NovelToon NovelToon
Maya Dan Cangkulnya

Maya Dan Cangkulnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Romansa pedesaan
Popularitas:131
Nilai: 5
Nama Author: R.Fahlefi

Sebuah karya yang menceritakan perjuangan ibu muda.
Namanya Maya, istri cantik yang anti mainstream

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.Fahlefi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengadu hiks..

Ucapan Maya itu sengaja untuk menyindir Mirna yang lebih tahu tanggal gajian suaminya. Apalagi selama ini, Maya hampir tak pernah bertanya apakah Gilang sudah gajian. Gilang biasa memberinya uang ketika dimintai saja.

"Masa sih kak? Jangan pura-pura nggak tahu lah. Nggak mungkin kakak lupa kapan mas Gilang gajian." Mirna tidak menyadari kalau dirinya sedang disindir.

Alih-alih bisa menjaga agar tidak adu mulut, Maya mulai terpancing. Mulut Mirna itu bagai pisau yang mengiris hatinya.

"Asal kau tahu Mirna! Abang kau itu nggak pernah ngasih kami gaji dia dengan utuh! Lagipula kau nggak usah ngurusin uang bang Gilang!" Ucap Maya dengan bibir berkedut sangkin emosinya.

Mirna kemudian bangkit dari duduk santainya.

"Lah, Aku itu adiknya mas Gilang. Jadi wajar dong aku minta duit sama dia. Lagipula dasar kamu aja yang nggak bisa ngatur duit. Bukan karena mas Gilang gak ngasih cukup."

Dada Maya semakin panas, ia maju selangkah. Jemarinya mencengkeram ujung bajunya menahan kegeraman.

"Cukup kau bilang?" Maya menggertakkan gigi.

"Coba kau tanya abangmu itu, kapan terakhir kali dia ngasih aku duit satu juta seperti yang diberikannya padamu!"

"Heh, nggak usah banyak drama lah. Buktinya kamu masih bisa makan kan? Masih bisa keluyuran keluar rumah. Kamu kemana saja satu hari ini coba? Jangan-jangan uang mas Gilang habis karena kamu sukanya foya-foya."

Maya tidak tahan lagi, rasanya percuma saja berbicara dengan wanita didepannya. Apapun yang ia katakan rasanya tidak ada gunanya. Perempuan itu seperti batu.

Dengan tangan gemetar akhirnya Maya menjambak rambut Mirna dengan kasar. Apalagi dengan suasana hatinya seharian yang kesal tak dapat kerja. Dadanya sesak, masalahnya seperti memuncak, ditambah dengan sikap Mirna membuat emosinya membuncah.

"Awww!!!"

Teriak Mirna. Merasa sakit akibat jambakan Maya yang keras.

Tak mau kalah, Mirna membalas jambakan rambut Maya.

"Perempuan GILA!!" Balas Mirna.

"Dasar janda gak tahu diri!" Maya memgumpat sambil terus menjambak rambut Mirna.

"Kau istri tak berguna!" Balas Mirna tak mau kalah.

Mereka pun saling jambak-jambakan di teras rumah itu. Hingga akhirnya mertua Mirna keluar dari dalam.

"Apa yang kalian lakukan? Hentikan!" Suara Mertua Maya membuat gerakan mereka terhenti.

"Ini Bu, Kak Maya datang langsung marah-marah saja." Kata Mirna sambil memperbaiki rambutnya yang berantakan.

"Kau yang mancing-mancing duluan!"

"Sudah, kalian ini kayak anak kecil saja! Dan kau Maya, sebagai kakak kamu itu seharusnya mengalah, bukan malah membuat malu!"

Orang-orang yang kebetulan lewat menonton keributan itu. Ini adalah tontonan yang menarik, antara ipar dan kakak ipar.

Maya meremas jemarinya, ia sempat melihat kalau Mirna mencibir dan menjulurkan lidah untuk mengejek.

"Kak Maya bilang aku janda nggak tahu diri Bu." Ucap Mirna dengan nada memelas, seakan ia adalah makhluk paling menyedihkan di muka bumi ini.

"Emang kau itu janda nggak tahu diri?!" Bukannya membela diri, Maya bahkan masih berapi-api.

"Maya! Diam! Jaga mulutmu! Tidak seharusnya kau bicara seperti itu pada adikmu sendiri!"

"Aku tadi sudah diam bu, dia yang maksa aku kasar."

"Bohong, aku tadi bicara baik-baik, dianya saja yang emosian. Entah kenapa mas Gilang mau punya istri seperti dia."

Suasana masih kacau, baik Mirna dan Maya saling membalas umpatan. Keduanya saling menatap dengan mata yang tidak mau kalah.

Orang-orang semakin tertarik, membuat kerumunan warga di depan rumah semakin banyak.

Ibu mertua Maya akhirnya mengangkat tongkatnya dan menghempaskannya ke lantai.

"Sudah, diam kalian berdua. Sekaranglah masuk ke rumah! Bicara baik-baik!"

"Dan kalian semua," sambung mertua Maya menatap warga yang masih asyik disana.

"BUBAAR!"

Keduanya pun menurut lalu masuk ke dalam.

Warga-warga juga bubar sambil berbisik-bisik.

Didalam rumah, ternyata Sari dan Rani mengintip dari balik pintu. Sari langsung berlari memeluk ibunya, begitu juga Rani. Wajah kedua anak itu ketakutan.

Maya kemudian duduk di ruang tengah sambil memangku Sari. Mirna juga duduk dengan gerakan angkuh, seakan menegaskan bahwa dirinya memang tidak pernah bersalah.

"Mirna, sekarang ceritakan apa yang terjadi." Titah mertua Maya.

"Dia menjambakku Bu, padahal aku cuma bertanya baik-baik."

"Bohong! Baik-baik apanya? Bang Gilang gajian itu bukan urusanmu. Kenapa pula kau yang sibuk mengurusi uangnya?" Potong Maya. Matanya masih memendam amarah.

Mertua Maya menatap Maya, "Apa benar Mirna cuma bertanya itu?"

Maya kemudian terdiam, lalu mengangguk.

"Nah, sekarang coba jawab. Apakah salah Mirna bertanya kapan Gilang gajian?"

"Tapi Bu.."

"Tidak ada tapi-tapian, kamu tahu sendiri kan kalau Mirna sudah tidak punya suami, tahu sendiri kalau dia adalah tanggung jawab Gilang?"

Mirna yang merasa di atas angin oleh pembelaan ibunya tersenyum sinis sambil menatap Maya.

Maya menunduk, ia tahu bahwa ucapan ibu mertuanya itu benar. Mirna memang tanggung jawab Gilang tetapi dirinya juga berhak mendapat tanggung jawab oleh suaminya sendiri.

"Aku cuma merasa tidak adil Bu, uang yang diberikan bang Gilang kepada Mirna lebih banyak daripada uang yang ia berikan pada kami." Ucap Maya akhirnya.

"Jadi kamu cemburu soal itu?"

Maya mengangkat wajahnya. Cemburu?

Selama ini Maya memang merahasiakan perbuatan Gilang pada siapapun termasuk Ibu mertuanya. Ia masih menjaga isi rumah tangga mereka agar tidak diketahui oleh orang lain.

Tapi kali ini Maya tidak tahan lagi, mungkin inilah saat yang tepat untuk menceritakan bagaimana sebenarnya sikap Gilang. Lagipula, Maya bercerita kepada mertuanya, kepada ibu suaminya sendiri. Bukan pada yang lain.

"Apa kau cemburu?" Ulang mertua Maya sekali lagi. Wanita yang hampir memasuki usia 60an itu menatap Maya dengan mata yang masih terlihat tegas. Ada kesan keras dalam tatapannya.

Maya mengangguk, tidak mungkin ia tidak cemburu ketika suami sendiri lebih peduli kepada yang lain.

"Bang Gilang bulan ini memberikan kami uang tidak lebih dari 500 ribu. Sedangkan Mirna baru saja dikirim 1 juta. Sepatu Sari bahkan sudah sobek, air listrik kami belum dibayar. Dan kemarin ia cuma memberikan 20 ribu kepada kami."

Mata Maya berkaca-kaca, tapi ia masih ingin melanjutkan keluh kesahnya.

"Dan Bang Gilang juga sering menamparku kalau aku minta duit."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!