Anna bukan janda, aku tahu semuanya
tapi aku tak bisa mengatakan itu padanya
aku takut dia justru akan pergi dari ku setelah tahu semuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shikacikiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Rumah sakit jiwa.
Anna dan Abel menunggu di ruang kunjungan. Suster penjaga mengatakan Nila akan menemui mereka setelah melukis.
"Aku tidak menyarankan untuk dia pulang, aku belum bisa mengakui kalau dia stabil, meskipun dia begitu membuat kami yakin kalau dia sembuh, tapi aku masih melihat dia seolah geram ingin berbuat sesuatu pada orang yang memberikan perhatian padanya dan lagi dia mulai menyakiti dirinya sendiri"
Ucapan suster tadi terngiang ditelinga Anna. Dia sangat ingin membawa Nila pulang meskipun tak tahu apa yang akan dia katakan pada anak-anak tentang kakak iparnya itu.
"Kamu terlihat tegang" ucap Abel kemudian menggenggam tangannya.
Anna tersenyum, mencoba membuat Abel tak cemas.
Kemudian datang Nila yang berhenti berjalan di ambang pintu.
Anna berdiri, Abel melepaskan tangan Anna dan ikut berdiri.
Nila menatap ke arah tangan mereka.
"Kak...! " seru Anna, berjalan mendekati kemudian memeluknya.
Nila tersenyum sedikit, kemudian mengusap punggung Anna.
"Apa kabar? " tanya Abel seraya meminta jabat tangan.
Nila terdiam sejenak, namun kemudian memberikan tangannya.
Abel dan Anna senang melihat hal itu.
Mereka duduk bersama.
"Ini, bi Nuri buatkan kak Nila spagetti. Ini kesukaan kakak kan" Anna mendorong kotak bekalnya.
Nila menarik kotak bekal dan menyantap spagetti nya.
Anna senang, tapi Abel merasakan ada yang aneh.
"Kenapa tangannya kak? " tanya Abel.
Nila buru-buru menyembunyikan tangannya. Anna menatap Abel kemudian beralih ke tangan Nila yang sudah disembunyikan.
Anna berdiri dan menghampiri Nila yang menatap dengan takut.
"Sini aku lihat! " ucap Anna meminta tangannya.
Tapi Nila mengabaikannya.
"Ann... " Abel ingin memintanya untuk tak memaksa.
Tapi Anna tak sabar, dia mengambil tangan Nila dan melihatnya.
"Kak! " Anna terduduk lemas.
Pantas saja Nila memakai baju dengan lengan yang panjang, itu untuk menutupi pergelangan tangannya yang dibalut.
"Apa ini? " tanya Anna lemas.
"Bukan apa-apa, ini bukan apa-apa, kakak gak berusaha bunuh diri, kakak udah sehat Ann, plis kakak mau pulang Ann! " Nila ikut duduk meraih kedua tangan Anna dan memohon.
Petugas rumah sakit menghampiri takut Nila berbuat diluar kendali.
Nila mengamuk, dia meronta dan akhirnya menendang perut Anna.
"Anna...!" Abel menariknya menjauh dari Nila.
"Tidak Anna, aku tidak gila Anna, Galuh menungguku Anna, aku mohon, aku harus menemuinya! "
Nila terus histeris, hingga dia dibawa masuk oleh petugas.
Abel menghela, lemas mendengar dan melihat keadaan Nila yang kian memburuk.
"Kamu ga apa-apa kan? " tanya Abel.
Anna menyentuh dadanya.
"Sakit, tapi di sini! " ucap Anna.
Kemudian dia bangkit dan pergi ker ruangan dokter.
"Apa yang kalian lakukan padanya? " seru Anna seraya membuka pintu.
Alisa, dokter disana mendongak, karena dia terkejut, dia menjatuhkan berkas yang dia pegang.
"Ann, duduk dulu" pinta Alisa.
Abel yang baru datang menyusul, meminta Anna duduk dan tenang, Anna pun duduk.
"Kan tadi sebelum aku datang bu Meri dah bilang kalau dia menyakiti dirinya sendiri" ucap Alisa sambil merapikan berkas.
"Tiga bulan lalu dia bicara banyak dengan ku, kami membicarakan liburan dan lain hal, tapi kenapa hari ini..." Anna menangis.
"Kalian membicarakan liburan keluarga yang sudah tidak ada Anna, imajinasinya masih berkutat di keluarga mu, mendiang kedua orang tuamu dan suaminya" ucap Alisa.
Abel menggenggam tangan Anna.
"Tapi.... " Anna tak bisa membendung airmatanya.
"Sekarang dia bahkan berkata kalau suaminya datang dan mengatakan sedang menunggu nya" lanjut Alisa.
Anna semakin larut dalam kesedihan.
"Memang dia menunjukkan sikap baik beberapa minggu ini, dia bahkan ikut kegiatan melukis, tapi.... " Alisa mengambil berkas di belakangnya.
Anna dan Abel terdiam.
".. tapi lihat apa yang dia gambar" Alisa menunjukkan hasil gambar Nila.
Nila adalah kartunis yang pandai, namun berhenti menggambar sejak menikah dengan galuh karena langsung dikaruniai anak kembar.
Sebuah gambar terlihat, hanya ada Nila, Galuh dan kedua orang tuanya saja di gambar itu.
"Ga ada aku? " tanya Anna dengan mata sembab menatap Alisa.
"Lihat latarnya, looks like paradise" ucap Alisa.
Ya, gambar itu melukiskan tenangnya sebuah taman surgawi. Abel mengagumi karya Nila. Tapi Anna hanya bisa menangis.
Abel memeluknya, dia terisak di pelukannya.
**
Sementara itu di gedung BTV.
"Abel dan Anna masih belum bisa dihubungi? " tanya Roman di telpon yang Zidan pegang.
"Belum om, aku rasa Anna mungkin sedang menikmati liburan bersama anaknya, tapi kita ga tahu dimana Abel" jawab Zidan.
Viona berdiri di dekat Zidan sembari memegangi berkas.
"Ok, aku juga akan berusaha hubungi dia, kau handle semuanya dulu, di sini juga ada yang harus aku tenangkan pikirannya" ucap Roman.
"Siap Om! " ucap Zidan kemudian menutup telponnya.
Zidan menghela, menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Mereka benar-benar diuji dari segala arah" gumam Zidan.
"Apa Bos? " tanya Viona yang tak jelas mendengarkan.
"Tidak, kamu harus pastikan tidak ada lagi pemberitaan online yang menyebarkan berita ini, jika tidak, kita bisa digantung terbalik oleh Abel" ucap Zidan.
"Siap Bos! " Viona pun pergi.
Zidan melamun, membayangkan bagaimana reaksi Abel dan Anna saat melihat berita itu.
Di rumah Sanjaya.
"Itu hanya hoaks" ucap Roman.
Santi mendelik sambil melipat tangan di ujung sofa.
"Mereka salah tentang Anna" ucap Roman membela Anna.
"Kau terus membelanya" jawab Santi.
"Kau lihat tempo hari saat kau begitu bersemangat memberikan hadiah satu toko untuknya, apa dia terlihat begitu serakah dan ingin mendapatkannya? " tanya Roman sambil menunjuk.
"Dia bisa saja pandai menyembunyikan isi hatinya, terkadang orang jahat berwajah lugu" ucap Santi.
Roman menghela.
"Aku tidak mengerti dengan mu, mudahnya berubah-ubah" ucap Roman.
Santi mendelik lagi.
"Dulu saat dia datang kau begitu sinis padanya, kemudian, saat kehadirannya membantu Abel, kau begitu memanjakannya, saat Abel sakit kau begitu menyalahkan nya, lalu kemarin saat Abel mengatakan akan menikahinya, kau begitu memanjakannya, sekarang hanya karena berita bohong kau sudah berpikir buruk dan berencana untuk memutuskan hubungan mereka" Roman tak habis pikir dengan sikap istrinya.
"Aku hanya ingin putra ku bahagia" ucap Santi.
"Semua orang ingin anaknya bahagia, mendiang orang tua Anna pun ingin dia bahagia" Roman berdiri dan meninggalkan Santi sendirian.
Santi tertegun, terbayang semua hal yang Anna lewati dengan Abel.
"Tidak, jika berita itu benar, aku harus benar-benar menjauhkan dia dari Abel. Anakku tidak boleh buta karena cinta, dia harus mendapatkan kebahagiaan" gumamnya.
Tapi kemudian wajah Anna terbayang olehnya lagi. Wajahnya saat pertama kali Abel membawanya. Wajah gadis polos yang matanya sembab, dengan lingkaran hitam yang cukup lebar.
Santi menelan salivanya.
"Apapun, tidak ada yang membenarkan apa yang dia lakukan" gumam Santi lagi.
\=\=\=\=\=\=>>>
Hmmm.....
Apa yang dilakukan Anna yang jadi pemberitaan?
Jangan bosen kasih like ya
Love kalian semua 🤗🤗🤗🤗