NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Hans dan Lily tiba di rumah pukul 2.55 siang menjelang sore. Perjalanan yang cukup melelahkan bagi mereka berdua. Hans berisitirahat sejenak di dalam kamarnya, sedangkan Lily langsung ke kamar mandi untuk mandi karena badannya terasa gerah.

Mawar: "Apakah mas Hans dan mbak Lily sudah pulang, bu?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Tante Meti: "Iya, nak. Kakakmu beristirahat di dalam kamar. Ibu dan bi Sita akan memasak kesukaan kakakmu." ucapnya. Mawar tidak ingin mengganggu kesibukan ibunya di dapur bersama bi Sita, dia membalikkan badannya lalu melangkah dengan cepat menuju kamarnya. Sedangkan Lily yang telah selesai mandi dan berganti pakaian, menyuruh Hans untuk segera mandi. Hans selalu mengikuti kemauan Lily selama hal itu adalah untuk kebaikannya. Lily duduk di lantai kamarnya yang beralaskan karpet, dia membuka kardus yang isinya adalah oleh-oleh dari Finlandia untuk diberikan kepada mertuanya, adik iparnya serta para asisten rumah tangganya.

Lily: "Semuanya telah siap. Aku akan membawanya keluar ." gumannya dengan rasa puas. Hans keluar dari kamar mandi memakai handuk, dia menatap bungkusan-bungkusan kecil yang tergeletak di atas lantai.

Hans: "Apa isi bungkusan itu, sayang?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Lily: "Macam-macam, mas. Ada buat ibu, buat Mawar dan para asisten rumah tangga kita." ucapnya dengan rasa puas. Hans mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil, lalu memakai baju santai untuk di rumah.

Hans: "Aku lapar, sayang." ucapnya sambil memegang perutnya.

Lily: "Kita keluar, yuk." ajaknya sambil memegang beberapa bungkusan untuk dibagi-bagikan kepada seisi rumahnya. Hans membuka pintu kamarnya, Lily berjalan di belakangnya sambil memegang beberapa bungkusan yang ukurannya berbagai macam. Mereka menghampiri ibu Meti dan bi Sita yang sibuk mengatur makanan di atas meja.

Lily: "Apa yang ibu masak?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Tante Meti menatap Lily, dia tersenyum hangat kepada menantunya itu.

Tante Meti: "Ibu masak makanan kesukaan kalian berdua. Kepiting balado kesukaan Hans, dan Capcay daging kesukaan kamu." ucapnya sambil tersenyum lebar.

Lily: "Seharusnya ibu tidak perlu repot." ucapnya dengan rasa segan.

Tante Meti: "Tidak repot, kok. Ibu senang memasak, nak." sahutnya. Hans dan Lily hanya tersenyum kecil mendengar penuturan tante Meti. Mawar keluar dari kamarnya karena mendengar suara Lily dan ibunya yang sedang berbincang. Kamar Mawar berdekatan dengan posisi dapur.

Mawar: "Hai mas, hai kak, apa kabar?" sapanya dengan ramah. "Aku senang kalian sudah pulang." ucapnya lagi. Mawar duduk di dekat kakak iparnya. Lily hanya tersenyum tipis sambil menatap Mawar dengan lembut.

Lily: "Bagaimana dengan kuliahmu? Kapan kamu skripsi?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Lily tahu, Mawar sebentar lagi akan menyelesaikan kuliahnya bagian kedokteran, karena kepintarannya Mawar akan menyelesaikan kuliahnya dalam kurun waktu yang cukup singkat untuk menjadi seorang dokter umum.

Mawar: "Kuliahku berjalan dengan lancar, kak." ucapnya dengan penuh kepuasan. "Minggu depan skripsi dimulai, kak." ucapnya lagi dengan nada berat.

Lily: "Semangat, ya. Kan, kamu gadis yang pintar." ucapnya sambil tersenyum lebar.

Mawar: "Iya, kak. Tak terasa aku kuliah sudah 5 tahun lebih." ucapnya.

Lily: "Saat kuliah dulu usiamu 19 tahun. Sekarang usiamu sudah 25 tahun." ucapnya sambil tersenyum lebar. Lily teringat akan tanda mata yang dia bawa dari Finlandia, perlahan Lily mengambil beberapa bungkusan yang sebelumnya dia letakkan di lantai.

Lily: "Aku ada oleh-oleh buat kalian semua." ucapnya sambil tersenyum tipis. Semua yang hadir di dapur senang dan gembira mendengar perkataan Lily. Bi Sita menghampiri Lily.

Bi Sita: "Apakah buat aku juga ada, nyonya?" tanyanya dengan penuh harap. Hans menatap bi Sita, lalu tersenyum lebar.

Hans: "Tenang saja, bi. Bibi pasti kebagian, kok." ucapnya dengan penuh keyakinan.

Bi Sita: "Benarkah, tuan?" tanyanya dengan rasa tidak percaya. Kedua mata bi Sita berbinar, dia menatap tajam bungkusan yang berada di tangan Lily.

Hans: "Iya, bi.sahutnya singkat. "Tolong panggilkan pak Anto dan pak Benti, ya." pintanya dengan pelan.

Bi Sita: "Iya, tuan." ucapnya. Bi Sita berlari kecil ke arah pintu depan, dan keluar ke halaman rumah untuk memanggil pak Anto dan pak Benti. Pak Anto dan pak Benti sangat antusias saat mengetahui jika atasan mereka akan membagikan oleh-oleh dari Finlandia. Bi Sita pak Anto dan pak Benti mulai berlari kecil masuk ke dalam rumah.

Bi Sita: "Ini pak Anto dan pak Benti, tuan." ucapnya sambil menunjuk ke arah pak Anto dan pak Benti. Tukang kebun dan satpam itu menatap Hans dan Lily sambil tersenyum lebar. Lily mulai membagikan bungkusan-bungkusan itu mulai dari tante Meti, Mawar, lalu terakhir kepada asisten rumah tangganya, tukang kebunnya dan juga satpam rumahnya. Mereka sangat bahagia karena mendapat oleh-oleh dari Finlandia, terutama bi Sita, pak Anto dan pak Benti, karena mereka baru pertama kalinya mendapat hadiah dari luar negeri.

Pak Anto: "Terima kasih, nyonya. Saya suka hadiahnya." ucapnya dengan rasa syukur.

Pak Benti: "Saya juga terima kasih, nyonya." ucapnya sambil memegang erat bungkusan itu.

Bi Sita: "Saya juga, nyonya. Terima kasih banyak." ucapnya.

Lily: "Iya, sama-sama." sahutnya sambil tersenyum hangat. Lily dan Hans juga sangat bahagia melihat para asistennya sangat senang menerima hadiah dari mereka. Setelah mendapatkan hadiah, para asisten rumah tangga itu kembali ke posisi masing-masing untuk bekerja. Bu Sita, pak Anto dan pak Benti sangat menghargai dan menghormati Lily sebagai nyonya rumah sekaligus atasan mereka. Malam itu, Lily minta ijin pada Hans untuk pergi ke apotik yang berada di seberang jalan dekat rumah mereka. Lily mempunyai penyakit asam lambung, terkadang asam lambung itu mengganggu aktifitasnya di toko.

Hans: "Biar aku saja yang ke apotik, sayang." ucapnya dengan lembut.

Lily: "Tidak usah, mas. Aku hanya sebentar, kok." ucapnya.

Hans: "Apa yang ingin kamu beli, sayang?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Lily: "Obat lambungku habis, mas." sahutnya. "Aku pergi, yah." ucapnya dengan pelan. Hans hanya menganggukkan kepalanya, Lily melangkah dengan dengan cepat keluar dari rumahnya. Pukul 8.15 malam itu jalanan masih ramai, Lily berjalan dengan santai menuju ke apotik dekat rumahnya. Pintu kaca apotik itu terbuka lebar, Lily langsung masuk ke dalam dan mulai bertanya kepada pegawai apotik tentang obat lambung yang biasa dia beli.

Pegawai apotik: "Tunggu sebentar, mbak. Saya akan ambilkan." ucapnya. Pegawai apotik itu membalikkan badannya, lalu mulai mencari obat lambung yang biasa Lily beli. Saat itu ada seorang pria muda masuk ke dalam apotik itu juga.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!