NovelToon NovelToon
KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Ketua OSIS yang baik hati, lemah lembut, anggun, dan selalu patuh dengan peraturan (X)
Ketua OSIS yang cantik, seksi, liar, gemar dugem, suka mabuk, hingga main cowok (✓)

Itulah Naresha Ardhani Renaya. Di balik reputasi baiknya sebagai seorang ketua OSIS, dirinya memiliki kehidupan yang sangat tidak biasa. Dunia malam, aroma alkohol, hingga genggaman serta pelukan para cowok menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya.

Akan tetapi, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat saat dirinya harus dipaksa menikah dengan Kaizen Wiratma Atmaja—ketua geng motor dan juga musuh terbesarnya saat sedang berada di lingkungan sekolah.

Akankah pernikahan itu menjadi jalan kehancuran untuk keduanya ... Atau justru penyelamat bagi hidup Naresha yang sudah terlalu liar dan sangat sulit untuk dikendalikan? Dan juga, apakah keduanya akan bisa saling mencintai ke depannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tinggal Bersama

Happy reading guys :)

•••

“Argh … kenapa hidupku jadi kayak gini sekarang? Aku cuma mau bebas dan ngilangin semua beban pikiran selama ini, tapi kenapa malah harus nikah sama orang yang aku benci? Kenapa?”

Naresha melihat sebuah cincin berlian yang telah terpasang sempurna di jari manis tangan kirinya. Ia menggigit bibir bawahnya cukup kencang, lantas segera mengalihkan pandangan ke arah jendela kaca kursi penumpang belakang—berusaha menghilangkan segala ingatan tentang akad nikah yang telah dirinya laksana tiga puluh menit lalu—dengan cara menikmati keindahan kota Jakarta pada pagi hari ini.

Mata indah Naresha terkunci pada beberapa orang cewek seusianya yang saat ini tengah asyik berolahraga serta tertawa bersama-sama di luar sana.

Naresha semakin mengencangkan gigitan pada bibir bawahnya sambil mulai menggenggam erat kedua tangan di atas pangkuan ketika merasa dunia sedang bersikap tidak adil untuk dirinya.

Akan tetapi, itu tidak berlangsung lama, karena atensi Naresha seketika teralihkan saat tiba-tiba saja mendengar suara notifikasi pesan dari handphone-nya. Ia segera menundukkan kepala, mengambil benda pipih itu dari dalam sling bag branded berwarna biru muda miliknya.

Tanpa menunggu waktu lama, Naresha segera membuka layar handphone, lantas sedikit mengerutkan kening saat membaca beberapa chat Nayla dan Thalita dalam group mereka—melalui pop up notifikasi yang muncul dari bagian atas layar.

Nayla:

“Resha, gimana kemarin malam? Lu jadi ketemu sama Gavin?”

Thalita:

“Kayaknya nggak jadi, deh, Nay … soalnya gue dapat info dari beberapa temen yang kemarin malam lagi party Veloura ….”

“Kata mereka … Gavin datang ke sana sendirian, terus muka dia kayak nggak bersahabat gitu.”

“Gue curiga … sahabat kita yang paling cantik dan seksi ini udah mulai permainannya.”

Nayla:

“Wah … emang sulit ditebak banget, ya, gerak-gerik lu, Sha.”

“Kemarin aja bilang masih mau main-main sama Gavin, tapi sekarang udah mutusin buat ninggalin dia lagi.”

“Gue benar-benar respect sebagai sahabat lu dari SMP, Sha.”

Membaca beberapa chat dari kedua sahabatnya itu, Naresha diam sejenak sambil menggenggam erat handphone menggunakan kedua tangan. Ia mengembuskan napas panjang beberapa kali, sebelum pada akhirnya dengan sangat ragu mulai menggerakkan kedua ibu jari untuk mengetikkan sesuatu pada keypad handphone—berusaha menimpali dan menjawab spekulasi yang telah dibuat oleh kedua sahabat baiknya itu.

Naresha:

“Ngaco, gue masih belum berakhir sama si Gavin … Gue masih pengin bikin dia jadi boneka gue.”

Naresha ingin melanjutkan ketikannya, tetapi berhenti beberapa saat ketika Nayla dan Thalita mengirimkan balasan.

Nayla:

“Kirain lu udah mulai permainannya.”

“Terus kenapa kemarin malam nggak jadi ketemu sama dia, Sha? Bukannya kemarin sore lu semangat banget, ya, mau ketemu sama dia?”

Thalita:

“Iya, kenapa itu, Sha … gue juga penasaran. Soalnya tumben banget lu kayak gini … biasanya kalau udah bilang A, pasti akan dilakuin sampai selesai.”

Naresha kembali menggigit bibir bawahnya, sembari kedua ibu jarinya mengetuk-ngetuk keypad handphone—merasa bingung harus jujur atau tidak kepada kedua sahabatnya itu tentang pernikahannya dengan Kaizen.

Beberapa detik berlalu, Naresha mulai kembali mengetikkan sesuatu pada keypad handphone guna membalas pertanyaan yang telah dilontarkan oleh Nayla dan Thalita.

Naresha:

“Ada kejadian buruk … Gue ketahuan mama sama papa kalau sering party dan gonta-ganti cowok.”

Tanpa harus menunggu waktu lama, chat dari Naresha langsung mendapatkan balasan dari Nayla dan Thalita.

Nayla:

“Hah! Serius?! Om Ardhan sama tante Gayatri tahu kehidupan malam lu selama ini?”

Thalita:

“Terus keadaan lu sekarang gimana, Sha? Orang tua lu marah nggak waktu tahu kehidupan malam lu?”

Naresha:

“Ya gitu … gue sekarang jadi dikasih hukuman sama mereka.”

“Tapi, kalian tenang aja … hukumannya nggak berat, kok, dan gue pastiin masih bisa buat bikin cowok-cowok bertekuk lutut di hadapan gue.”

Naresha mengirimkan chat terakhir dengan disertai emoticon ketawa penuh kelicikan, lantas menghela napas panjang beberapa kali dan menaruh kembali handphone ke tempat semula—sudah tidak terlalu tertarik untuk melanjutkan obrolan bersama kedua sahabatnya yang kemungkinan besar akan membuat dirinya semakin susah menyembunyikan tentang pernikahan bersama Kaizen.

Setelah menaruh handphone dan kembali ingin menikmati keindahan langit kota Jakarta, Naresha dibuat sedikit melebarkan mata saat secara tiba-tiba mendengar suara berat Kaizen dari arah samping kanannya.

“Gavin Raksha Nugraha, ya … kasihan banget nasib itu orang,” gumam Kaizen, mengukir senyuman penuh arti sambil menatap ke arah depan—melihat kedua kakaknya yang sedang bermesraan.

Naresha spontan mengalihkan pandangan, lalu menatap wajah sang suami dengan kening mengerut sempurna dan sorot mata dipenuhi oleh hawa amarah. “Lu ngintip?”

Kaizen mengangkat kedua bahu pelan, sebelum melirik ke arah Naresha. “Nggak ngintip … cuma kelihatan aja waktu lu lagi chatting-an bareng Nayla sama Thalita.”

Naresha berdecak pelan saat mendengar jawaban yang telah diberikan oleh Kaizen. Ia ingin melontarkan kekesalannya, tetapi segera mengurungkan niat ketika menyadari sekarang dirinya sedang berada di dalam satu mobil bersama keluarga dari cowok itu.

Kaizen terkekeh pelan kala melihat perubahan ekspresi wajah Naresha, lalu tanpa aba-aba segera menggerakkan jari telunjuk tangan kanan untuk menyentuh bibir mungil cewek yang sekarang telah resmi menjadi istrinya itu. “Untuk ke depannya … Jangan harap lu bisa berbuat semena-mena, ya, Sayang … Papa Ardhan sama mama Gayatri udah nyerahin lu ke gue … Jadi, kehidupan lu sekarang ada di tangan gue.”

Naresha menepis jari telunjuk Kaizen, memberikan tatapan tajam nan membunuh ke arah cowok itu sebelum pada akhirnya kembali mengalihkan pandangan ke arah luar—tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Jangan harap lu bisa ngatur gue, Kai … Gue pastiin lu nyesel karena udah nikahin gue, dan … gue pastiin lu bakal bertekuk lutut di hadapan gue kayak cowok-cowok lainnya. Gue pastiin akan hal itu!”

•••

“Sumpah, ini rumah besar banget … lebih besar daripada rumah mama-papa, dan rumah … cowok-cowok yang pernah aku buat pusing tujuh keliling.”

Naresha melangkahkan kaki masuk ke dalam bangunan rumah dengan penuh akan rasa takjub, mata double eyelid-nya membulat sempurna kala melihat interior yang terhampar di hadapannya—ruang tamu luas dengan langit-langit tinggi dan pencahayaan alami yang mengalir melalui jendela-jendela besar. Dindingnya didominasi oleh warna putih bersih berpadu dengan aksen kayu pada beberapa sisi, membuat suasana di dalam sana terasa sangat hangat.

Gadis berparas cantik itu menyusuri rumah semakin dalam dengan diikuti oleh Kaizen dan beberapa anggota keluarga barunya yang mengikuti dari arah belakang, napasnya sempat tertahan beberapa saat ketika melihat setiap detail yang tampak sangat personal, seolah tempat ini benar-benar sudah disiapkan khusus untuk dirinya bersama Kaizen tinggal. Ia menyentuh permukaan kayu pada sebuah rak buku di sudut ruangan, menelusuri deretan novel yang begitu sangat dirinya kenali.

“Ini, kan … novel-novel yang pernah aku beli dulu,” gumam Naresha, mengambil sebuah novel bergenre romance comedi yang dulu cukup dirinya sukai, lalu mengalihkan pandangan ke arah tempat para anggota keluarga barunya berada—lebih tepatnya, ke tempat sang mama mertua berada, “Ta—Ma … kenapa novel-novel ini ada di sini? Siapa yang udah bawa semuanya ke sini?”

Sekar mengukir senyuman manis saat mendengar pertanyaan yang telah dilontarkan oleh Naresha, lantas melangkahkan kaki mendekat dan memberikan elusan lembut di punggung menantu barunya itu. “Mama sama mama kamu, Sayang … biar kamu nggak bosan waktu tinggal di rumah ini.”

Naresha menatap wajah sang mama mertua dengan sorot mata dipenuhi oleh kebingungan sangat luar biasa, tetapi dirinya tidaklah kembali membuka suara, dan justru mengalihkan pandangan ke arah depan—ke tempat Kaizen yang sekarang sudah mulai sibuk bermain sesuatu di dalam sebuah console portable keluaran lama.

“Sejak kapan dia udah ada di sana? Perasaan tadi ada di belakangku,” batin Naresha, menutup novel yang sedang dirinya pegang dan menaruhnya di tempat semula.

Melihat tatapan yang sedang Naresha tunjukkan untuk Kaizen, Kenan mengukir senyuman penuh akan kejahilan, kemudian tanpa aba-aba mengambil console portable dari kedua tangan sang adik kandung dan segera melangkahkan kaki mendekati tempat sang istri berada saat ini.

Kaizen spontan membelalakkan mata dan ingin melancarkan protes kepada sang kakak, tetapi sesegera mungkin mengurungkan niat ketika secara tiba-tiba sang papa angkat bicara.

“Kai, Resha … kalian berdua mulai hari ini bisa langsung tinggal di sini … semua barang-barang yang kalian perluin udah Papa, Mama, Kenan, dan Sela siapin. Jadi, kalian tinggal nikmatin semuanya …,” ucap Radit dengan suara tegas yang disertai sedikit kelembutan, seraya menatap ke arah anak bungsu dan menantu barunya itu berada, “Oh, iya … kalau misalnya kalian kesusahan dan perlu asisten rumah tangga, kalian bisa kasih tahu Papa atau Mama, biar ka—”

“Nggak usah, Pa … aku sama Resha bisa ngurus rumah ini sendiri, kok, tanpa perlu bantuan dari asisten rumah tangga,” potong Kaizen secara tiba-tiba—suaranya terdengar tenang dan sedikit datar—lalu mengalihkan pandangan ke arah tempat Naresha berada sambil memberikan kode mata kepada istrinya itu, “Bener, kan, S-Sa-Sa … Sayang.”

Naresha spontan mengangkat sebelah alisnya saat mendengar panggilan yang telah diberikan oleh Kaizen, seakan dia sedang melontarkan pertanyaan kepada cowok itu dalam diam: “Serius lu manggil gue sayang?”

Beberapa detik berlalu, dengan napas yang terdengar ringan, tetapi menyiratkan rasa kesal sangat besar, Naresha pada akhirnya mengangguk pelan dan mulai ikut bermain peran.

“Iya, bener …,” ucap Naresha sangat pelan, seraya disertai sebuah senyuman tipis, tetapi tatapannya menusuk ke arah Kaizen, seolah sedang memberikan peringatan bahwa dirinya akan benar-benar membuat perhitungan dan menjadikan Kaizen seperti cowok-cowok yang telah berani bermain dengannya.

Sekar terkekeh pelan saat melihat interaksi antara pasangan suami-isteri baru itu, kemudian mengangguk penuh akan kepuasan. “Bagus. Mama senang kalian bisa saling pengertian.”

Kaizen hanya mengangguk sebagai respons dari perkataan sang mama, sebelum pada akhirnya mengalihkan pandangan ke arah tempat Kenan yang tengah memberikan godaan kepadanya menggunakan alis.

Sementara itu, Naresha menghela napas panjang seraya mulai kembali mengamati seluruh bagian rumah yang kini akan menjadi tempat tinggal barunya. Semewah apa pun rumah ini, Naresha tahu, yang paling sulit bukan menyesuaikan diri dengan tempatnya—melainkan dengan orang yang akan selalu dirinya lihat setiap detiknya.

to be continued:)

1
Vlink Bataragunadi 👑
what the..., /Shame//Joyful//Joyful//Joyful/
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha puas bangett akuu/Joyful//Joyful//Joyful/
Musoka: waduh, puas kenapa tuh 🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha Reshaaaa jangan remehkan intuisi kami para orang tua yaaaaa/Chuckle//Chuckle/
Musoka: Orang tua selalu tahu segalanya, ya, kak 🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
ada ya yg ky gini/Facepalm/
Musoka: ada, dan itu Resha 🤭🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
gelooooo/Facepalm/
Musoka: gelo kenapa tuh kak 🤭🤭🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!