang lebih besar. Ia telah memutuskan, maka ia akan membebaskan diri dan mewujudkan mimpinya. Tekadnya membara, mengalahkan rasa takutnya.

Setelah merasa lebih tenang Anya menutup kembali jendela dan kembali ke ranjangnya. Ia mencoba untuk tidur lagi, namun pikirannya terus menghantuinya. Ia tidak bisa melupakan mimpi buruknya begitu saja, dan ia merasa takut sendirian. Ia memeluk dirinya sendiri, mencoba mencari kehangatan dan perlindungan.

Anya berusaha mengalihkan pikirannya dengan mengingat kembali pada tujuan utamanya. Ia ingin bebas, ia ingin bahagia, dan ia ingin mewujudkan mimpinya. Ia tidak akan membiarkan rasa takut menguasai dirinya. Ia akan menggunakan rasa takut itu sebagai motivasi untuk berjuang lebih keras.

Anya menarik napas dalam-dalam dan memejamkan matanya. Ia mencoba untuk memfokuskan pikirannya pada hal-hal yang positif, pada mimpinya, dan pada kebebasannya.

Ia membayangkan dirinya berdiri di atas panggung, menerima penghargaan, dan tersenyum bahagia. Ia membayangkan dirinya memiliki butik yang indah, yang penuh dengan gaun-gaun ciptaannya. Ia membayangkan dirinya dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya dan mendukungnya.

Dengan membayangkan hal-hal positif, Anya merasa lebih tenang dan damai. Ia akhirnya tertidur, memimpikan masa depan yang cerah dan penuh dengan harapan. Ia tidak lagi memimpikan mimpi buruk, melainkan mimpi-mimpi indah yang memberinya semangat untuk berjuang.

 ***

Pagi hari datang dengan begitu cepat. Anya terbangun dengan perasaan yang lebih baik, meskipun sisa-sisa ketakutan masih terasa. Ia merasa lebih kuat dan lebih bertekad untuk melaksanakan rencananya. Ia bangkit dari ranjang dan bersiap-siap untuk menghadapi hari yang baru.

Ia mengenakan pakaian yang sederhana namun elegan. Ia tidak ingin menarik perhatian, namun ia juga ingin terlihat percaya diri. Ia merias wajahnya dengan tipis, menutupi lingkaran hitam di bawah matanya. Ia menatap dirinya di cermin, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia bisa melakukan ini.

Setelah selesai bersiap-siap, Anya keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Ia menemukan Revan dan keluarganya sudah duduk di meja makan, menunggu kedatangannya. Aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan.

"Pagi semua," sapa Anya singkat dengan senyum yang dipaksakan. Ia berusaha menyembunyikan rasa takutnya di balik senyum itu.

Semua orang yang ada di meja makan melempar tatapan penuh arti padanya, namun Anya tak peduli ia sudah berjanji untuk kuat di hadapan Revan dan keluarganya. Ia merasakan tatapan Revan membakar punggungnya, membuatnya tidak nyaman dan waspada.

"Pagi Anya," balas Nyonya Ambar dengan senyum palsunya. Matanya menyelidik, seolah mencoba membaca pikiran Anya.

Anya hanya tersenyum kecil lalu memilih duduk tepat di samping Revan dan mulai makan sarapan tanpa melirik ke arah Revan. Ia mengambil sepotong roti dan mengolesinya dengan selai, lalu memakannya.

# Bersambung ....

1
Rita
ketangkep g nih?kalah lawan
Rita
duh Van gmn mau luluh aplg balik istrimu
Rita
betul
Rita
mulai penasaran yah
Rita
mengerti kekhawatiran Damian soalnya yg dihadapi berbahaya
Rita
lg bantuin nenek kakak Anya nya
Rita
untung ada yg nolong
Rita
milikmu tapi g dijaga layaknya pasangan yg disayang dicintai ini mlh bikin trauma
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor 🙏😄
Apriyanti
knp gak lgsg kamu ungkapin aja Damian KLO kamu mencintai Anya,,biar Anya gak salah paham,, lanjut thor 🙏
Rita
semoga berhasil lolos
Rita
sdh ditraining
Rita
istri atau boneka
Rita
duh Van kerjaan mu marah2 mulu awas meledak
Rita
jgn takut Anya lawan
Rita
firasat itu
Marsya
penyesalan Revan sudah terlambat
Rita
kmu sdh terlalu menyakiti
Rita
hayoloh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!