NovelToon NovelToon
Author Badut

Author Badut

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Dunia Lain / Mata Batin / Dokter / Misteri / Orang Disabilitas
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

Goresan ISENG!!!

Aku adalah jemari yang gemetar. Berusaha menuliskan cinta yang masih ada, menitip sebaris rindu, setangkup pinta pada langit yang menaungi aku, kamu dan kalian.

Aku coba menulis perjalanan pulang, mencari arah dan menemukan rumah di saat senja.

Di atas kertas kusam, tulisan ini lahir sebagai cara melepaskan hati dari sakit yang menyiksa, sedih yang membelenggu ketika suara tidak dapat menjahit retak-retak lelah.

Berharap kebahagiaan kembali menghampiri seperti saat dunia kita begitu sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Gosip, digosok makin siip...

Di ruang kerja Sabil

Sabil duduk bersandar pada kursi kerjanya. Jas putih yang menempel ditubuh sudah ia lempar ke sembarang tempat, lengan kemejanya ia gulung hingga siku. Tatapannya lurus ke depan menatap laptop yang baru saja menyala. Tangannya secara otomatis membuka tabel laporan, membuka email dari beberapa perusahaan yang memintanya menjadi Narasumber seminar. Presentasi para koas sejak pagi ia abaikan.

Tapi pikirannya tidak di sana, cahaya biru dari layar laptop menyala menerpa wajahnya yang serius, namun tatapannya kosong. Yang ada dalam pikirannya ... senyum dan tawa Hania saat menertawakan nya menyukai genre Dangdut. Senyumnya lepas, tatapan takut yang biasa menghias wajah gadis itu seketika sirna.

Suaranya saat tilawah begitu merdu, cara dia bersujud dan mengangkat tangan saat berdoa, cara gadis itu merengut, tersenyum kikuk, berkedip cepat, menghela napas dan wajah bosannya semua terekam dalam benak Sabil.

Malam itu bukan tentang berbagi cerita hingga menjadi obrolan panjang bersama Hania.

Tapi tentang kepenatan, kesedihan dan beban berat di dadanya yang terangkat begitu saja saat duduk berhadapan dengan Hania. Tatapan takut dari gadis itu justru mengingatkannya pada rumah, yaitu almarhumah ibunya. Sosok yang sangat ia rindukan. Ada sosok lain selain ibunya yang bisa mengerti dirinya tanpa harus ia menjelaskan luka di dadanya.

"Hania... " lirihnya seraya mengelus handphone milik Hania yang ia bawa. Seolah ia sedang mengusap kepala Hania.

Pandangannya jatuh pada handphone itu. Jiwanya meronta ingin membuka apa yang tersimpan di sana. Ia ingin merasakan luka yang dipendam gadis itu, hobinya, rahasianya, segalanya tentang Hania.

Tapi dia terikat oleh profesionalitas, Itu terlarang. Sabil meletakkan handphone Hania ke dalam laci. Kembali berusaha fokus pada laporan pasien, lembar persetujuan yang terkait dengan BP*S dan semua tugas yang tadi pagi ia tinggalkan.

Lima menit berlalu...

Sabil menatap laci mejanya. Ia menarik handle laci dan mengeluarkan handphone Hania lalu menggenggamnya erat.

"Dia tidak mengunci layar handphone, dia tidak akan tahu jika kamu membuka rahasia yang dia simpan."

Separuh dirinya yang lain penasaran ingin membukanya.

"Tapi kamu melanggar kode etik, Bil."

Perang batin terjadi. Sebagian dirinya mengakar kuat sumpah janji profesi. Ia mendesah lelah. Lalu menggeser handphone Hania ke sisi kanan dan ia tutupi buku jurnal analisis pasien. Ia kembali fokus pada laporan dan lembar kinerja.

Hanya bertahan satu jam ia fokus pada pekerjaannya yang menggunung. Ia kembali mengambil handphone Hania dan menimangnya dengan perasaan bimbang.

"Mungkin melihat galery fotonya saja tidak apa-apa."

Jiwa liarnya kembali meronta. Tangannya mulai menggeser layar dan mencari ikon galery foto. Hanya ada 350 foto dan video yang tersimpan di sana. Ia mulai dari foto yang terbaru, foto punggung tangan yang membiru, ia geser lagi foto satu gulung tali dari jerami beserta palu dan paku.

"Apa yang ingin kamu lakukan dengan barang-barang itu Hania?"

Rasa penasaran semakin merobek paksa tabir keyakinan atas profesionalisme, batasan dan larangan. Ia terus menggeser foto-foto yang ada di galery handphone Hania. Jarinya terhenti saat sebuah video memutar kegiatan Hania sedang mencangkul di halaman cafe miliknya. Ia tertawa saat gagang cangkulnya tidak kuat dengan ayunan tangannya hingga lepas dari besi cangkul.

Suara tawanya renyah, ia berjoget menertawakan karyawannya yang justru tidak kuat mengayunkan cangkul karena besi cangkul dengan gagal tidak seimbang.

Video tanpa sosok Hania ada di dalamnya, hanya suaranya yang terdengar. Dua orang karyawannya masih berusaha menyambungkan gagang cangkul dengan besi. Suara itu terdengar manja, suara Hania.

"Mamang nyuhunkeun neng atuh, bantos ngadamel liang sahiji weh. Neng hoyong melak tangkal kalengkeng."

(Paman, neng minta tolong dong, tolong buatkan lubang satu buah, neng mau tanam pohon kelengkeng)

Jantung Sabil berdetak kencang, perasaan tidak nyaman seketika menghentak.

'Andai aku ada di sana. Aku yang akan membantumu, Hania.'

Sabil menggeser lagi foto dan video berikutnya. Semakin penasaran lagi dan lagi. Hingga dua jam berlalu hanya untuk menonton video dan mengamati foto-foto Hania. Sabil menarik buku jurnal yang tergeletak tidak jauh dari tangannya. Ia merangkum dan menuliskan sebuah catatan analisa mengenai Hania dari 350 buah foto dan video yang tersimpan di galery handphone.

Hobinya : berkebun, memasak, baking, memetik kembang sepatu setiap hari minggu, merajut dan menulis novel.

Makanan Favoritnya : Seblak, nasi goreng terasi, iga bakar, sambal oncom, bakso bening kikil bang Gobar, goreng singkong, rebusan setiap pagi, Pure Matcha, Teh melati, kopi pahit dan kerupuk gendar.

Binatang peliharaannya : Burung Lovebird, perkutut, kaka tua putih, burung murai, kucing anggora berwarna cokelat abu-abu, ikan koi dan aneka ikan hias di akuarium.

Karyawan : dua orang, bernama Atun dan Rosi.

Penjaga rumah : Mamang Ebot

Warna Favorit : Hitam, putih dan cokelat.

Lagu yang sering di putar : genre rock, K-Pop, Pop Indonesia dari Nadhif Basalamah, Rosa, Raim Laode.

Nada dering : Seize the day by Avenged Sevenfold

Dan seterusnya...

Analisa yang terkesan ingin mengenali Hania bukan sebagai pasien tapi lebih dalam lagi, melebihi yang semestinya. Ia menghabiskan waktu untuk menganalisa Hania hingga rasa kantuk menyerangnya, kepala ia rebahkan di atas meja dan matanya mulai terpejam.

...***...

Bangsal Edelweis ruang VIP...

Cahaya pagi menerpa wajahku yang baru saja ku poles dengan bedak tabur, memberi lip balm pada bibirku yang mulai terasa kering karena pengaruh obat-obatan. Aku melangkah keluar kamar setelah mendapat instruksi dari suster Sari untuk berkumpul di lapangan apel mengikuti acara olahraga bersama para nakes. Saat di lorong, aku berpapasan dengan suster Melda.

"Hania, siang ini ada menu puding caramel lho. Kamu dan dokter Sabil pasti suka," ucapnya ramah dan ceria.

"Terima kasih sus, beberapa hari ini menunya sangat menggoda sus Melda," sahutku

"Makanannya sih biasa, tapi hati kamu itu lagi berbunga-bunga. Jadi makanan hambar aja terasa enak, iya gak?!" balasnya dengan kerlingan mata penuh misteri.

"Suster Melda jadi mengingatkan saya sama bunga-bunga di rumah, ada yang rawat nggak ya," ucapku berusaha menepis gosip yang semakin tidak enak di dengar.

Pagi ini gosip tentang kunjungan tidak biasa dokter Sabil ke kamarku semalam, menjadi semakin liar dan obrolan bukan lagi sebuah bisikan, namun mereka seakan berusaha mencari jawaban dari mulutku sendiri. Dengan cara sindiran halus, bertanya terang-terangan, candaan yang disengaja bahkan perawat yang biasa mengambil sample darah ke kamarku terang-terangan mengatakan jika dokter Sabil mengambil langsung hasil cek laboratorium untuk menganalisa obat dan aturan diet hari ini.

Aku tidak bisa membungkam mulut setiap orang, tapi aku yang harus menjaga diriku sendiri. Aku bertekad untuk menjauh dan memberi jarak padanya mulai hari ini.

"Dia pria yang terikat dengan pernikahan, Hania. Jangan menambah masalah hidupmu di dunia ini. Jika mereka menyakitimu, aku akan memberi mereka pelajaran."

Suara Roro Larasati menggema di telinga Hania.

"Aku tahu, Roro Laras. Jangan campuri urusan duniaku."

"Aku bergerak atas perintah sang Prabu, Nyai," ucap Roro Laras

"Aku tidak akan mengijinkannya," jawabku dengan penekanan.

"Hania, hey jangan bengong! Ayo kumpul ke lapangan apel."

"I-iya sus." suara suster Sari menarik aku kembali ke dunia nyata.

Di lapangan apel aku mengambil tempat paling belakang, karena area depan sudah terisi para nakes, dokter spesialis, dan para pejabat Rumah Sakit termasuk dokter Sabil yang menjabat sebagai Ketua Divisi Psikiatri dan Adiksi. Aku tahu ia terus mencari keberadaan ku.

Dari posisiku berdiri aku bisa melihat kepalanya tidak tenang seakan sedang mencari sesuatu atau seseorang. Aku semakin bersembunyi di lorong antara dua gedung, posisi itu paling nyaman kurasa.

Senam otak telah selesai, acara dilanjutkan dengan sambutan Presdir Rumah sakit dan acara hiburan untuk para pasien. Aku berjongkok di balik tong sampah untuk menghindari panas matahari yang semakin terik. Tiba-tiba...

Bugh! Bugh! Bugh!

Pukulan bertubi-tubi dari arah belakang menghantam punggungku. Seorang ibu tua tuna wisma yang mengalami ODGJ berat memukulku dengan botol air mineral ukuran satu setengah liter, menjambak dan mencakar wajahku. Aku kaget, langsung berdiri melindungi kepalaku yang nyaris kehilangan rambut lalu berlari mencari perlindungan. Aku takut luar biasa, kakiku terasa lemas, serangan panik tiba-tiba menerjang bagai gelombang pasang yang begitu hebat.

Sepasang tangan kekar menarik tubuhku dan aku masuk dalam pelukannya. Pukulan tuna wisma itu beralih ke punggung pria yang melindungi aku. Pandanganku seketika kabur karena serangan panik yang aku rasakan.

Sebelum kesadaranku menghilang, aku masih bisa merasakan rangkulan pria itu di pinggangku terasa begitu hangat, terlalu melekat, terlalu nyata untuk ku hindari. Tubuhku lunglai dalam dekapannya yang hangat. Semua peringatan yang ku tanam di kepala, perlahan menghilang seiring hilangnya kesadaranku.

1
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ternyata danu masih ingin menghancurkan hania. itu yang harus sabil waspadai.
Aksara_Dee: Danu cowo NPD
total 1 replies
Cakrawala
Danu sini kamu/Hammer/
Aksara_Dee: pengen jitak Danu ya ka 🤭
total 1 replies
Dinar Almeera
I fell youuuu pelukk duluuuu🤗🤗🤗
Aksara_Dee: peluk siapa ka?
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
mahluk kasat mata bisa terekam kamera cctv juga ya ?
merinding aku Thor.....😬
Aksara_Dee: mungkin karena Sabil juga indigo jadi bisa melihat keberadaan mereka
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
cakepnya 🥰
Aksara_Dee: cocok gak ka sama karakter dokter sabil?
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
good job....aku merinding disko nih 👍
Aksara_Dee: iyakah ka? 😅
total 1 replies
Dinar Almeera
Nihhh Pak RT mau gak tinggal di komplek aku... cakep bener gak kepo gak menghakimi semua di bicarakan dengan santaii ihhh dunia butuh orang yang begini tau batasan 😍😍
Aksara_Dee: qiqiqiqi... 😅
total 3 replies
Wang Lee
Bunga sekebon untukmu🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Aksara_Dee: banyak nyaaa... aku tidur di hamparan bunga 😅
total 1 replies
Wang Lee
Semangat dek🌹🌹
Aksara_Dee: semangatnya lagi kendor nih ka 🥺
total 1 replies
Wang Lee
Ada apa dek
Aksara_Dee: nggak ada apa-apa
total 1 replies
Wang Lee
Iya, kamu benar cantik
Aksara_Dee: makasih 🤭
total 1 replies
Wang Lee
Jangan begitu, ah dek
Aksara_Dee: jadi gimana
total 1 replies
Wang Lee
Kan aku rindu bin kangen dek
Aksara_Dee: masa?
total 1 replies
Wang Lee
Like
Aksara_Dee: sukak
total 1 replies
Wang Lee
Wah...Pasti enak tuh susu alami🤣
Aksara_Dee: uppsss... 👉
total 1 replies
Wang Lee
Kamu manggil saya..
Aksara_Dee: enggak kok!
total 1 replies
Wang Lee
Luar biasa
Aksara_Dee: galak kaan
total 1 replies
Wang Lee
Pasti enak tuh🤣
Aksara_Dee: hey! wang lee... 👉
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
Hania masih baik-baik saja kah Thor ?
kenapa prabu seperti nya marah ?
Aksara_Dee: marahnya sama Sabil ka, ada di episode 22
total 1 replies
Mom Young
sangat bagus😘
Aksara_Dee: Terima kasih kaka ❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!