Naora, seorang wanita yang dijadikan taruhan oleh suaminya yang sering menyiksanya selama dua tahun pernikahan. Ia dengan tega menyerahkan Naora pada lawannya yang seorang penguasa. 
Damian, seorang Bos mafia yang kejam seketika menaruh rasa iba pada Naora saat melihat luka-luka di tubuh Naora. 
Sikap Damian yang dingin dan menakutkan tidak ada ampun pada lawannya tapi tidak sedikitpun membuat Naora merasa takut. Hatinya sudah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan sakit dan bahagia. Ia menjalani hidup hanya karena belum mati saja.
Namun tanpa diduga, hal itu malah membuat Damian tertarik dan ingin melepaskan Naora dari jerat masa lalunya yang menyakitkan.
Akankah Damian bisa melakukannya dan terjebak dalam rasa penasarannya ? 
Minta dukungan yang banyak ya teman-teman 🫶 Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aldric terluka
Rupanya Naora pingsan sampai hari menjelang pagi. Saat ia bangun, ia sudah melihat tubuhnya terbalut gaun tidur. Juga ada bekas kompres dan salep di wajahnya.
"Pasti Bibi Ashley.." Kata Naora.
Ia melihat jam di dinding, sudah pukul tiga dini hari. Artinya ia pingsan atau tertidur cukup lama.
Naora pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Kemudian ia menuju ke dapur untuk mengambil minum. Beberapa pelayan sudah ada yang berlalu-lalang untuk mengerjakan pekerjaan mereka.
"Kau butuh sesuatu, Nyonya ?" Tanya seorang pelayan.
"Tidak". Jawab Naora. Ia kemudian melangkahkan kakinya menuju taman yang berada di belakang mansion.
Hawa dingin seketika terasa saat ia mendudukkan dirinya diatas kursi besi.
Semilir angin pagi seakan membawanya kembali ke masa lalu sebelum ia bertemu dengan Aldric. Ah, rupanya sudah dua tahun lebih ia mengenal pria itu.
"Aldric..." Ucap Naora pelan. Setetes air mata meluncur ke pipinya.
Naora bertanya pada dirinya sendiri. Kemana rasa cinta yang menggebu itu pergi ? Kemana rasa takut yang selalu memeluknya setiap waktu ? Mana keinginannya yang begitu besar ingin mengakhiri hidup ini ?
Hilang..
Semua lenyap tidak berbekas. Hanya tinggal penyesalan yang tidak dapat terobati.
Kenapa begitu mudahnya membiarkan Aldric masuk ke dalam hidupnya. Kenapa membiarkan Aldric menyayat hidupnya dengan perlahan. Menorehkan rasa sakit luar biasa yang tidak dapat dijelaskan.
Aldric yang baru saja pulang dari menjalankan bisnisnya heran melihat Naora duduk sendirian di jam seperti.
"Apa dia sudah gila ?" Kata Aldric tersenyum sinis. Ia melihat Naora yang diam tidak bergerak sedikitpun. Tatapannya lurus ke depan.
Aldric berhenti di tempatnya. Mencoba mencari tau apa yang akan dilakukan oleh Naora. Tapi tetap, dia tidak mendengar atau melihat apapun yang Naora lalukan.
Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat tatapan Naora yang sepertinya kosong. Apa wanita itu sedang melamun ?
Tiba-tiba saja dada Aldric terasa sakit. Teringat olehnya apa yang malam tadi dilakukan nya. Dan untuk pertama kalinya, Aldric merasa bersalah karena menyiksa Naora.
"Sial. Apa yang kupikirkan. Tidak mungkin aku menyesali apa yang sudah kulakukan ?" Kata Aldric kesal terhadap dirinya sendiri.
Tanpa ia sadari, sebenarnya perasaannya sudah lama tertaut pada Naora. Tapi ia selalu bersembunyi di balik kata balas dendam.
Tidak ingin membiarkan perasaannya hanyut lebih dalam, akhirnya Aldric pergi.
Ia ingin tidur karena sejak semalam belum memejamkan matanya.
..
Sudah beberapa hari Naora tidak bertemu dengan Aldric. Padahal ia tau jika Aldric berada di rumah. Tapi kenapa pria itu tidak pernah menyuruhnya melakukan sesuatu.
Sore hari Naora duduk lagi di taman belakang. Ia memetik beberapa bunga mawar yang rencananya akan ia letakkan di dalam kamarnya.
"Pergi ke kamarmu". Tiba-tiba suara Aldric mengejutkan Naora. Pria itu sudah berdiri di dekatnya dengan pelipis kanannya yang tergores.
Kemeja putih yang dikenakannya pun juga terdapat noda darah di bagian pundaknya.
Naora ingin bertanya tentang keadaan Aldric. Tapi mulutnya seolah terkunci. Jadi ia hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan Aldric menuju ke kamarnya.
Naora sudah bisa menebak apa yang diinginkan oleh pria itu. Apalagi jika buka bercinta.
Dulu, Naora sangat ingin sekali saja Aldric melakukan itu dengan penuh kelembutan dan ungkapan sayang. Tapi kini, keinginan itu sudah tenggelam dalam rasa hampa nya.
Naora meletakkan bunga mawar di dekat jendela. Ia begitu menyukai aroma mawar. Dibelakangnya ada Aldric yang sudah masuk dan mengunci pintunya.
Aldric duduk diatas ranjang dan melepaskan kemejanya. Benar saja, ada luka baru yang masih mengeluarkan darah di pundaknya.
"Obati lukaku". Kata Aldric kemudian berbaring. Ia menutup matanya dengan sebelah tangannya.
Naora beranjak mengambil kotak obat. Ia duduk di sebelah Aldric. Perlahan ia melepaskan sepatu Aldric agar lebih nyaman. Tidak ada penolakan dari Aldric. Ia hanya diam saja.
Kemudian dengan perlahan Naora membersihkan darah yang masih menetes. Mengolesinya dengan kapas dan alkohol dan memberinya obat. Terakhir ia membalut luka itu dengan perban.
Naora sudah terbiasa melakukannya selama dua tahun ini. Walaupun awalnya ia sangat takut melihat luka yang mengeluarkan darah, tapi lama-kelamaan ia sudah tahan. Tidak merasa takut lagi.
Setelah Naora mengembalikan kotak obat di tempatnya, Aldric memanggilnya lagi. Naora kembali lagi dan Aldric segera menyambar bibir Naora.
Dan terjadilah apa yang Naora tebak tadi. Bahwa Aldric menginginkan tubuhnya. Seperti kemarin-kemarin, Naora hanya diam dan memejamkan matanya. Hanya suara Aldric yang terdengar menikmati penyatuan itu.
Aldric ambruk diatas tubuh Naora. Lukanya mengeluarkan darah lagi. Tapi si empunya tidak peduli. Ia memejamkan matanya menikmati sisa-sisa kenikmatan.
Naora bangun dan berlalu ke kamar mandi. Ia ingin cepat-cepat membersihkan bekas Aldric di tubuhnya.
Setelah keluar dari kamar mandi ia melihat Aldric yang memejamkan matanya tanpa membalut tubuhnya dengan selimut.
Naora menutup tubuh bagian bawah Aldric dengan selimut. Ia menatap wajah Aldric yang lelap. Wajahnya masih tampan walau ada bagian yang terluka dan lebam.
Tanpa kata lagi, ia meninggalkan Aldric dan menuju ke dapur. Ia ingin mengisi tenaga nya lebih dulu sebelm pergi ke perpustakaan pribadi Aldric untuk membaca.
"Naora, kau sudah lebih baik ?" Tanya Bibi Ashley menghampiri Naora yang menyantap pancake nya.
"Iya, Bibi. Terimakasih atas bantuannya". Kata Naora.
"Tidak masalah. Kau mau kubuatkan jus alpukat favorit mu ?" Tawar Bibi Ashley. Ia memandang Naora tanpa berkedip. Bekas-bekas pukulan Aldric dan percintaan mereka masih membekas di dada dan leher Naora.
Naora menganggukkan kepalanya. Kemudian melanjutkan makannya.
"Wow, kau sangat menikmati makananmu ya ?". Tiba-tiba Almire menghampiri Naora di dapur. Ia yang baru datang tapi tidak bisa menemukan keberadaan Aldric memutuskan untuk berkeliling mencarinya.
Tidak disangka malah melihat Naora sedang makan. Ide jahat selalu terlintas di benaknya saat melihat Naora. Almire sangat membenci Naora. Ia menganggap bahwa Naora merebut Aldric darinya.
"Kau benar-benar tidak memiliki telinga ya ? Kenapa tidak pernah menjawab jika aku bicara ?" Kesal Almire yang merasa diabaikan.
Naora tidak melihatnya ataupun membalas. Ia melanjutkan makannya yang tinggal beberapa potong lagi.
"Ini jus mu, Naora". Bibi Ashley meletakkan jus alpukat di dekat Naora.
"Ada sesuatu yang kau butuhkan, Nona ?" Tanya Bibi Ashley menawarkan sesuatu pada Almire.
Almire tidak menjawab. Ia melirik jus alpukat yang belum Naora sentuh. Ia mengambilnya dan segera menyiramkannya pada Naora yang masih duduk.
Alhasil wajah dan tubuh Naora sebagian besar basah dan lengket terkena jus.
"Nona, apa yang kau lakukan ?" Teriak Bibi Ashley terkejut.
"Diamlah kau pelayan sialan. Jika aku sudah menjadi Nyonya di rumah ini, maka kau akan ku pecat. Selalu saja membeli jalang ini". Teriak Almire tertahan.
..
Bunga kopi nya othor tungguin ya😍
sakit parah dianya yah