Agam menyusup ke dalam organisasi rahasia bernama Oscuro. Sebuah organisasi yang banyak menyimpan rahasia negara-negara dan juga memiliki bisnis perdagangan senjata.
Pria itu harus berpacu dengan waktu untuk menemukan senjata pemusnah masal yang membahayakan dunia. Apalagi salah satu target penyerangan adalah negaranya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Going to Bahama
“Kamu sedang mencari seseorang, kan? Javier Romano.”
Apa yang dikatakan Fellipe langsung menarik perhatian Agam. Dia tidak menyangka, perjalanannya ke Oscuro ternyata bisa membuatnya menemukan Javier Romano. Orang yang sedang dicarinya karena sudah membunuh rekannya. Agam sendiri sudah mendapat perintah menangkap Javier, hidup atau mati.
“Kamu tahu dia di mana?”
“Saat ini dia sedang berlibur di Bahama.”
“Bahama? Apa kamu yakin?”
“Yap. Kami memiliki ahli IT yang luar biasa. Mendapatkan informasi soal Javier itu mudah. Piece of cake,” sombong Fellipe.
“Kalau kamu bisa membunuh Javier, kamu bisa langsung diterima di sini. Javier cukup merepotkan kami beberapa kali. Menyingkirkan dia adalah keuntungan bagi kami.”
“Bukankah kalian memiliki banyak tentara hebat? Kenapa tidak ada dari mereka yang bisa membunuh Javier?” ejek Agam.
Fellipe hanya berdehem saja. Pertanyaan Agam cukup memberikan sindiran keras untuknya. Harus diakui kalau sampai saat ini, mereka masih belum bisa mendapatkan Javier.
“Aku tidak peduli apakah aku diterima atau tidak di sini. Aku hanya ingin membunuh Javier,” lanjut Agam.
“Kami akan membantu mu. Menyediakan akomodasi untuk kamu selama di Bahama. Immanuel juga akan memandu mu menemukan Javier. Aku juga akan ikut bersama mu.”
“Baiklah. Aku akan berangkat besok ke Bahama. Tapi kamu jangan menyusahkan ku.”
Fellipe hanya tersenyum tipis. Awalnya dia menolak ketika Ortega memintanya ikut ke Bahama, karena tahu kalau perjalanan itu berbahaya. Tapi mengingat Agam ada bersamanya, pria itu sedikit tenang. Walau di bibir Agam mengatakan seperti itu, tapi Fellipe yakin kalau Agam pasti akan membantunya jika dirinya mengalami masalah.
***
Dua pria bertubuh tegap berjalan memasuki ruangan Ortega. Mereka adalah Hugo dan Piere, keduanya termasuk tentara bayaran terbaik dari Oscuro. Ketika masuk, di meja kerja Ortega sudah terdapat sebuah amplop tebal dan dua buah passport dan visa.
“Ada apa, Bos?” tanya Hugo.
“Kalian pergi ke Bahama, tepatnya ke Gregory Town. Immanuel mengatakan Javier ada di sana.”
“Apa kami boleh membunuhnya?”
“Tugas kalian hanya mengawasi Mario, orang yang dibawa Fellipe. Dia yang akan menghabisi Javier.”
“Apa Bos mempercayainya?”
“Tentu saja tidak. makanya aku mengirimkan kalian untuk mengawasi. Mereka sudah berangkat jam sembilan tadi. Kalian akan langsung menyusul menggunakan penerbangan selanjutnya. Awasi Mario dengan baik. Kalau dia tidak bisa menghabisi Javier, kalian yang melakukannya lalu bunuh Mario.”
“Baik, Bos.”
Hugo terlihat senang ketika diminta menghabisi Agam. Dia masih kesal dengan peristiwa kemarin, ketika berseteru dengannya. Pria itu masih ingin membuat perhitungan dengan orang bawaan Fellipe itu.
Tanpa menunggu lama, Hugo dan Piere langsung berangkat menuju Abu Hamad. Mereka akan terbang ke Bahama melalui bandara di kota itu.
Sesampainya di bandara, Agam dan Fellipe baru saja memasuki pesawat. Tidak tanggung, Ortega menyiapkan kelas bisnis untuk penerbangan ke Bahama. Agam menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang didudukinya. Pria itu memejamkan matanya, memilih tidur daripada mendengar ocehan Fellipe yang tidak ada habisnya.
Dua jam kemudian penerbangan mereka berakhir. Satu per satu penumpang keluar dari dalam pesawat, termasuk Agam dan Fellipe. Ini pertama kalinya Agam menginjakkan kakinya di Bahama. Cuaca di negara ini hampir sama seperti di Indonesia. Hanya ada dua musim di negara ini, musim kemarau dan musim hujan.
Waktu menunjukkan pukul setengah sebelas siang ketika mereka mendarat. Tadi mereka berangkat pukul setengah tiga sore waktu Sudan. Dua negara ini memang memiliki perbedaan waktu enam jam. Waktu di Sudan lebih cepat disbanding Bahama.
Setelah melewati gerbang kedatangan, nampak seorang pria memegang sebuah kertas karton bertuliskan Fellipe. Melihat namanya tertera, Fellipe segera mendekati pria berperut buncit tersebut.
“Dengan tuan Fellipe?” tanya pria itu.
“Ya.”
“Saya Chico. Selamat datang di Bahama.”
“Terima kasih.”
“Apa kalian akan tinggal dulu di Nassau atau mau langsung ke Gregory?”
“Langsung saja.”
“Oke.”
Fellipe dan Agam memasukkan barang bawaan ke dalam mobil. Chico segera menjalankan kendaraan roda empatnya. Selepas dari bandara, mereka akan langsung menuju pelabuhan. Mereka memutuskan pergi ke Gregory yang ada di Pulau Eleuthera menggunakan kapal Ferry. Walau harus menempuh perjalanan lebih lama, namun perjalanan melalui jalur laut dirasa lebih menyenangkan.
Tiga jam kemudian mereka sudah sampai di Gregory Town, sebuah kota yang berada di Pulau Eleuthera. Tempat ini sering diijadikan destinasi wisata bagi pelancong yang datang ke Bahama. Selain memiliki dua pantai yang indah, yakni Surfers Beach dan Gaulding Cay Beach, pengunjung juga bisa mendatangi Glass Window Bridge, Queen’s Bath atau berjalan-jalan di kebun Nanas. Kota ini memang terkenal dengan produksi Nanasnya.
Fellipe mengajak Agam menuju hotel yang sudah disiapkan untuk mereka. Sebuah hotel yang ada di tepi pantai Gaulding Cay Beach. Keduanya mendapatkan kamar yang terbaik selama menginap di hotel ini. Ini adalah salah satu kelebihan menjadi anggota Oscuro. Jika bepergian kemana pun untuk menjalankan misi mereka, fasilitas yang didapat, bukan kaleng-kaleng.
Agam memutuskan beristirahat dulu di kamarnya. Perjalanan yang cukup panjang dari Bir Tawil sampai ke Gregory Town tak ayal membuatnya lelah juga. Pria itu merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk. Tak butuh waktu lama, dia sudah jatuh tertidur.
***
Ketika malam menjelang, Agam keluar dari kamarnya. Perutnya mulai keroncongan dan minta diisi. Pria itu berjalan menuju restoran yang jaraknya tidak terlalu jauh dari hotel. Restoran tersebut berada dekat dengan Gaulding Cay Beach. Ketika sedang berjalan ke sana, Agam merasa kalau dirinya tengah dibuntuti. Pria itu mempercepat langkahnya lalu bersembunyi di suatu tempat.
Hugo dan Piere yang sedang mengikuti pria itu tiba-tiba saja kehilangan jejak Agam. Terdengar umpatan Hugo saat tahu Agam menyadari kalau dirinya tengah dibuntuti. Keduanya bergegas menuju restoran. Berbaur dengan tamu lain agar tidak dicurigai Agam lagi.
Dari kegelapan Agam keluar. Matanya terus memandangi Hugo dan Piere yang semakin menjauh darinya. Sejak awal dia sudah mengira kalau Ortega belum mempercayainya. Pasti pria itu yang mengirimkan Hugo dan Piere untuk mengawasinya. Agam kembali melangkahkan kakinya ke restoran yang ditujunya tadi.
“Mario!”
Terdengar suara Fellipe memanggil dirinya. Rupanya pria itu sudah lebih dulu berada di restoran. Di kanan kirinya sudah duduk dua orang wanita cantik mengenakan pakaian kekurangan bahan. Melihat pemandangan seperti itu adalah hal biasa bagi Agam ketika dirinya mulai menjalankan misi keluar negeri. Dengan santai Agam menarik kursi di dekat Fellipe. Ketika salah satu wanita yang bersama Agam hendak mendekat, pria itu mengangkat tangannya. Memberikan isyarat kalau dia tidak mau diganggu. Akhirnya wanita itu kembali ke dekat Fellipe.
“Apa Immanuel sudah memberitahu di mana lokasi Javier.”
“Ya.. dia ada di sini.”
Agam langsung mengedarkan pandangannya. Di antara banyaknya pengunjung, mata pria itu bisa melihat Hugo dan Piere berada tak jauh dari mereka. Kemudian dia melayangkan pandangannya ke atas. Di antara dereta meja yang ada di bagian sisi, Agam menangkap sosok Javier tengah duduk santai, dengan seorang wanita berada di pangkuannya.
“Apa kamu tahu kalau Ortega mengirimkan anak buahnya untuk mengawasi kita?” tanya Agam pada Fellipe.
“Benarkah?”
“Hem.. arah jam sembilan.”
Pelan-pelan Fellipe menolehkan kepalanya ke arah jam sembilan. Benar saja, dia bisa melihat Hugo dan Piere duduk di sana. Namun pria itu terlihat santai.
“Mereka datang untuk membantu kita. Kamu tahu kalau Javier sulit dihadapi.”
“Ya kamu benar. Aku juga yakin kalau dia tidak sendirian. Tapi apa kamu yakin kalau mereka hanya untuk membantu kita? Bukan untuk menghabisi ku?”
“Hei tidak mungkin.
Di tengah perbincangan, mereka dikejutkan dengan suara letusan dari arah depan, tepatnya dari arah panggung. Sontak keduanya menolehkan kepalanya.
***
Besok aku libur🤗
tepat apa yg di katakan dr Liam..... emangnya ajang pencarian bakat .....disini gk ada senior atw junior.....yg penting sigap , siaga dlm nanganin korban dgn cekatan.....menolong nyawanya biar selamat itu aja .....percuma kalo tingkatannya udah tinggi tp hanya di panjang untuk di banggakan buat apa ...gkda guna /Proud/