NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

Zian Ali Faradis

Putih dan hitamnya seperti senja yang tahu caranya indah tanpa berlebihan. Kendati Ia hanya duduk diam, tapi pesonanya berjalan jauh.


Azaira Mahrin

kalau kamu lelah, biarkan aku jadi jedanya.


🥀🥀🥀🥀🥀🥀


Ketika lima macam Love Language kamu tertuju pada satu orang, sedangkan sudah ada satu nama lain yang ditetapkan, maka pada yang mana kamu akan menentukan pilihan.


Dira: pilih saja yang diinginkan.

Yumna: pilih yang sesuai dengan hati.


Aira; gak usah memilih, karena sudah ada
Yang memilihkan.



Kita mungkin bisa memilih untuk menikah dengan siapa. Tapi, kita tidak bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa.


Ada yang menganggap cinta pilar yang penting dalam pernikahan. Tapi, ada pula yang memutuskan bahwa untuk memilih pasangan, cinta bukan satu-satunya alasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 05

Zian tersenyum menatap Aira yang masih diam.

"Kak Aira, ini Kinara, aku biasa memanggilnya kak Na, beliau ini editor dari kantor penerbitan Elang Pustaka."

"Oh." Pertama kali Aira tentu kaget karena dipertemukan dan diperkenalkan pada seorang Editor--hal mana itu sudah menjadi impiannya sejak lama--setelahnya, tentu gadis itu tersenyum bahagia dan menganggap ini suatu pertemuan tak biasa.

Meski belum sepenuhnya tahu apa maksud Zian mengenalkannya pada seorang editor. Tapi, ia menganggap perkenalan ini adalah berkah yang tidak ternilai harganya.

Seorang Azaira Mahrin memang mengisi hari-harinya dengan menulis. Dan ia mempublikasikan tulisannya dalam bentuk novel atau pun cerpen di sebuah platform online. Di sini dia tak mau menyebut diri sebagai penulis, karena memang karyanya belum banyak diminati pembaca, serta cara penulisan yang masih banyak tidak sesuai dengan standar KBBI. Hanya segelintir saja yang suka dengan gaya bahasa dan cara penyajiannya dalam membungkus cerita. Itu pun dengan mengabaikan typo dalam tulisannya.

Kendati demikian, Aira berkeinginan untuk bisa menerbitkan salah satu tulisannya--atau semua tulisannya--jadi sebentuk buku cetak. Kendati pun tidak meraup banyak pembaca, setidaknya sebagai bentuk penghargaan untuk diri sendiri yang dianugerahi kemampuan bisa merangkai kata menjadi sebentuk kisah yang bisa dinikmati dan dibaca.

"Kak Na ini sangat tertarik dengan tulisan, Elu Kak," ucap Zian setelah kini mereka duduk bersama.

"Tulisanku yang mana?"

Setahu Aira, Zian memang suka dunia literasi, tapi, lelaki itu belum pernah membaca tulisan Aira di platform online itu. Alasannya tentu karena kesibukannya di dunia kerja yang membutuhkan fokus dan perhatian ekstra. Hal itu menyita banyak waktu Zian, hingga tak sempat untuk sekedar membaca-baca kisah romansa.

"Elu ingat pernah spil bab novel ke gue?"

"Ee." Aira masih mengingat-ingat sesuatu.

"Oh yang itu," ujarnya kemudian.

"Itu gue kasih liat ke kak Na, dan dia suka."

Aira menatap Kinara canggung.

"Benarkah, Kak Na suka tulisan saya?"

"Iya. Tulisanmu kaya ide dan bertutur. Ya, meski pun ada beberapa hal yang harus diperbaiki. Tapi, secara keseluruhan aku suka gaya tulisanmu. Feelnya dapat banget." Kinara tersenyum lembut di akhir penilaiannya. Dan senyum itu kian sempurna melihat binar cerah di wajah Aira.

"Wah Alhamdulillah. Terima kasih, Kak. Ini saya kok jadi keringetan gini." Aira tentu saja tak menyangka, tulisannya yang--menurutnya pas pasan itu--disukai oleh seorang editor.

"Jangan sungkan. Panggil saja Kinara. Karena sepertinya kita seumuran."

"Gak papa nih?"

"Gak papa dong. Penting untuk kita jadi dekat dan akrab. Karena aku ingin menerbitkan tulisanmu menjadi buku cetak."

"Benarkah?"

Kinara mengangguk sambil tersenyum pasti.

Aira masih menoleh ke arah Zian. Laki-laki itu juga mengangguk sambil tersenyum.

"Alhamdulillah. Ya Allah."

Aira merasa senang bukan kepalang.

Impiannya akan menjadi kenyataan. Dan ia sadar bahwa semua itu tak lepas dari peran Zian.

"Tapi untuk saat ini aku hanya punya waktu sebentar. Lain kali kita bahas ini lebih mendetai ya." Kinara berkata demikian usai menerima notif chat di ponselnya.

"Baiklah, aku tunggu."

"Di sini, berarti kita udah sepakat kan?"

"Iya. Aku senang sekali. Terima kasih, Kinara."

"Tidak. Bukan padaku, Aira. Aku memang termakan rayuan Zian untuk membaca tulisanmu. Tapi, kalau bukan karena kemampuanmu menulis dengan feel yang cukup kuat itu, mungkin kita gak akan bertemu di sini."

Maksud dari ucapan Kinara sangat jelas. Sebagai editor, ia bekerja secara profesional. Yang dinilai adalah kwalitas tulisan, bukan siapa yang merekomendasikan.

Aira sangat senang dengan hal itu. Ia sempat mengira bertemu dan berbicara dengan seorang editor ternama itu tidaklah mudah. Ternyata kini dimentahkan semuanya oleh Kinara.

"Makasih Zian." Aira memberi senyum terindah pada Zian. Kini keduanya berdiri di depan kafe usai mengantar kepergian kinara.

Zian tak menjawab hanya menatap wajah Aira lekat, sesaat. Lelaki itu lalu mendahului langkah ke arah mobilnya.

Tak merasa tak enak hati karena ucapan terima kasihnya tak dijawab, Aira mengikuti sambil terus tersenyum. Senyum yang menandakan bahwa dirinya sangat bahagia sekarang.

Sebelum membuka pintu mobil, Zian tiba-tiba berbalik badan. "Udah?"

Ditanya singkat, tanpa maksud tersirat, Aira kerutkan kening dengan sepasang mata membulat.

"Udah apanya?"

"Senyum-senyum sendiri mulu dari tadi."

Aira terkekeh.

"Gak tau orang lagi bahagia banget."

"Setidaknya jangan senyum-senyum sendiri kayak gitu, diliat orang lain bahaya. Paling bener tuh senyumnya kasih

ke gua aja."

"Ngasih senyum ke kamu tuh mubadzir, Zian. Dianggurin barusan."

"Gak mubadzir. Senyum lo udah gue simpan di hati." Zian mengucapkan itu sambil tersenyum tipis. Tipis, tapi mempesona.

Berdesir juga dada Aira melihat senyum Zian kali ini. Tapi, gadis itu malah berkata dengan nada bercanda, "uluh uluh meleleh hati adek, Bang."

Mendengar itu Zian tertawa lepas.

"Itu hadiah ultah dari gue buat lu, Kak," ucap Zian di akhir tawa. Kini dia dalam mode serius.

"Paham. Makasih banyak ya. Ini hadiah yang luar biasa." Dan Aira tulus saat mengatakan itu

"Selamat menua, Kak. Semoga sisa umurnya berkah."

"Aminn." Aira tengadahkan dua tangan. Dan tetap bertahan dengan posisi demikian.

"Apalagi?"

"Do'amu ada yang kurang."

"Request aja. Mumpung gue lagi baik."

"Doakan aku naik haji tahun depan. Jadi penulis terkenal. Tulisanku difilmkan. Bisa terbang ke luar negeri dan--"

"Ketemu aktor dracin," pangkas Zian, sebelum Aira selesai berucap.

Aira terkekeh, dan wajah lembut itu terlihat malu-malu.

"Pesona laki-laki 3B itu emang tak terbantahkan sih," ucapnya pelan.

"Apa pula itu?"

"Beda agama

Beda negara

Beda perasaan." Aira menjelaskan maksud 3B yang diucapkan barusan.

"Beda perasaan?" Zian mengulang, sedikit bergumam.

"Iya. Di sini suka, yang di sana gak. Kan beda."

"Bukan hanya gak suka. Tapi yang di sana malah gak tau kalau lu idup di dunia ini," sarkas Zian.

Aira mencebik.

"Tajam amat. Tapi roman-romannya lagi cemburu nih."

Zian tak menjawab, ia mendahului langkah ke mobil dan membukakan pintu buat Aira.

"Kamu ikut ngumpul juga sama yang lain?"

tanya Aira saat mobil palisade Zian telah melaju meninggalkan kafe dan kini mereka duduk berdampingan di kabin depan.

"Iya. Tapi gue balik kantor dulu, bentar."

Aira mengangguk. Perhatiannya fokus ke arah jalan. Dan tatapan itu menemukan sesuatu--yang menurutnya--cukup besar.

"Zian berhenti!"

"Ada apa, Kak?" Zian pun memelankan laju mobil.

"Ada pedagang seblak. Aku mau beli."

"Mulai kapan suka seblak?"

Zian tau betul kalau Aira tidak suka makan kudapan itu.

"Buat Yumna dan Dira."

"Kita bisa telat, Kak."

"Yumna pasti senang kalau aku bawakan seblak. Kamu tadi udah bikin dia kesal di kantor." Aira menatap Zian penuh peringatan.

"Yahh. Ngadu tu anak."

Zian pun menghentikan mobilnya. Aira buru-buru turun sebelum lelaki tampan di sampingnya itu berinisiatif membukakan pintu seperti biasa.

Langkah Aira terhenti untuk menghampiri pedagang seblak di seberang jalan, saat terdapat notif panggilan WA di ponselnya.

Gadis bermata teduh itu meraih benda pipih tersebut dari dalam tas. Tapi, terlambat. Panggilan telepon telah diakhiri dan kini terdapat satu pesan dari aplikasi hijau itu.

Private number:

KALAU KAU TAK INGIN ZIAN CELAKA, JAUHI DIA!

Aira terhenyak. Perasaannya bergejolak, Jantungnya pun berdetak kuat. Ditatapnya pesan bernada ancaman itu sekali lagi, berharap salah lihat. Ternyata, itu memang kebenaran mutlak.

Aira diancam. Entah oleh siapa.

Berasal dari nomor baru yang tak dikenal.

"Tunggu sini, Kak. Gue yang beli." Zian ternyata sudah berdiri di sampingnya. Dan lelaki itu bergegas hendak menyebrang jalan.

"Aku aja Zian." Aira menahan Zian dan mengambil langkah mendahului.

Zian hanya bisa menahan napas melihat Aira yang sudah hampir tiba di tengah jalanan aspal dengan lalu lintas cukup padat. Namun, pengendara cukup disiplin memberi jeda untuk para penyebrang jalan. Beberapa mobil melambatkan laju agar Aira bisa menyebrang.

Akan tetapi, terlihat sebuah mobil hitam meluncur deras ke arah gadis itu. Zian sigap ia berlari menyusul Aira dan mendorong tubuhnya. "Kak awas!" Namun, malangnya Zian sendiri yang ditabrak. Tubuh tampan itu terpental membentur jalanan aspal.

Aira terperanjat sebelum berteriak dengan kuat. "ZIANNN."

Aira menghambur mendapati tubuh yang tergeletak itu. Kecemasan, ketakutan, kekhawatiran menerjang bersamaan. Membuat air matanya langsung hadir tanpa diundang.

"Zian."

Zian masih sadar, meski tubuh terasa remuk, dan rasa sakit yang menyebar. Lelaki itu membuka mata, menatap Aira.

"Kak, gak papa?"

Aira menggeleng lemah sambil menahan isak.

Sepasang mata Zian lalu terpejam. Dan kesadarannya pun melayang.

1
Ria Diana Santi
Cieeee ...
Ria Diana Santi
😍 Wah otw halal dong ini... Eits jangan serakah ya buntut. Cukup 1 aja tapi untuk selamanya
Ria Diana Santi
Ca ilehhh bisa ae lu Tut buntut 🤭
Ria Diana Santi
Sabar kak. Mereka belum nemu aja...
Ria Diana Santi
🤣🤣🤣 Ya ampun.... Ampun² demi apa kak Ai mau dong pegangan tangan... besok-besok bukan cuma pegangan tangan 🤭
Ria Diana Santi
Preeeetttt... Elah dasar kepedean!
Ria Diana Santi
Dah lah ngaku aja Zian. 🤣 Elah ... susah amat tinggal bilang "iya"
Ria Diana Santi
🤣🤣 Asemmm nih anak
Ria Diana Santi
Nah, siapa nih yang di maksud sebagai jodoh nya Zian?🙄
Ayuwidia
Vote buat tulisan yang sukses bikin senyam senyum sendiri setelah dibuat bad mood sama sistem
Najwa Aini: Watauu..selebrasi dulu akuu
total 3 replies
Ayuwidia
Haduhhh, habis ini Dira mesti cek jantungnya. Masih amankah 😬
Najwa Aini: Dokter Askara dari klan William
total 3 replies
Ayuwidia
Uhuk, keselek biji rambutan
Najwa Aini: untung bukan biji salak
total 1 replies
Ayuwidia
uhuk juga
Najwa Aini: Minum buruan. ntar tak bisa napas
total 3 replies
Ayuwidia
nongkrong di gazebo, sambil ngobrol ditemani gorengan panas & secangkir teh 🤤
Ayuwidia: Betul, saat ini masih berandai-andai
total 2 replies
Ayuwidia
Semedi nyari Ilham biar dpt reward karya, buat naik haji
Najwa Aini: Bukan.
dia semedi nyari tenang
total 1 replies
Ayuwidia
Nggak bayangin klw beneran ketemu, pasti kaya' gini
Najwa Aini: bnaget lahh
total 3 replies
Ayuwidia
Dira ntu nggak suka difoto, Yum. Masa kamu nggak ngerti sih
Ayuwidia: bener, cuma jadi patung
total 3 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Elisabeth Ratna Susanti
bagus banget namanya 🥰
Ria Diana Santi
Ya iya lah tebakan Zian kan 1k persen bener🤭
Najwa Aini: dia kan kadang si paling tau Ri
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!