Bercerita tentang seorang pekerja kantoran bernama Akagami Rio. Ia selalu pulang larut karena ingin menyelesaikan semua pekerjaannya hingga tuntas. Namun, takdir berkata lain. Ia meninggal dunia karena kelelahan, dan direinkarnasi ke dunia lain sebagai Assassin terkuat dalam sejarah.
Mari baca novelku, meskipun aku hanya menulis dengan imajinasi yang masih sederhana ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga minggu Latihan
Pagi itu, suasana halaman rumah Akagami Zero terasa tenang, tapi penuh ketegangan.
Laira dan Rio sedang melakukan latihan Assassin, dari teknik dasar hingga ke tingkat tinggi.
Rio melesat maju, mencoba menyerang Laira dengan kecepatan luar biasa. Namun, dalam sekejap, Laira menghilang dari pandangan.
"Sial... ke mana dia pergi?!" gumam Rio sambil menggertakkan gigi.
Tanpa pilihan lain, Rio segera mengaktifkan skill-nya:
"Eyes of Light [LV.2]!"
Mata Rio bersinar terang, menangkap jejak tipis gerakan Laira di kejauhan. Dengan sigap, dia meluncur ke arah itu dan melayangkan serangan presisi.
Laira terkejut, tak menyangka Rio bisa membacanya secepat itu. Tubuh mereka beradu dalam tabrakan fisik, menciptakan percikan energi yang terasa di udara.
"Bagus, Rio!" kata Laira sambil menahan dorongan, keringat menetes di dahinya. "Kau sudah mulai bisa membaca gerakanku!"
Rio tersenyum tipis. Nafasnya berat, tapi matanya tak gentar.
"Aku tak akan kalah, walau kau guruku!"
Pertarungan latihan pun berlanjut, diwarnai dengan gerakan cepat, serangan balasan, dan lompatan yang lincah, layaknya dua assassin muda yang mengasah kemampuan untuk menghadapi masa depan yang berat.
Tiba-tiba, Laira mundur terlebih dahulu.
Dia mengambil jarak sambil menatap Rio dengan tajam, namun tetap tenang. Nafasnya stabil, seperti sudah merencanakan sesuatu sejak awal.
Rio memperhatikan gerakannya dengan serius. “Kenapa berhenti, Laira?”
Laira menyilangkan tangan dan menjawab pelan namun tegas, “Karena sekarang, kau akan masuk ke latihan Assassin tingkat tinggi.”
Rio terdiam, matanya sedikit membesar. “Sekarang…?”
Laira mengangguk. “Kau sudah kuanggap lulus dari tingkat dasar dan menengah. Jadi mulai dari detik ini, pertarungan kita bukan lagi sekadar latihan biasa.”
Aura Laira perlahan berubah menjadi lebih tajam, atmosfer seketika terasa berat.
“Kau harus melawan dengan pikiran, teknik, dan naluri. Aku tidak akan menahan diri,” katanya lagi sambil menarik belatinya.
Rio menggenggam tinjunya, napasnya mulai cepat. Tapi bukan karena takut, melainkan semangat membara.
“Baik... Aku siap! Aku akan hadapi semuanya!”
Mereka berdua kembali mengambil posisi. Angin pagi menyapu pelan halaman rumah Akagami Zero, menandai dimulainya pertarungan serius pertama Rio sebagai calon Assassin tingkat tinggi.
Laira berdiri tegap, angin menerpa rambutnya yang panjang.
"Kalau aku bilang mulai... langsung serang aku tanpa ragu!" kata Laira, matanya tajam di balik ekspresi tenang.
Rio menatapnya dengan penuh fokus. Nafasnya mulai teratur, tubuhnya menegang siap bertindak.
"Baiklah... Kalau begitu, aku akan serius!" jawab Rio dengan suara berat.
"Mulai!" teriak Laira tiba-tiba.
Dalam sekejap, Rio melesat dengan step dash, bayangannya nyaris tak terlihat. Tapi sebelum serangannya mengenai sasaran, Laira mengangkat lengannya dan menepis serangan Rio seolah sudah membaca gerakannya sejak awal.
Craaak! Suara benturan terdengar keras.
Rio terlempar sedikit ke belakang, lalu mendarat dengan gesit. Rahangnya mengeras.
"Sial… dia masih terlalu cepat," gumam Rio pelan.
Tanpa membuang waktu, dia menarik napas dalam-dalam dan mengaktifkan Eyes of Light [LV 2]. Matanya bersinar tajam, seolah menembus ruang dan gerak.
Rio menggenggam tangan kanannya, lalu mulai menyalurkan mana secara terfokus ke dalam tinjunya, menciptakan semacam aura terang yang bergetar di udara.
“Aku akan menembus pertahananmu, Laira!” serunya.
Dia melesat kembali, kali ini jauh lebih cepat, matanya memburu pergerakan Laira yang mulai terasa terbaca olehnya.
Laira mencoba menahan serangan Rio dengan skill pertahanan khusus miliknya. Sebuah perisai tipis berbentuk segel ungu muncul di hadapannya.
Namun…
Braaakkk!!
Tinjunya Rio yang diselimuti aura dan mana padat berhasil menembus pertahanan itu. Ledakan kecil terjadi, angin berhembus keras, dan Laira terdorong ke belakang.
Tubuhnya terhuyung, lalu jatuh terduduk di tanah. Matanya terbuka lebar, terkejut.
"…Kau menembusnya?" ucap Laira dengan suara pelan, tak percaya.
Rio melangkah cepat ke arahnya, mengangkat tinjunya tinggi-tinggi seolah hendak menghantam lagi.
"A-apa!? H-Hey, tunggu....!" seru Laira refleks.
Namun wajah Rio berubah menjadi senyuman kecil. Tinjunya perlahan diturunkan dan dia tertawa pelan.
"Tenang aja… Aku cuma bercanda," kata Rio.
Laira mendengus, lalu ikut tertawa kecil sambil menyeka debu di lengannya.
“Kau lulus, Rio… Baru tiga minggu latihan tingkat menengah sampai tinggi, dan kau sudah bisa menembus pertahanan teknikku. Gila sih…” kata Laira, kali ini dengan senyum tulus.
Tiba-tiba, langkah kaki berat terdengar mendekat.
Akagami Zero,ayah Rio muncul dari balik pohon dan menghampiri mereka berdua dengan tenang.
"Rio…" katanya. "Besok… ayah sendiri yang akan menguji kekuatanmu secara langsung."
Mata Rio langsung berbinar, semangatnya membara.
"Serius!? Wah… akhirnya! Soalnya aku gak pernah bisa menang langsung dari ayah!" jawabnya sambil mengepalkan tinju.
Zero tersenyum kecil, lalu menepuk pundak anaknya.
“Ayah juga nggak sabar melihat seberapa jauh kamu tumbuh.”
Bab ini ditutup dengan....
Rio berdiri di tengah, tersenyum penuh semangat. Laira di sampingnya dengan senyum bangga dan sedikit bekas luka latihan, sementara Akagami Zero berdiri gagah di belakang mereka berdua, tersenyum tipis namun hangat.
Tiga generasi kekuatan, berdiri dalam satu bingkai cahaya pagi yang tenang.
Maaf kalau ada komentar yang kurang sreg.
Misal kalau dia adalah orang yang dulunya OP dan ingin membangkitkan kembali kekuatannya untuk balas dendam. itu bisa dimengerti dibanding dia yang dulunya hanya kerja kantoran aja udah repot dan banyak mengeluh.
Dia pasti motivasinya bisa hidup lebih santai menikmati dibanding sebelumnya yang terlalu sibuk bekerja.