Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelaki Sejuta Misteri
Jam berapa sekarang? Mengapa tubuhku terasa remuk semua. Baju! dimana bajuku? Lelaki itu! Tuan Bara! Benarkah ia telah menodaiku? Tuhan, benarkah aku telah habis?
Maira membuka mata perlahan. Masih bisa ia rasakan tubuhnya yang lemas dan lelah. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Gelap. Ia tertelungkup, tubuhnya tertutup selimut. Lelaki itu, dimana dia? Mengapa meninggalkan aku sendirian, mengapa....
"Kau sudah bangun, Maira?" Suara berat dan berkharisma itu membuka mata Maira lebih lebar lagi. Ia memegang kepalanya yang terasa pening.
"Tuan Bara, tolong hidupkan lampu," ujar Maira pelan.
Terdengar langkah kaki kemudian ruangan itu jadi terang seketika. Bara terlihat duduk di seberang ranjang. Sedari tadi ia telah menunggu Maira yang tertidur setelah hampir semalaman melayani dirinya.
Maira beringsut, meraih selimut putih dengan bercak merah. Ia tersentak, tersadar sesuatu yang paling ia jaga telah ternoda.
"Sayang ..." Bara mendekat, menghampiri Maira yang sedang meringkuk dan menangis dalam diam.
"Tuan, jangan dulu ya, masih sakit." Maira menatap Bara dengan matanya yang sudah basah. Entah mengapa hati Bara bergetar menatap gadis muda itu.
"Maira, aku akan memberikan apa pun yang kau inginkan. Rumah, apartment, mobil, juga uang saku setiap bulan. Kau akan memiliki itu semua. Kau hanya harus menyediakan tubuhmu untukku." Bara memegang bahu Maira dan memandangnya lembut.
Maira membuang wajahnya, ia melepaskan pegangan tangan Bara pada bahunya.
"Tuan, bukankah kau sudah mendapatkan itu malam ini?" Maira menghapus airmatanya, ia kembali menantang Bara. Bara mengakui, gadis ini cukup bernyali. Tidak ada yang berani menatapnya begitu, tapi gadis ini membuatnya jadi semakin tertantang.
"Maira ..." Bara mendesah lalu beranjak, menuju gelas minuman yang telah berisi wine dengan es batu. Bara menegaknya perlahan.
"Tuan, bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan." Maira beringsut, dengan selimut ia mendekati Bara. Entah kekuatan dari mana, ia kembali menantang wajah tampan itu. Maira menengadah, memandang Bara. Bara menunggu, merasa tertantang sekaligus gemas dengan gadis cantik ini.
"Apa yang kau inginkan?" Bara balas menatapnya. Maira tak gentar, bahkan ketika Bara mulai sedikit demi sedikit menggeser tubuh mereka berdua.
"Tuan, aku tidak mau mobil, uang, rumah, apartement atau apa pun itu. Aku hanya ingin kau membantuku merebut kembali harta keluargaku yang telah diambil paksa orang jahat itu. Juga bantu aku mengungkap penyebab kematian nenekku." Maira masih menantang mata Bara yang kini sudah kembali dibakar gairah.
"Mudah Maira, kemari." Ia menarik Maira merapat ke tubuhnya. Bara menyentak selimut yang tadi menutupi tubuh Maira. Lalu tanpa sempat Maira cegah ia mengangkat tubuh Maira hingga duduk di atas sebuah Meja. Bara bertumpu, menatap tubuh molek itu nakal.
"Kalau kau ingin aku melenyapkan mereka, itu juga akan aku lakukan, kau hanya perlu menyediakan tubuhmu ini, hanya untukku." Bara mengambil gelas berisi es batu kecil lalu menuangkan sisa wine beserta es batu itu ke tubuh Maira. Terasa dingin berbaur dengan sensasi erotis berbahaya. Bara berbahaya. Maira sadar itu.
Saat es batu itu turun ke dadanya, bibir Bara sigap menangkapnya, ia menggigit lalu menyerahkan es batu itu ke dalam mulut Maira yang terbuka.
"Tuan, jangan dilenyapkan, bantu saja aku merebut kembali hakku juga mengungkap kematian nenek," sahut Maira terbata-bata. Nafasnya mulai memburu, saat bara mulai mengecup sisa wine yg ada di leher jenjangnya.
"Ya, tenanglah Maira apapun akan ku lakukan untukmu, kau akan mendapatkan semua fasilitas dariku, kau akan mendapatkan lagi harta keluargamu, kau akan segera mengetahui penyebab kematian nenekmu." Bara menutup kata-katanya dengan satu jari menelusup masuk, memainkan pusat kenikmatan Maira. Maira tidak kuasa menolak, ia melenguh panjang.
"Tuan, hentikan!" Maira menahan tubuh Bara, berusaha mendorong pria itu. Bara semakin tertantang.
"Kita akan menghentikannya nanti." Bara melepaskan jarinya, lalu mengangkat tubuh polos itu dan kembali menghempaskannya ke ranjang.
"Tuan, aku lelah." Maira meletakkan tangannya melingkar pada leher lelaki itu. Bara tersenyum lalu mengecup bibirnya.
"Aku belum lelah. Kau pun tidak lelah. Kau hanya ingin menghindar dari ku bukan? Jangan bermimpi, Maira," S
sahut Bara dengan pacuan yang semakin cepat. Ia tahu Maira belum sepenuhnya bisa menerima dirinya.
"Tuan ..." Maira melenguh panjang. Nafasnya tersengal, suaranya mendesah tertahan. Bara menatap gadis muda itu dengan gairah yang sudah sampai di puncaknya. Ia mencabut pusaka itu mengeluarkannya di atas dada juga tubuh Maira.
"Maira, aku seperti menemukan Sabrina dalam dirimu." Maira membuka matanya, Ia melihat Bara dengan wajah yang berbeda dari sebelumnya. Wajah itu kini lesu, sedih, juga ada amarah terselubung di dalamnya.
"Tuan ... Aku bukan Sabrina," ujar Maira lirih.
Bara menatap Maira intens. Wajah dinginnya keluar lagi.
"Jangan coba lari dariku Maira. Kalau tidak, kau akan bernasib sama seperti Sabrina." Bara menatap Maira tajam. "Aku akan membereskan masalah keluargamu. Kau cukup duduk manis di rumah ini dan lemparkan tubuhmu padaku setiap aku menginginkannya," ujar Bara sambil mengecup leher Maira hingga meninggalkan jejak kepemilikan.
Maira terdiam di sisi pembaringan. Ia juga membiarkan Bara keluar dari kamar yang luas itu. Maira tidak tahu dengan siapa ia sedang berhadapan. Ia tidak tahu sosok seperti apa Barata Yuda yang banyak dikagumi para wanita ini.
"Sabrina?" Maira bertanya pada angin.
Terjerat. Benarkah ia telah terjerat oleh pria tampan yang akan menghidupinya itu. Apa ada kemungkinan ia bisa keluar dari penjara yang akan dibuat oleh Bara untuknya?
"Siapa kau sebenarnya, Tuan?" Mata Maira menatap foto besar Bara yang sudah terbingkai. Wajah dalam foto itu tersenyum dingin.
Maira mengambil ponsel, ia harus menghubungi Debora sekarang juga.
"Maira?" Suara Debora terdengar.
"Nyonya, siapa tuan Bara sebenarnya? siapa Sabrina?" cecar Maira setelah Debora mengangkat telepon.
"Maira, lakukan saja apa yang ia mau. Turuti semua keinginannya, maka kau aman."
"Tidak bisa begitu, Nyonya! aku butuh jawaban."
"Maira, kau akan mengetahuinya nanti, dan itu dari mulut Bara sendiri."
Sambungan telepon itu terputus. Maira menjatuhkan benda itu dengan lemas. Tidak pernah terbayang olehnya akan menjadi simpanan pria ini. Namun, Maira tidak punya pilihan lain selain menjalani ini. Lagipula, Bara telah berjanji akan menuntaskan semuanya.
Ia hanya perlu melempar tubuhnya saat Bara menginginkan pelepasan. Semudah itu Maira, ya semudah itu. Maira mengerang, merasa dunia sudah runtuh di atas kepalanya sendiri. Kalau aku gila karena lelaki itu, awas saja! Dengus Maira kesal. Lalu ia tersadar satu hal tentang kalimat Bara bahwa ia akan bernasib sama seperti Sabrina. Apapun yang telah menimpa perempuan bernama Sabrina itu, ia tidak ingin menimpanya pula.
Sial. Aku memang tak punya banyak pilihan! Rutuk Maira di dalam hati.
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰