" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perlakuan tetangga
Akhirnya Pak RT dan istrinya menyerahkan meminta sementara kepada Antika dan keluarganya untuk menjaga kedua anak-anak itu, pak RT juga bilang kalo mereka dari keluarga sederhana mereka mengontrak di sebuah rumah bangsalan milik ibu haji Badrun sebelumnya, setelah itu mereka tak tau lagi dan baru sekarang mereka mengetahui jika kedua anak itu kini sama keluarga pak Aldi dari RT sebelah.
Antika dan Aldi serta anak-anaknya pamit pulang, tak lupa ibu RT itu juga memberikan bingkisan untuk anak-anak itu agar bisa di makan di jalan atau di rumah.
" Kasihan ya pak mereka." Ucap pak Bu RT dengan pandangan masih menatap punggung keluarga Antika yang sudah menjauh.
" Sudah takdirnya Bu, kita gak tau jalan takdir kita, semoga aja cepat ada kabar dari pak Wito, bapak juga kasihan mereka hidup dengan keterbatasan namun bapak lihat mba Antika dan mas Aldi sepertinya tulus merawat kedua anak itu." Ucap salut pak RT kepada dua pasangan muda yang kini sudah menghilang di tikungan masuk ke RT sebelah.
Sesampainya rumah Antika dan Aldi langsung meminta anak-anak masuk dan mencuci kaki dan tangan, mereka di minta makan jajannya di dalam sambil nonton TV.
" Mas, mama mau ke warung dulu bayar hutang sekalian membeli bahan masakan dulu ya, mas makan ini dulu."Aku menatap dan meminta izin pada suamiku.
" Anak-anak makannya jangan berebut ya di bagi rata, panji, ibu minta tolong kamu sebagai anak yang terbesar di antara adik adik tolong di awasi ya ibu titip mereka sebentar." Ucap ku lembut, panji menoleh dan mengangguk, ya Aldi jarang bersuara kurang lebih sifatnya sama seperti Reyhan anak sulung antika yang irit bicara, namun dia kan bertanya banyak hal jika dia penasaran.
Antika keluar rumah, namun belum lagi melangkah menutup pintu, suara kas yang selalu bikin elus dada nongol membawa marah yang sepertinya sudah lama dia pendam.
" Wah kebetulan ketemu kamu, aku kesini mau nagih hutang mas Aldi yang sudah berakar." ucapnya tanpa melihat wajah Antika yang sedikit mengecut, iparnya satu ini emang bikin naik tensi Antika kalo ketemu.
" Apakah kamu gak bisa sabar dan sopan Ni, datang-datang selalu membentak begitu, nanti aku yang bayar kamu itu adiknya mas Aldi, kamu tau kakakmu sakit bukannya mengrti." ucap Antika berusaha menahan amarahnya yang mulai terpancing oleh adik iparnya ( Nia ).
" Halah, buktinya masih bisa makan kan, bukanya Kaka Tika kerja masa selama kerja gak ada hasil, awas aja datang kerumah minta beras lagi sama ibu." Ucap ketus Nia.
" Saya datang kerumah ibu kan bukan minta, tapi emang ambil jatah beras masmu, bukannya kalian di bagi rata setiap bulan oleh ibu?" ucapku menegaskan.
" Halah namanya miskin mah miskin ya tetap miskin taunya hanya mengambil punya orang, dasar pengemis." ucap hina Nia.
" Mana bayar hutang mu yang sudah beranak itu, aku capek nagihnya awas kali ini kamu bilang belum ada atau emang gak mau bayar kamunya, makanya menghindar terus banyak alasan." Ucap Nia pedas.
" Astaghfirullah...Nia..keterlaluan kamu, dari tadi mas dengerin mulut mu itu gak bisa kah ngomong yang baik, bertamu kerumah orang tapi tata Krama mu gak ada sama sekali." Tegur mas Aldi yang datang dari belakang tubuhku, ternyata yang membuka pintu itu mas Aldi saat aku mengahadapi Nia.
" Halah, ngapai datang kerumah yang sudah reot begini gak level dan gak perlu pakai namanya sopan santun rumah mau roboh aja pakai tata Krama segala, mana bayar hutang mu mas, kelamaan kamu pinjam gak kembali-kembali aku juga butuh kali." Ucapnya tak kalah pedas terhadap kakaknya sendiri.
" Ma, boleh gak mas pinjam uangmu dulu kembalikan uang Nia, " Mas Aldi menatapku dan meminta izin, aku yang faham dan gak tega mengangguk lalu masuk kedalam rumah.
" Kamu itu Ni, sampai kapan kamu perlakukan keluarga mas begitu gunanya, jika emang kamu gak mengizinkan mas ambil jatah mas, jangan kamu hina rumah dan istri mas, dia wanita hebat gak seperti kamu taunya meminta tanpa berusaha, makanya kamu di tinggal nikah lagi, sifat Kamu itu di rubah Nia janga. Merendahkan orang lain yang Kamu rendahkan belum tentu rendah." Ucap panjang lebar mas Aldi menegur adiknya yang kelewat over.
" Mas ini uangnya, mama pinjam uang panji." Bisik ku di akhir ucapanku, ku serahkan uang yang bawa.
" Ini uangnya kamu pergi lah, ingat Nia, jangan lagi kamu datang kesini, hutang mas sudah lunas, awas jika kamu masih datang dan menghina keluarga mas lagi." ucap tegas mas aldi, sedikit mengusir adiknya itu, aku yang mau belanja pun tertahan sebentar.
" Dasar gembel miskin, belagu aku doain rumahmu roboh mas, belagu bener baru juga bayar hutang itu pun sudah berapa tahun ingatnya, gak lagi aku pinjami kalian, ogah bener ijak kesini kalo gak ingat uangku kamu bawa mas." Ucapnya menghina ngalor ngidul, aku yang melihat hanya menggeleng mengelus dada, termasuk mas Aldi yang sedari tadi duduk di atas kursi sudah meremas gagang kursi itu sangking kesalnya.
" Pergi sudah." Usir mas Aldi kepada Nia, Nia pun pergi, sambil mengipas uangnya dan tak lupa hinaan nya pun terhadap ku masih terdengar.
Hanya hembusan nafas berat yang terdengar, aku menarik nafas dan menghembuskan ya menahan rasa emosi yang sempat terpancing.
" Yang sabar ya mas," ucap ku lembut dan jangan tak lupa senyumku sambil mengelus lengan kokoh suamiku walau dia sakit itu hanya kakinya fisik nya yang lain masih terlihat bugar.
" Terimakasih mba,maaf adik dan keluarga mas yang lain yang selalu menghina kita." ucap sedih mas Aldi, aku tetap mengelus lengan itu dan memberikan pengertian ku, meredamkan emosi suamiku yang meledak saat ini.
" Gak apa mas, bukannya biasa nya begitu kalo Nia datang." Ucapku lembut sambil ku tertawa kecil untuk menghilangkan rasa kesal di hati kami berdua.
" Iya sudah, katanya mau ke warung jadi gak?" tanya ya.
" Jadi mas, mas masuk gih." Ucapku meminta suamiku masuk, setelah masuk aku lekas pergi ke warung bias aku belanja sayur tepatnya sering ngutang sih karena pas belum ada uang atau terlambat gajihan.
" Heh Tika mau kemana kamu?" sapa salah satu ibu-ibu yang tak sengaja berpapasan.
"Mau beli sayur Bu," jawabku ramah.
" Jangan keseringan hutang kamu tik, warung mbok Iyah itu sudah kecil mana kamu hutangku terus kapan mbok yah balik modal." Tegur ketus mba Jila menantu mbok Iyah.
" Iya mba, saya mau belanja kok gak ngutang." ucap ku sedih dan sedikit menunduk juga karena malu.
" Iya bagus gitu dong, kalo bisa di lunasi jangan hutang lagi kasihan mbok, setiap mau ambil dagangan bingung modalnya stak di hutang kamu doang." gurunya kesal, aku hanya diam tak berani menjawab karena emang aku sadar ini kesalahanku yang belum bisa bayar hutang, entah sebanyak apa sudah hutangku di warung mbok Iyah.
" Mari mba saya ke sana dulu, " ucapku pamit, tak ingin aku bertahan terlalu lama, semakin malu aku di kulit ole menantu mbok Iyah.
Langkah kakiku sedikit berat karena menahan rasa sesak di dada, malu pasti, kesal juga namun bisa apa ini salah ku yang tak bisa membayarnya, sesampai di warung ku lihat banyak ibu-ibu yang sudah ngumpul dan ada juga ratu gosip di kampung ini yang ikut stag di sana.
" Wah ada Tika, mau ngutang atau bayar tik?" tanya salah satunya, aku hanya diam saja tak membalas hanya senyuman yang ku perlihatkan.
" Alah ...paling ngutang lagi, bukannya kemarin ngutang juga ya kan." Ucap ibu ratu gosip, dengan sinis.
" Mbok, saya mau bayar hutang mbok semua, dan sekalian saya mau belanja, tapi totalan dulu ya mbok hutang saya." ucapku tanpa menoleh ke ibu-ibu yang bisak-bisik di belakangku.
" Semua Tik, kalo belum ada uang jangan di paksa nak, mbok gak masalah nanti aja kalo ada uang lebih kamu cicil." ucap ramah mbok Iyah, namun aku menggeleng kepala.
" Gak apa mbok totalan aja, biar tenang juga saya mbok kasihan mbok saya utangi nya lama." Ucapku dengan yakin.
" Iya sudah, kamu pilih dulu mau belanja apa." Ucap mbok iya , sebelum berbalik badan ambil catatan hutang yang tak jauh darinya.
" Ini aja mbok saya belanjanya." Ucapku sambil menyerahkan plastik yang sudah berisi sayuran dan lauk yang ku butuhkan.
" Hutangmu tolnya 757.000 tik, tambah 120.000 belanjaan semua totalnya 877.000." ucap mbok Iyah, menunjukan buku yang ada catatan hutangku, terkejut pasti namun apa di kata keadaan yang membuat ku harus berhutang.
" Ini mbok, uangnya." ucapku, memberikan pecahan merah 9 lembar.
" Sudah gajian kamu tik, bisa dong bayar hutangmu sama saya." celetuk sinis salah satu ibu-ibu yang ikut nimbrung itu.
" Iya banyak duit kamu tik?" ucap yang lain.
" Gitu dong bayar, kasihan mbok Iyah, mau putar modal gak bisa gara-gara kamu hutang sudah m ngalahi gunung Semeru, " celetuk tak suka ibu berbadan gempal itu, ratu gosip.
" ini mba saya bayar sekalian hutang saya, sudah gak ada hutang lagi ya, maaf kalo saya lambat bayar, baru ada uangnya soalnya, terimakasih." ucapku cepat, aku merendah, dan berbalik mengambil belanjaan setelah mendapatkan kembalian dari mbok Iyah.
" Mila, Kamu itu mulutmu, coba kalo emang Tika punya hutang jangan kamu permalukan dia kasihan, kalian kan tau keadaan keluarganya dia jadi tulang punggung suaminya kan sakit, jangan kalian permalukan orang lain, siapa tau kedepannya kalian nanti yang di permalukan oleh kelakuan kalian." Tegur mbok Iyah, mereka hanya melengos dan ada beberapa mencibir tak suka.
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰
lanjuttt