Lyra hanyalah gadis biasa yang hidup pas-pasan. Namun takdir berkata lain ketika ia tiba-tiba terbangun di dunia baru dengan sebuah sistem ajaib!
Sistem itu memberinya misi harian, hadiah luar biasa, hingga kesempatan untuk mengubah hidupnya 180 derajat. Dari seorang pegawai rendahan yang sering dibully, Lyra kini perlahan membangun kerajaan bisnisnya sendiri dan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di dunia!
Namun perjalanan Lyra tak semudah yang ia bayangkan. Ia harus menghadapi musuh-musuh lama yang meremehkannya, rival bisnis yang licik, dan pria kaya yang ingin mengendalikan hidupnya.
Mampukah Lyra menunjukkan bahwa status dan kekuatan bukanlah hadiah, tapi hasil kerja keras dan keberanian?
Update setiap hari bisa satu episode atau dua episode
Ikuti perjalanan Lyra—dari gadis biasa, menjadi pewaris terkaya dan wanita yang ditakuti di dunia bisnis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madya_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Pertemanan baru
Suara decitan terdengar dari arah gerbang villa. Lyra yang duduk santai di sofa ruang tamu menoleh, bibirnya terangkat sedikit. Dari jendela besar yang menghadap halaman, ia melihat Hera datang sambil memegang kunci mobil Ferrari Enzo miliknya, ekspresi gadis itu begitu sumringah seolah habis memenangkan hadiah besar.
"Wah, ternyata mobilmu luar biasa banget, Rasanya beda dari mobil sport lain yang pernah aku coba. Nggak heran kalau mobil ini langka dan mahal banget," ucap Hera dengan nada takjub. Ia masih memandangi mobil itu dengan penuh kekaguman. "Aku jadi pengen beli satu, tapi… ayahku pasti ngamuk lagi kalau aku minta mobil baru."
Lyra terkekeh pelan melihat tingkah Hera yang benar-benar polos. Ia mengingat bagaimana dulu dirinya hanya bisa memandangi mobil-mobil mewah lewat layar ponsel. Lucu juga ya, dunia ini bisa berubah secepat ini, pikirnya.
"Ngomong-ngomong, aku tadi belum sempat nanya. Namamu siapa?" Hera menyadari ia terlalu antusias dengan mobil sampai lupa memperkenalkan diri.
"Lyra," jawab Lyra singkat sambil menyodorkan tangan.
Hera langsung menjabat tangan itu dengan semangat. "Senang kenal kamu, Lyra! Boleh nggak… kita jadi teman?"
Lyra sedikit tertegun, lalu tersenyum tipis. "Iya, tentu saja."
Mata Hera berbinar senang. "Kalau gitu… kamu ada rencana hari ini? Kalau nggak ada, ikut aku belanja, yuk! Sekalian besok aku mau ngajak kamu ke pesta ulang tahun kakekku. Pesta besar banget, bakalan banyak orang penting datang."
Lyra tampak sedikit ragu. "Apa nggak apa-apa aku ikut?"
"Tenang aja. Kamu sekarang temanku," jawab Hera sambil mengedipkan mata nakal.
Akhirnya Lyra mengangguk. "Baiklah."
"Yeay! Kamu siap-siap ya. Aku juga mau ganti baju dulu. Nanti aku yang nyetir mobilmu!" seru Hera bangga.
Lyra hanya terkekeh kecil. Teman, ya? Rasanya… tidak buruk juga punya teman seperti ini, batinnya.
...----------------...
Tak lama kemudian, Ferrari Enzo itu melaju mulus di jalan raya. Hera yang memegang kemudi tampak bahagia luar biasa, seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan impiannya.
"Tau nggak, Lyra? Aku tadi sempat ribut sama ayahku gara-gara mobil ini. Aku bilang pengen punya yang kayak gini, eh ayah malah lempar sandal ke aku. Katanya mobilku udah terlalu banyak," Hera mendesah kesal. "Padahal aku baru punya lima."
Lyra menoleh sekilas, alisnya sedikit terangkat. "Kamu ini… lagi pamer atau curhat sih?" ucapnya datar.
Hera terbahak. "Hahaha, mungkin dua-duanya!"
Lyra hanya menggeleng pelan, tapi hatinya terasa hangat. Entah kenapa, gadis ini memiliki aura yang menyenangkan.
Mereka berhenti di Aurora Square Mall, pusat perbelanjaan paling mewah di Jakarta. Bangunannya menjulang tinggi, dindingnya didominasi kaca besar yang memantulkan cahaya matahari sore.
"Aku mau cari gaun buat acara besok di Louis Vuitton. Kamu ikut ya?" pinta Hera.
"Boleh. Aku juga sekalian mau beli," jawab Lyra.
Begitu mereka memasuki butik, para pegawai langsung menyapa Hera dengan penuh hormat.
"Selamat siang, Nona Hera. Ada yang bisa kami bantu?"
Hera, yang sudah sangat terbiasa dengan perlakuan ini, meminta ditunjukkan koleksi terbaru. Seorang pegawai kemudian memperlihatkan gaun hijau elegan dengan ekor panjang yang berkilauan di bawah lampu toko.
"Bagus banget! Cocok nggak sama aku, Lyra?" Hera berputar sekali dengan anggun.
Lyra menatapnya sebentar, mengangguk, lalu tiba-tiba menggeleng pelan.
"Hah? Maksudmu apa?" Hera kebingungan.
"Itu cantik, tapi ekornya terlalu panjang. Di pesta yang ramai, kamu yakin bisa jaga gaun itu supaya nggak terinjak?" jawab Lyra santai.
Hera memukul dahinya pelan. "Ah! Aku nggak kepikiran soal itu…"
Lyra kemudian menunjuk gaun rok tutu pendek warna pink pastel. "Coba yang ini. Menurutku cocok buatmu."
Begitu Hera mencobanya, matanya berbinar. "Bagus banget! Lucu, tapi tetap elegan."
Lyra tersenyum. "Pas banget sama auramu yang ceria."
Hera langsung membelinya tanpa pikir panjang.
Sementara Hera sibuk di kasir, Lyra berjalan-jalan di butik dan matanya tertuju pada gaun biru galaxy bertabur permata. Gaun itu terlihat elegan, mewah, sekaligus memberi kesan kuat. Ia memegang kainnya, merasakan tekstur halus yang mahal.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Lyra pada Hera.
Hera menatap Lyra dari atas ke bawah, lalu mendesah iri. "Astaga… gaun itu cantik banget, tapi yang bikin makin cantik itu kamu! Badanmu bagus banget, aku iri!"
Lyra hanya mendengus. "Aku nanya soal gaunnya, bukan soal tubuhku."
Hera terkekeh malu. "Iya-iya, itu cantik banget, Lyra. Kamu harus beli."
...----------------...
Setelah selesai berbelanja, mereka menuju restoran Luminare, salah satu restoran paling eksklusif di Indonesia. Interiornya megah, dengan lampu kristal raksasa yang menggantung di tengah ruangan. Bahkan untuk bisa makan di sini, seseorang harus memiliki kartu keanggotaan.
Hera menunjukkan kartu emasnya kepada petugas, yang langsung mempersilakan mereka duduk di ruang privat.
Saat Lyra melihat daftar menu, Hera mendengar suara tawa dari bilik sebelah. "Eh, sebentar Lyra," katanya sambil berdiri.
Hera menghampiri bilik itu dan mendapati tiga pria muda tampan sedang makan santai.
"Oh, jadi ini yang kamu bilang sibuk ya, Kak?" tanya Hera dengan nada kesal.
"Sibuk makan," jawab Raka Lestavana, kakaknya, sambil terkekeh.
Setelah bercanda sebentar, Hera kembali membawa Lyra.
"Kenalin, ini temanku Lyra. Dia yang punya Ferrari Enzo itu lho!" ucap Hera dengan nada bangga.
Raka menatap Lyra penuh rasa ingin tahu. "Halo, aku Raka Lestavana."
"Aku Elvano Vantiraya," pria kedua memperkenalkan diri.
"Maesa Kalistora," tambah pria ketiga.
Lyra tersenyum sopan. Tapi dalam hatinya, ia sedikit terkejut. Lestavana… real estate. Vantiraya… teknologi dan tambang. Kalistora… militer. Lingkaran ini bukan main.
Elvano menatap Lyra dengan tak percaya. "Jadi kamu punya Ferrari Enzo? Mobil yang super langka itu?"
"Jangan remehkan Lyra, Kak El," sela Hera dengan nada kesal.
Elvano buru-buru mengangkat tangan. "Bukan maksudku meremehkan. Cuma… mobil itu hampir nggak pernah terlihat di Indonesia."
Lyra menjawab dengan senyum tenang. "Iya, itu hadiah dari keluarga besarku."
Ketiga pria itu saling pandang. Mereka yakin Lyra pasti berasal dari keluarga kaya raya yang selama ini tersembunyi dari publik.
Makan malam berlangsung dengan obrolan ringan. Raka tampak menyukai kepribadian Lyra yang kalem namun tidak canggung, sementara Elvano dan Maesa ikut terlibat dalam percakapan. Lyra bisa merasakan bahwa ini adalah kesempatan besar untuk membangun koneksi.
Hera kemudian berkata, "Kak, aku mau undang Lyra ke pesta ulang tahun kakek besok, ya?"
"Boleh. Nanti aku kirimkan undangannya. Tinggalnya di mana?" tanya Raka.
"Villa nomor 10 di Starlight," jawab Lyra sambil meneguk minumannya.
"Oh, villa itu? Sudah lama sekali kosong," Raka mengangguk paham.
Maesa tiba-tiba menyela, "Hei, malam ini kalian ada acara?"
"Kenapa?" tanya Raka.
"Aku dapat undangan lelang eksklusif di Luxe Hummer. Katanya akan ada barang-barang langka yang dilelang."
(Ding!
Bagaimana bisa seorang wanita kaya tidak pernah ikut lelang?
Misi: Hadiri acara lelang.
Hadiah: Uang yang dibelanjakan akan kembali 10 kali lipat ke tuan rumah.)
Lyra tersenyum samar. Lelang, ya? Sepertinya menarik…
Mereka berlima pun sepakat untuk bertemu di villa Lyra sebelum berangkat ke acara lelang itu.