NovelToon NovelToon
KAU DAN AKU DI PANGGUNG TERAKHIR

KAU DAN AKU DI PANGGUNG TERAKHIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Diam-Diam Cinta / Romansa / CEO / Model
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: amariel

Seraphina Luna — supermodel dengan kehidupan yang selalu berada di bawah sorotan kamera. Kalleandra — pria asing yang muncul di malam tak terduga.

Mereka bertemu tanpa sengaja di sebuah klub malam. Sera mabuk, Kalle membantu membawanya pulang ke apartemennya. Tanpa disadari, dua wartawan melihat momen itu. Gosip pun tercipta.

Seketika, hidup mereka berubah. Gosip itu bukan sekadar cerita — ia memaksa mereka untuk mengambil keputusan yang tak pernah terbayangkan: menikah. Bukan karena cinta, tapi karena tekanan dunia.

Di balik cincin dan janji itu tersimpan rahasia dan luka yang belum pernah terungkap. Akankah cinta lahir dari dari gosip… atau ini hanya akhir dari sebuah pertunjukan?

"Di balik panggung, selalu ada cerita yang tak pernah terucap."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amariel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HARI YANG CANGGUNG

Sera mengerjapkan mata, menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk. Ia merasa asing dengan tempat ini. Ia menoleh ke samping dan menyadari bahwa ia berada di sebuah apartemen minimalis. Ia ingat kejadian semalam. Ia ingat bagaimana ia mengajak Kalle menikah setelah mabuk di bar. Namun ia tak ingat apa Kalle menerima tawarannya atau tidak.

Sera menghela napas. Ia merasa malu dan menyesal. Apa yang sudah ia lakukan?

Ia bangkit dari tempat tidur dan mengamati sekeliling ruangan. Apartemen itu bersih dan rapi, tapi terasa dingin dan tidak personal. Ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan Kalle.

Sera memutuskan untuk pergi. Ia tidak ingin bertemu dengan Kalle. belum siap dengan tatapan menusuknya, belum siap jika pria itu nanti akan menanyakan ulang kata-katanya semalam.

 "Mau kemana ?

Suara berat itu menahan langkahnya. bagai anak kecil yang tertangkap basah. Sera pun segera membalikkan badannya. Dia memasang senyum lebar.

" Mau pulang. Gue baru ingat ada jadwal siang ini. mereka pasti nungguin."

" Duduk..!! Kita sarapan dulu."

" Tapi itu--- gue udah telepon asisten buat jemput kayanya dia nunggu di bawah."

"Asisten kamu yang waktu itu ? Siapa namanya, Bi-bian ya."

" Kok Lo kenal dia ? Kata Bian malam pas jemput gue di apartemen ini Lo gak ada."

"Tapikan nama dia ada di ponsel kamu."

"Lo otak-atik--."

"Bian hubungi kamu malam itu makanya aku angkat teleponnya biar dia gak khawatir." jawab Kalle." Aku gak sama sekali buka handphonemu."

Kalle menggeser Kursi kosong di depannya. mempersilakan Sera untuk duduk.

" Kan udah gue bilang, gue gak mau makan. Bian udah nunggu."

" Minimal tunggu sampai pakaian kamu kering dulu. Tadi pagi baru aku cuci, kena muntahan alkohol." telunjuk Kalle terarah padanya." Memang gak apa-apa pulang pakai piyama ini ?"

Sera terhenyak. Dia baru menyadari jika pakaian yang menempel di tubuhnya bukan pakaiannya. Dia benar-benar mati kutu di hadapan Kalle. kembali bertemu dalam dua keadaan yang sama Mabuk..!

"Kalau Bian datang suruh dia naik kesini saja. Kita makan bareng."

Dia sudah tak bisa menolak. Hanya bisa pasrah mengikuti keinginan Kalle. matanya kini malah tertahan di gelas yang dia pegang.

" Itu campuran jahe sama beberapa bahan rempah. Bagus untuk mereka yang kebanyakan minum alkohol. Coba deh."

"Kalle, kita bisa untuk jangan dulu membahas soal semalam ? I-iya gue minta maaf karena lagi dan lagi Lo harus gue repotin sama kelakuan gak jelas ini. Hmm- gimana ya." canggung Sera.

"Lain kali kurang-kurangi minum alkoholnya. Jaga kesehatan badanmu. selain itu juga bahaya untuk keselamatan kamu.Kalau mau minum bawa teman atau ajak Bian buat jagain.",

" Kok terdengar kaya orang lagi mengatur hidup gue." sengit Sera tak terima.

"Iyakan sebentar lagi kita mau menikah. kamu lupa sama ajakan semalam."

Kalle sialan ..! Bisa-bisanya dia mengingatkan lagi kejadian memalukan semalaman.

#################

Sesampainya di apartemennya sendiri, Sera disambut oleh Bian yang sudah menunggunya dengan wajah khawatir.

"Ya ampun, Sera! gue khawatir banget sama Lo ! kemana aja semalaman?" tanya Bian heboh sambil memeluk Sera erat.

"gue baik-baik saja, Bian," jawab Sera singkat. "Di mana Sira?"

"Sira udah nunggu dari tadi di ruang tamu. jawab Bian. "Katanya ada hal penting yang mau dibicarain."

Sera menghela napas dan berjalan menuju ruang tamu. Ia melihat Sira, manajernya, duduk di sofa dengan wajah serius.

"Sera, akhirnya kamu pulang," ujar Sira lega. "Ada banyak hal yang harus kita bicarakan."

"Soal jadwal Jakarta Fashion Week, kan?" tebak Sera ketus.

"Ya," jawab Sira. "Ini kesempatan bagus untuk memulihkan reputasi kamu. Semua orang akan melihat penampilanmu di JFW. Ini akan menunjukkan bahwa kamu tidak terpengaruh oleh skandal apapun."

Sera terdiam sejenak. Ia tahu Sira benar. Tampil di JFW bisa menjadi langkah yang tepat untuk memulihkan citranya.

"Selain itu," lanjut Sira, "Luxe Press terus saja menyebarkan rumor tentang skandalmu. Mereka bahkan mengklaim bahwa semalam menemukan kamu masuk ke club lagi."

Sera mengepalkan tangannya. Ia benci dengan Luxe Press. Mereka selalu berusaha untuk menghancurkan hidupnya. Sira dengan sedikit kesal menyodorkan handphone dimana terlihat foto Sera berada di sebuah club malam.

"Dari awal aku udah wanti-wanti kamu loh, Ra. Untuk hati-hati dan bawa Bian. Beruntung kali ini cuma kamu yang tertangkap kamera Luxe press."

"Aku akan tuntut mereka," geram Sera.

"Kita memang bakal somasi mereka untuk saat ini baru mengumpulkan bukti-buktinya dulu" ujar Sira. "Cara terbaik untuk membungkam mereka adalah dengan menunjukkan bahwa kamu kuat dan tidak terpengaruh oleh apapun. Tampil di JFW adalah jawabannya."

Sera menghela napas. Ia tahu Sira benar. Ia harus tampil di JFW. Ia harus menunjukkan pada dunia luar bahwa ia tidak akan menyerah dan tak terpengaruh akan gosip panasnya.

"Baiklah," ujar Sera akhirnya.

Sira tersenyum lega. "Bagus," ujarnya. "Aku akan mengatur semuanya. Sekarang, kamu istirahatlah. Kamu pasti lelah."

######################bh bh

Kalle sedang sibuk memeriksa catatan pasien di kliniknya ketika Bimo tiba-tiba datang dengan wajah bersemangat.

"Al ! Lo gak akan percaya ini!" seru Bimo sambil mengacungkan sebuah undangan.

Kalle mengangkat alisnya. "Apa itu?" tanyanya tanpa minat.

"Undangan ke Jakarta Fashion Week!" jawab Bimo dengan nada bersemangat. "Gue dapet dari Sira, manajernya Sera!"

Kalle terdiam sejenak. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan.

" Sira itu temen gue pas kuliah di Singapura dulu. makanya gue kenal juga sama Seraphina Luna, anak didiknya. Lo mau ikut?" tanya Bimo, matanya berbinar-binar. "Ini kesempatan bagus buat kita lihat Sera dari dekat!"

Kalle menggelengkan kepala. "Gue gak tertarik sama acara begituan," jawabnya singkat. "Gue sibuk."

"Ayolah, Al! Sekali ini aja!" bujuk Bimo. "Lo gak penasaran sama dunia Sera ? Selama ini lo cuma dengerin cerita Nadira atau lihat dia di televisi. Sekarang lo bisa lihat langsung!"

Kalle terdiam. Ia memang penasaran dengan dunia Sera. Ia ingin tahu apa yang membuat wanita itu begitu terkenal dan dikagumi banyak orang.

"Gue gak janji," ujar Kalle akhirnya. "Tapi gue akan pertimbangkan."

"Asyik!" seru Bimo sambil menepuk pundak Kalle. "Gue tahu lo gak akan nolak!"

Setelah Bimo pergi, Kalle menatap undangan itu dengan tatapan kosong. Ia merasa ragu. Ia tidak yakin apakah ia harus pergi ke Jakarta Fashion Week atau tidak.

Di satu sisi, ia tidak ingin terlibat dalam dunia Sera yang penuh dengan sorotan dan intrik. Di sisi lain, ia merasa penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang wanita yang beberapa hari ini menarik dirinya untuk masuk dalam kehidupannya

Akhirnya, rasa penasaranlah yang menang. Kalle memutuskan untuk pergi ke Jakarta Fashion Week. Ia ingin melihat sendiri dunia Sera dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Keesokan harinya, Kalle dan Bimo tiba di Jakarta Fashion Week. Kalle merasa sedikit tidak percaya diri. Ia tidak terbiasa dengan dunia gemerlap fashion dan merasa seperti orang asing di sana.

"Ayo, Kalle! Jangan kayak orang ilang gitu!" Bimo menarik tangan Kalle dengan semangat. "Ini kesempatan buat lo lihat Sera dari deket!"

Kalle menghela napas dan mengikuti Bimo masuk. Ia mengamati sekeliling dengan tatapan datar, tapi matanya sesekali mencari sosok Sera.

Tata panggung yang indah, iringan musik yang mewah di tambah lagi dengan cahaya lampunya. Dunia yang menunjukkan sisi kemahalannya yang lagi menurut Kalle itu bukan tempat dia.

Dan saat Sera muncul dengan gaun yang di pakai, dengan caranya berjalan di atas catwalk. Dan dengan lampu yang menyorotinya. untuk sesaat Kalle mengagumi sosoknya sebagai Supermodel. Bintang di atas panggung menanggalkan citra Seraphina Luna yang di kenalnya beberapa hari ini.

Setelah fashion show selesai, Kalle merasa tidak nyaman dengan keramaian di sekitarnya. Ia ingin segera pergi dari tempat itu.

"Ayo, Bim," ajak Kalle dengan nada datar. "Kita pergi."

"Eh, tunggu dulu, Al !" tahan Bimo. "Gak sopan dong kalau kita langsung pergi gitu aja. Kita pamitan dulu sama Sira dan Sera."

Kalle menghela napas. Ia tidak suka basa-basi, tapi ia tahu Bimo benar. Tidak sopan jika mereka pergi tanpa berpamitan.

"Baiklah," ujar Kalle akhirnya. "Tapi jangan lama-lama."

Bimo menarik Kalle ke backstage. Suasana di sana semakin ramai dan sibuk. Mereka mencari Sira dan Sera di antara kerumunan orang.

"Itu dia Sira!" seru Bimo sambil menunjuk seorang wanita yang sedang berbicara dengan beberapa orang.

Bimo dan Kalle mendekati Sira.

"Sira!" panggil Bimo dengan nada ceria.

Sira menoleh dan tersenyum melihat Bimo. "Bimo! Senang bertemu denganmu di sini," ujarnya. "Dan siapa ini?" tanyanya sambil menatap Kalle dengan tatapan menyelidik.

"Oh, kenalkan, ini Kalle," jawab Bimo. "Kalle, ini Sira, manajernya Sera."

Kalle mengangguk singkat. "Senang bertemu dengan Anda," ujarnya dengan nada datar.

Sira tersenyum ramah. "Senang bertemu denganmu juga, Kalle," balasnya. "Bimo sering cerita tentangmu. Katanya kamu dokter anak yang hebat."

"Hanya dokter biasa," jawab Kalle singkat.

Saat mereka sedang berbincang, tiba-tiba terdengar teriakan kesakitan dari arah ruang istirahat.

"Aduh!"

Semua orang di sekitar mereka menoleh ke arah sumber suara. Suasana menjadi gaduh dan panik.

"Itu suara Sera!" seru Bimo khawatir. "Ada apa dengan Sera?"

Tanpa menunggu aba-aba, Bimo dan Sira berlari menuju ruang istirahat. Kalle mengikuti mereka dari belakang, meskipun dengan langkah yang lebih lambat.Sesampainya di ruang istirahat, mereka melihat Sera duduk di sofa sambil memegangi kakinya dengan wajah kesakitan.

"Sera! Kamu kenapa?" tanya Sira panik.

"Kaki aku keseleo," jawab Sera dengan nada ketus.

Bimo berjongkok di depan Sera dan mulai memeriksa kakinya dengan heboh. "Ini kayaknya keseleo parah deh, Sera!" serunya panik.

Tanpa banyak bicara, Kalle dengan tenang mengambil es batu yang ada di dalam cooler box dan membungkusnya dengan kain. Ia kemudian berjongkok di depan Sera dan mengompres kakinya dengan es batu itu.

"Tahan ya," ujar Kalle singkat.

Sera hanya mendengus. Ia merasa canggung dan tidak nyaman dengan perhatian Kalle. Ia masih saja teringat akan kelakuan memalukan yang dilakukan malam itu. Namun diam-diam, ia sedikit terkejut dengan ketenangan Kalle dibandingkan dengan kepanikan Bimo.

Setelah selesai mengompres, Kalle berkata, "Jangan terlalu memaksakan diri."

Sera memalingkan wajahnya, tapi gumaman "Makasih" lolos dari bibirnya hampir tanpa suara. Meskipun ketus, ada sedikit kelembutan yang tersembunyi di balik nada bicaranya.

Gelagat kegugupan Sera dan cara Kalle membantu dia malam ini tertangkap oleh Sira sebagai bentuk sinyal aneh dan patut untuk dicurigai .

#################

Keesokan paginya, Kalle sedang memeriksa pasien di kliniknya ketika Bimo tiba-tiba muncul dengan tatapan memaksa.

"Lo udah hubungi Sera?" tanya Bimo tanpa basa-basi.

Kalle mengerutkan kening. "Buat apa?"

"Ya buat nanyain kakinya lah!" jawab Bimo dengan nada geram. "Lo kan yang nolong dia kemarin. Gak sopan banget kalau lo gak nanyain kabarnya."

Kalle menghela napas. Ia sebenarnya tidak ingin terlibat lebih jauh dengan Sera, tapi Bimo benar. Tidak sopan jika ia tidak menanyakan keadaannya setelah menolongnya.

"Gue sibuk," jawab Kalle singkat. "Lagi pula buat apa. Semalam team dia juga ada."

"Alah, alasan aja lo!" seru Bimo. "Gak akan lama kok. Cepetan hubungi dia sekarang!"

Bimo terus mendesak Kalle hingga akhirnya Kalle menyerah. Ia mengambil ponselnya dan mencari kontak Sera.

"Gue dengerin ya," ujar Bimo sambil mendekat. "Jangan kaku gitu ngomongnya. Tanya yang sopan, jangan kayak ngomong sama pasien."

Kalle memutar bola matanya, lalu menekan tombol panggil. Ia menunggu dengan sabar hingga Sera mengangkat teleponnya.

"Halo ?" suara Sera terdengar dingin di seberang sana

"Halo Sera, ini kalle."

"iya, kenapa ?"

" Kakimu gimana ? Sudah membaikkah ? Kebetulan ada Bimo disini dan dia minta aku untuk tanya keadaanmu."

Mendengar namanya disebut, Bimo pun melotot. Dia hampir meninju bahu Kalle.

"ooh, Baik kok semua aman" jawab Sera singka. " bilang Bimo gak usah khawatir banget."

"Baguslah kalau begitu. aku cuma mau memastikan saja. nanti aku kasih tahu Bimo."

"okay, anything else ?"

"Gak itu saja."

"alright." ujar Sera." aku tutup kalau gitu, masih ada kerjaan dikit lagi. Salam buat Bimo."

Sera langsung menutup teleponnya tanpa basa-basi. Kalle menghela napas dan menatap Bimo dengan tatapan kesal.

"Udah kan?" tanya Kalle. "Udah gue hubungi depan muka Lo langsung."

Bimo tersenyum puas. "Nah, gitu dong!" serunya." Tapi besok-besok jangan bawa nama gue di dalam pembicaraan kalian berdua."

Kalle hanya mendengus. Ia tidak mengerti mengapa Bimo begitu bersemangat mendekatkan dia dan Sera. Ia sendiri masih merasa ragu dan tidak yakin apakah bisa menerima tawaran yang diberikan Adipati Wiratama . Saat dirinya sedang melamun, ponselnya berdering. Nama "Ayah" muncul di layar. Dengan ragu, dia mengangkat telepon itu.

"Hallo,Yah?" sapa Kalle.

" Mas, kamu bisa pulang sebentar ke rumah." suara ayahnya terdengar serius dari seberang sana. " Ada hal yang musti kita bicarakan."

Kalle mengerutkan kening."Ada apa,Yah ? Apa terjadi sesuatu ?"

"Nanti kamu tahu, yang penting bisakan pulang sebentar. ayah tunggu ya mas." jawab ayahnya.

Panggilan itu berakhir. Kalle menatap ponselnya dengan tatapan bingung. Perkataan ayahnya membuatnya semakin gelisah. Ia merasa ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Tanpa sadar, ia mengepalkan tangannya. Mungkinkah ini ada kaitannya dengan gosip itu.

1
ukaza
next air
Imam Supriyono
disini karakter ayu lebih dominan .....sera ....kalah jauh ma ayu ibunya.....
ukaza
thanks up nya kak dan di tunggu update terbaru,yg rajin ya Thor up up nya 💜
sukma dewi
/Smile/
ukaza
halo Thor permisi.... tok tok tok, kk air, kapan lanjut
aisyah zahra
menarik bgt
AKU_AIR
😄😄😄😄😄😄
Mertysmart MertySmart
serius nanya thor, sbnernya dulu itu bara beneran cinta sm olive nggak?
Dini Yulianti
tp dsini ga di ceritain kalo si kale punya kakak ya?
ukaza: itu tau jadi jgn banyak ngebahas plis kita nikmatin aja karya air,
(ingat gak harus plek ketiplek kan)
salam damai sejahtera 🤭🙏
total 1 replies
Dini Yulianti
pokoknya jgn ada drama cere aja, cukup sera balas densam aja nanti sama kalle, kalo alurnya sama nanti kaya bara olive
Alleandra_syah
lanjut kak..
Alleandra_syah
ini gundiknya Adipati ada berapa sich....🤭
AKU_AIR: banyakkk🤣🤣
total 1 replies
Mertysmart MertySmart
Smangat thor💪, di tunggu lanjutannya
AKU_AIR
kayanya udah aku revisi deh kak. bab mana lagi yaa
ukaza: revisi lagi tuh part 4, ohya kok blm update terbaru sih kak air
total 3 replies
itsme zepi!
thor, kenapa ada part yg diulang ya? btw, makasih update double2nyaaa💙
AKU_AIR
aah udah ku revisi terima kasih
ukaza
thanks kak air di tunggu up up nya 🔥💪
Dini Yulianti
ko babnya di ulang
ukaza
ini kok kayak isian bab 16 sih Thor?
ukaza
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!