ikuti Ig aa_zigant
FB Zigant
Zara begitu kecewa karena Mike membatalkan pernikahannya saat janji suci kurang satu jam lagi. Ketegangan terjadi disalah satu ruang yang disewa khusus untuk menunggu acara ijab kabul. Hingga kedatangan Nathan Wijaya yang seharusnya menjadi saksi atas pernikah kman putri dari rekan kerjanya itu harus diminta menjadi mempelai prianya.
Zara terpaksa mengikuti permintaan Ayahnya. Gadis berumur 22 tahun itu tidak pernah menyangka akan ditinggal begitu saja oleh Mike dan kini menjadi istri dari Pria yang sama sekali tidak dikenalnya.
Nathan Wijaya, Seorang pria yang memiliki sikap dingin dan sombong terpaksa menikahi Zara karena balas budi kepada keluarga Pratama. Nathan meminta pernikahannya untuk dirahasiakan karena alasan bisnis.
Kenyataan pahitnya, walaupun Nathan menikah dengan Zara. Pria itu tidak mau melepaskan kekasihnya. Bagaimana nasip rumah tangga Zara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aa zigant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Hanya dianggap sepupu
"Tuan, sebaiknya Anda tetap di dalam." Jhon langsung keluar dari mobil.
Mata Nathan membola saat melihat lima orang kini tengah menyerang orang kepercayaannya itu.
Nathan yang melihat, ada lima orang keluar lagi dari mobil yang baru datang. Nathan menatap nanar, pria itu menggeram kasar. Dipindahkannya kepala Zara, pria itu keluar dari mobil. Tanpa menunggu lama Nathan ikut melawan sepuluh orang yang menyerang orang kepercayaannya itu.
Perkelahian sengit terjadi, Zara perlahan mengerjapkan matanya. Wanita itu begitu terkejut saat ia terbangun ada dalam mobil asing. Wanita itu perlahan bangun, matanya membulat saat melihat ada hampir sepuluh orang berkelahi di depannya.
"Di mana ini, kenapa ada yang berkelahi."
Zara memegang jas yang menutupi tubuhnya, wanita itu memejamkan matanya. Harum parfum di jas yang dipegang tidak asing.
"Paman Nathan!" seru Zara.
Wanita itu langsung menatap fokus ke depannya. Iya tidak salah lihat, Jika kedua pria itu kini sedang terdesak.
Zara baru ingat jika sedang tidak mengenakan jilbab. Wanita itu segera mengambil masker dan topi yang berada di dekatnya. ia memasukan rambut dan kini perlahan keluar dari mobil. Wanita itu melihat suami dan orang kepercayaannya semakin terdesak.
Tanpa menunggu lama, Zara menyerang sepuluh pria yang sedang menyerang suaminya itu. Nathan dan Jhon saling pandang saat melihat seseorang sedang membantunya, tapi netra coklat itu membulatkan matanya saat melihat jas yang dipakai wanita itu."****."
Nathan langsung memutarkan tubuhnya, hingga tendangannya mengenai punggung pria yang sedang menyerang istrinya itu.
"Dasar ceroboh!" seru Nathan.
Nathan mencoba untuk melindungi istrinya dari serangan tiga pria itu. Saat satu pria bertato berhasil menarik topi yang dipakai Zara, membuat sosok Nathan murka.
Nathan langsung memberikan serangan balik, hingga terdengar teriakan pria yang tangannya dipatahkan oleh Nathan, hal itu membuat empat orang yang menyerang Jhon mundur dan langsung kabur.
Namun, tidak dengan Nathan. Pria itu seakan sedang gelap mata. Bukan hanya kedua tangan yang dipatahkan, saat Nathan mengeluarkan pisau kecil. Zara begitu terkejut saat suami tuanya itu hendak mencukil mata pria bertato itu.
"Paman jangan." Zara menarik tangan Nathan hingga pisau itu terlepas.
Nathan terpaku saat melihat wajah cantik istrinya tanpa ada hijab menutupi kepalanya, rambut panjang itu tertiup angin membuat gadis itu terlihat seksi.
"Tuan, Anda tidak apa-apa?" Jhon begitu khawatir jika Nathan sampai marah kepada wanita yang tidak lain istri dari Tuannya itu.
"Jaga matamu, Jhon!" seru Nathan.
Pria itu tidak terima jika ada mata pria menatap aurat sang istri. Nathan melepaskan kemejanya, setelah itu menutup kepala Zara. Darah Zara berdesir, saat menerima bagaimana suaminya menjaga marwahnya sebagai seorang muslim untuk menutup auratnya.
Nathan mengangkat tubuh Zara, hal itu membuat wanita itu terkejut."Paman aku bisa jalan sendiri."
"Diam!"
Zara patuh, wanita itu diam. Dari pada jatuh ia melingkarkan tangannya di leher Nathan. Sampai tubuh mungil itu masuk ke mobil. Saat Zara akan memberikan kemeja milik Nathan, pria itu menggeleng. Tidak lama Jhon memberikan paper bag kepada Tuannya.
Zara yang paham akan itu, akhirnya membiarkan kemeja milik suaminya itu bertengger di kepalanya.
"Tuan mereka tadi siapa?" tanya Zara.
Namun, Nathan terlihat begitu acuh. Wanita itu menarik napas dalam, ia langsung melihat ke arah depan."Tuan berhentikan mobilnya."
Jhon langsung menginjak rem, hingga membuat Nathan menatapnya tajam."Kamu kerja denganku, Jhon!"
"Maaf Tuan." Jhon kembali mengemudikan mobilnya.
Zara menatap kesal pria yang duduk di sampingnya itu. Wanita itu tidak habis pikir kenapa ia tidak merasakan apa-apa saat dibawa ke mobil.
Selama dalam perjalanan hanya ada keheningan, hingga mobil yang dikemudikan Jhon sampai di sebuah Mansion milik Nathan. Pria itu langsung turun begitu saja, sedangkan Zara menatap bangunan yang begitu kokoh menjulang di depannya.
"Nona, silahkan Anda turun," ucap Jhon sopan.
Zara keluar dari mobil, tidak lama seorang wanita yang tidak jauh umurnya dengannya jalan menghampiri Jhon.
"Tuan, Tuan Nathan berpesan Anda untuk langsung kembali ke kantor," kata pelayan itu.
Jhon hanya diam, pria itu tidak menjawab. Sedangkan Zara melihat dua pria membawa barang-barangnya.
Pelayan wanita itu tersenyum, lalu membungkukkan tubuhnya kepada Zara.
"Selamat datang di mansion, Nona. Saya baru tahu kalau Tuan Nathan memiliki sepupu cantik seperti Anda."
Zara yang tadi membalas senyuman wanita itu, kini menatap nanar." Maksudnya saya sepupu dari majikanmu?"
"Benar Nona, tadi Tuan sebelum masuk kamar utama mengatakan hal itu."
Zara memejamkan matanya, wanita itu mengepalkan kedua tangannya. Ada rasa sakit di lubuk hatinya yang paling dalam saat ini.
Pria yang sudah menjadi suaminya itu, dengan terang-terangan mengatakan kalau ia hanya sebatas sepupu.
"Mari Nona, saya antar ke kamar Anda."
"Di mana kamarku?" tanya Zara ramah.
"Di lantai dua, Nona. Mari saya antar."
"Siapa namamu?" tanya Zara.
"Saya Meli, Nona." Senyum Meli terlihat begitu ikhlas.
"Meli, sebaiknya panggil aku Zara saja, aku tidak ingin di kamar lantai dua. Apa boleh aku menempati kamar di bawah saja."
"Nona, kamar tamu di bawah hanya ada tiga, setiap kamar sudah ada yang menempati." Meli menatap wajah Zara dengan penuh penyesalan.
"Kalau kamar belakang?" tanya Zara.
"Nona, kenapa Anda tidak mau di kamar lantai dua?"
"Aku sama dengan kalian, ayo antarkan aku di kamar belakang." Zara menarik Koper satu lagi ,sedangkan Meli membawa koper kecilnya yang ada berkas penting.
Zara dan Meli berhenti di depan kamar bawah tangga. Keduanya saling pandang.
"Nona ini dulu gudang, tapi barang-barang sudah dipindahkan ke gudang belakang."
Zara mengangguk, wanita itu perlahan membuka pintunya. Senyum Zara mengembang melihat sekelilingnya.
Kamar itu kosong tidak ada apa-apa, bahkan ranjang dan lemari juga tidak ada. Wanita itu menarik napas dalam, setelah memasukkan kopernya Zara segera keluar dari kamar.
"Meli," panggil Zara.
"Iya Nona." Meli menatap wajah cantik Zara dengan tersenyum tipis.
"Aku mau cari kebutuhan di kamarku," kata Zara.
"Saya sudah menghubungi Tuan Jhon, katanya sebentar lagi akan datang kasur dan yang lainnya."
"Wah, terimakasih." Zara segera berjalan ke pintu belakang. Wanita itu tersenyum saat melihat hamparan taman yang begitu indah.
Perlahan Zara berjalan mengikuti jalan setapak. Di mana kanan dan kirinya ditumbuhi bunga mawar beraneka warna.
Tanpa Zara tahu, dari balkon lantai dua seseorang memperhatikannya. Nathan yang baru saja selesai menghubungi kekasihnya, pria itu menatap lekat wajah istrinya.
"Kenapa malam-malam wanita itu ke taman, tidak lama Meli orang yang di tolong Nathan dulu kini berjalan menghampiri Zara.
Kedua wanita itu duduk dan mengobrol. Hingga Meli lebih dulu masuk mansion, tapi tidak dengan Zara. Wanita itu menatap langit yang sudah mulai gelap karena rembulan sudah mulai tertutup awan.
Zara merasakan dadanya sesak, ia tidak tahu kenapa Mike meninggalkannya di saat janji suci itu dalam hitungan jam."Akan akan mencari tahu apa alasan kamu meninggalkanku, Mike?"
meski keadaan kepepet gt cari cara lainlah buat menghadapi mike
bukan malah mencium orang yg bukan mahramnya