Setelah mati tertembak, Ratu Mafia yang terkenal kejam, dan tidak memiliki belas kasihan. Tamara sang Ratu Mafia, mendapati dirinya bertransmigrasi ke dalam tubuh seorang antagonis novel roman picisan bernama sama.
Harus menjalani pernikahan paksa dengan Reifan Adhitama, CEO berhati dingin dan ketua mafia yang tampan, dan juga terkenal kejam dan dingin. Duda Anak dua, yang ditakdirkan untuk jatuh ke pelukan wanita licik berkedok polos, Santi.
Dengan kecerdasan dan kemampuan tempur luar biasa yang masih melekat, Tamara yang baru ini punya satu misi. Hancurkan alur novel!
Tamara harus mengubah nasib tragis si antagonis, membuktikan dirinya bukan wanita lemah, dan membongkar kepalsuan Santi sebelum Reifan Adhitama terlena.
Mampukah sang Ratu Mafia menaklukkan pernikahan yang rumit, mertua yang membenci, serta dua anak tiri yang skeptis, sambil merancang strategi untuk mempertahankan singgasananya di hati sang Don?
Siapa bilang antagonis tak bisa jadi pemeran utama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HIGH SOCIETY
"D-dari mana kau dapatkan itu?" tanya Nyony Ratna, wajah nya memucat seketika.
Tamara mematikan rekaman, lalu tersenyum manis, senyum yang justru membuat pasangan itu merinding.
"Jangan khawatir, Ayah, Ibu. Aku sudah memutuskan. Aku akan tetap menikah dengan Reifan Adhitama," ucap Tamara, nadanya santai.
Kedua orang tua itu menghela napas lega, namun kelegaan itu hanya sesaat.
"Namun, jika aku tahu kalian masih mencoba memanipulasi kehidupanku, atau jika kalian berani mencoba mencampuri urusan pernikahanku, atau jika kalian berpikir untuk mengambil keuntungan sepeser pun dari pernikahan ini, aku tidak akan segan-segan untuk membongkar semua penipuan pajak dan penggelapan dana yang sudah kalian lakukan bertahun-tahun," lanjut Tamara, melangkah maju, kini aura Ratu Mafia-nya kembali menguar
"Aku tidak hanya akan menjatuhkan perusahaan Ayah, tapi juga akan memastikan kalian berdua berakhir di sel yang sama. Reifan mungkin bisa diancam dengan flash drive, tapi aku tidak, Ayah, Ibu. Aku akan menghancurkan kalian sampai ke akar-akarnya," bisik Tamara, suaranya sedingin bilah pisau.
Tuan Jason terhuyung, dia menatap putrinya dengan ketakutan yang murni.
"K-kau bukan Tamara," ucap Tuan Jason, gugup.
"Aku adalah Tamara yang baru. Aku sekarang adalah satu-satunya Ratu, dan kalian hanya bidak catur yang harus diam dan menunggu perintah," jawab Tamara, penuh penekanan.
Setelah urusan nya selesai, Tamara berbalik, melangkah anggun menuju pintu, tanpa menoleh sedikitpun.
"Jangan pernah coba-coba menghubungiku, kecuali aku yang menghubungi kalian. Sampai jumpa di hari pernikahan," ucap Tamara, dan kemudian menghilang di balik pintu, meninggalkan sepasang suami istri yang kini gemetar ketakutan, menyadari bahwa yang mereka hadapi bukanlah lagi anak lemah, melainkan ancaman yang mematikan.
"Sistem. Bagaimana reaksi mereka?" tanya Tamara saat berada di mobil.
"Tuan Rumah, Keberhasilan misi 95%. Ayah Anda dan Ibu tiri Anda, berada dalam kondisi ketakutan absolut (100%). Mereka akan mematuhi Anda untuk saat ini. Mereka telah dieliminasi sebagai variabel yang mengganggu, lapor Sistem 007."
"Bagus," jawab Tamara, tersenyum puas.
"Waktunya untuk gerakan High Society berikutnya," ucap Tamara, kembali menjalankan mobil nya.
"Kemana kita sekarang?" tanya Cindy.
"Kita pergi makan siang, setelah itu kita akan ke museum," jawab Tamara, seringai licik muncul di wajahnya.
"Museum? Untuk apa kita kesana?" tanya Cindy mengerutkan keningnya, bingung.
Tamara tidak menjawab, dan hanya menampilkan seringai tipis nya, melakukan mobilnya membelah jalanan kota yang cukup padat.
Cindy yang sudah mulai terbiasa dengan sifat baru sahabat nya itu, hanya bisa menghembuskan nafas nya panjang dan kembali fokus ke ponsel nya.
Sore hari, Musim Seni Kontemporer Nasional...
Sore harinya, Tamara dan Cindy sudah berada di Museum Seni Kontemporer Nasional, tempat di mana para High Society sering mengadakan pertemuan santai di luar jam kerja.
Tamara, mengenakan cocktail dress hitam elegan, berjalan anggun, dia tidak membawa tas tangan, tapi mengenakan jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Tam, kita ke sini mau apa? Mencari mangsa baru selain Reifan?" bisik Cindy, menyesap champagne yang berhasil ia dapatkan dari pelayan.
"Kita datang untuk dilihat," jawab Tamara, matanya memindai ruangan.
"Reifan Adhitama akan segera mendapatkan laporan intelijen tentang apa yang kulakukan dan di mana aku berada. Dia akan mencari tahu apakah aku punya sekutu baru, atau apakah aku hanya seorang troublemaker," ucap Tamara, tersenyum miring.
"Malam ini, kita tunjukkan bahwa Tamara yang baru ini bukan hanya Ratu Mafia, tapi juga wanita berkelas yang dihormati," lanjut Tamara.
Tamara melihat ke sebuah sudut ruangan, di mana berkumpul beberapa jurnalis gossip dan beberapa wanita sosialita.
Tamara berjalan lurus ke tengah ruangan, mengambil segelas champagne, kemudian dia dengan anggun mendekati seorang kurator terkenal yang biasanya sangat sulit didekati, dan mulai berbicara tentang seni surealisme abad pertengahan, topik yang bahkan Cindy tidak pernah tahu Tamara peduli.
Dalam waktu sepuluh menit, Tamara sudah menjadi pusat perhatian.
Pengetahuannya yang mendalam tentang seni, manner nya yang sempurna, dan aura dinginnya yang mempesona, menarik setiap mata di ruangan itu.
Bahkan Jurnalis mulai mengambil foto, dan para sosialita berbisik kagum.
"Sistem 007, kirimkan foto-foto diriku di Museum ini kepada Reifan Adhitama. Jangan melalui Damian, kirim ke email pribadinya. Subjek: Calon Istri Anda," perintah Tamara di dalam benak nya.
"Siap, Tuan Rumah. Sedang dikirim."
Tamara terlihat menyunggingkan senyum tipis nya, dia yakin setelah ini calon suami nya itu akan kaget, melihat apa yang baru saja diri nya kirim melalui email pribadi nya, yang tidak sembarangan orang mengetahui alamat emai pribadi Reifan Adhitama.
Di perusahaan Adhitama corp, Reifan Adhitama, sedang menganalisis data Blackwood di ruang nya tiba-tiba terhenti saat notifikasi email masuk ke ponsel pribadinya. Subjeknya, Calon Istri Anda.
Reifan langsung membuka email itu, dan darahnya seolah mendidih. Di sana, ada serangkaian foto yang menampilkan Tamara di Museum, tampak sempurna, berkelas, dan dikagumi, di tangan kirinya memegang champagne, dan pergelangan tangan kanannya memamerkan jam tangan langka yang ia kenali.
"Itu jam tangan yang ku belikan untuk mantan istriku. Aku menyimpannya di brankas pribadiku!" batin Reifan, mengeram rendah.
Reifan mengepalkan tangannya kuat. Bagaimana mungkin? Tamara mencuri jam tangan dari brankas super amannya, dan kini memamerkannya di depan publik seolah itu miliknya!
Ini bukan hanya tantangan. Ini adalah invasi total.
"Kau bermain api, Tamara. Kau mencuri kendaliku, lalu sekarang kau mencuri aset pribadiku. Aku akan membuat kau membayar harga untuk ini," gumam Reifan tersenyum sinis, penuh bahaya.
Pernikahan, yang semula hanya urusan bisnis yang dingin, kini telah berubah menjadi pertarungan kekuasaan yang sengit. Dan Reifan Adhitama, sang CEO Dingin, kini benar-benar bersemangat.
Sementara Tamara saat ini, masih berada di museum. Tamara membiarkan dirinya menjadi pusat magnet. Setiap kata yang keluar dari bibirnya tentang nuansa lukisan karya seniman Italia, hingga perdebatan halus mengenai estetika patung kontemporer, menunjukkan kedalaman yang tidak pernah dimiliki oleh Tamara yang dulu. Ia bukan hanya cantik, tapi juga cerdas, berbudaya, dan yang paling penting, tak terjangkau.
Di sampingnya, Cindy, yang awalnya hanya fokus pada sampanye, kini tertegun melihat bagaimana Tamara membalikkan peran. Ini adalah pertunjukan solo.
"Dia bukan lagi anak TK yang ku culik untuk minum kopi," gumam Cindy dalam hati, sambil tersenyum bangga.
Cindy sudah sepenuhnya masuk ke dalam permainan Sahabat nya itu.
"Permisi, Nyonya Adhitama, ah maksud Saya calon Nyonya Adhitama," ucap seorang jurnalis gosip, Mia, yang terkenal karena koneksi High Society nya, memberanikan diri mendekat dengan kamera yang sudah siap.
"Belum, Nona Mia. Cukup panggil saya Tamara," jawab Tamara menoleh, senyum tipis, dingin, dan nyaris tak terlihat menghiasi wajahnya.