NovelToon NovelToon
SABDA ARIMBI

SABDA ARIMBI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Bagaimana perasaan kamu kalau teman SMAmu melamar di akhir perkuliahan?
Itulah yang dialami Arimbi, selama ini menganggap Sabda hanya teman SMA, teman seperjuangan saat merantau untuk kuliah tiba-tiba Sabda melamarnya.
Dianggap bercanda, namun suatu sore Sabda benar-benar menemui Ibu Arimbi untuk mengutarakan niat baiknya?
Akankah Arimbi menerima Sabda?
Ikuti kisah cinta remaja ini semoga ada pembelajaran untuk kalian dalam menghadapi percintaan yang labil.
Happy Reading

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PULANG

"Nanti turunin gue di depan gerbang perumahan aja, Sap!" ucap Arimbi pagi itu. Keluar kamar mode cerewet dimulai, Sabda sampai menghela nafas berat nih cewek gampang banget ngomelnya sih.

Apalagi tadi malam keribetan ala Arimbi membuat Sabda sampai menjambak rambut frustasi. Beberapa kali warning gak usah macam-macam, gak usah nafsu sama gue, gak usah dekat-dekat gue, tapi begitu Sabda pamit tidur di kamarnya di lantai 2, Arimbi malah ngomel

Kok lo tega ninggalin gue sih, Sap. Ini rumah cowok, gue takut lah kalau tidur.

Ya terus lo mau gimana, Mbek?

Ya gak usah tidur.

Sinting lo, Mbek.

Pada akhirnya, Sabda menuruti permintaan Arimbi untuk tidur di sofa ruang tamu, sedangkan Arimbi tidur di kamar tamu. Hem, tuan rumah kedinginan, sedangkan sang tamu tidur nyenyak di bawah selimut. Belum lagi saat shubuh menjelang, Sabda bangun dan mengetuk pintu, niatnya untuk membangunkan Arimbi sholat shubuh, tapi nyatanya dia gak berani keluar dan dia bilang tembus. Sempat gak paham, Sabda pikir kamarnya bocor sehingga tembus ke kasur,, baju Arimbi basah. Eh ternyata dia halangan, tembus di kasur, pembalut yang ia bawa habis.

Terus lo mau gue gimana, Mbek?

Beliin pembalut.

Sinting lo ya, pagi buta begini. Di mana toko buka.

Akhirnya Arimbi membuka ponsel, beli lewat go*k pembalut, dan Sabda diminta mengambil pembalut itu.

Ribet.

Dan sekarang urusan pulang saja kembali bikin Sabda pusing. Arimbi minta pulang nanti jam 10an, agar sang ibu tidak curiga kalau dia ternyata pulang malam dan menginap di rumah cowok. Lanjut aturan diturunkan di depan gang, kenapa tinggal pulang saja seribet ini sih.

"Sudah?" tanya Sabda memastikan tidak ada drama pulang lagi. Dirinya sudah siap di atas motor, dan Arimbi masih penuh pertimbangan untuk segera naik.

"Apa gue naik go*k aja ya, Sap?"

Sabda mendongakkan kepala ke atas, jengkel setengah mati, pagi ini kepalanya mumet berurusan dengan Arimbi, tak menyangka teman SMA yang tadi malam ia lamar semenyebalkan ini sih.

"Pesan aja kalau gitu, gue mau lanjutin tidur!" ucap Sabda kesal. Turun dari motor dan hendak memasukkan motor kembali. Namun, lengan jaketnya ditarik Arimbi.

"Ya udah anterin!"

"Baik, Sis!" jawab Sabda pasrah.

Selama perjalanan Arimbi diam. Mungkin sedang berpikir jawaban apa yang akan dia berikan bila sang ibu tanya. Jalanan sepi, tak sampai 15 menit Sabda sudah sampai di depan gerbang perumahan Arimbi.

"Udah sesuai petunjuk, cepatan turun!" ucap Sabda jutek. Arimbi turun dari motor dengan cemberut.

"Makasih ya!" ucap perempuan itu tak ikhlas.

"Bilang yang ikhlas!" terpaksa Sabda menarik tangan Arimbi sebelum gadis itu ngeloyor.

"Hish! Terimakasih ya Pak Haji Sabda," ucapnya sembari tersenyum.

"Mbak Arimbi!" panggil Sadewa dengan naik motor matic melaju kencang masuk ke gang perumahannya.

Arimbi meringis, niatnya diturunkan di sini biar gak ketahuan, eh malah Sadewa panggil sambil berteriak. Sialan.

"Udah ketahuan Dewa, yakin masih turun di sini?"

"Iya, udah gak pa-pa. Gue jalan aja."

"Balik kampus kapan?" tanya Sabda yang sekarang melepas helm full facenya.

"Kenapa? Gue gak mau nebeng sama lo!"

"Ya udah!" jawab Sabda cuek, kembali memakai helm dan starter motornya. Tanpa pamit ia langsung tancap gas.

Arimbi melongo, pengen jambak rambut Sabda aja. Setidaknya pamit kek, gue balik ya. Begitu kan enak, batin Arimbi menggerutu.

Sampai rumah, Ibu sudah selesai berjualan. Warung pecel beliau sudah tutup, Mbak Yatni pun sudah membersihkan meja pelanggan.

"Loh kok jalan? Kata Dewa tadi kamu boncengan sama cowok?" tanya Mbak Yatni dengan senyum mencurigakan.

"Teman, Mbak. Cuma nebeng doang!" jawab Arimbi tak mau memperjelas teman cowok yang dimaksud sang adik.

Masuk rumah, Ibu masih rempong dengan bumbu pecel yang akan digiling. Biasanya Ibu menyuruh Mbak Yatni. "Habis ini ibu mau ngomong!"

Arimbi memutar bola matanya malas, kalau kayak gini, pasti Ibu sudah terkena omongan Sadewa yang kemungkinan hiperbola dan tidak sesuai fakta.

"Ihir, siapa tuh?" ledek sang adik yang sudah tak ada jadwal sekolah. Dia sudah selesai ujian akhir kelas XII nya. Pantas saja berkeliaran pakai motor di jam sekolah. "Pacar, Mbak?"

"Calon suami, puas lo!"

Sadewa ngakak. Puas sekali kalau membuat sang kakak emosi. "Mas Sabda kan Mbak?"

Oh Arimbi tidak bisa menyimpan ekspresinya. Langsung mendelik, seolah kepergok melakukan kesalahan. Perasaan tadi saat Sadewa menyapa, Sabda masih pakai helm deh.

"Gak usah kaget gitu, barusan dia wa gue!"

"Lo punya nomornya Sabda?"

"Iyalah, orang kita satu tongkrongan futsal."

"Lagak lo, Wa. Futsal segala."

"Yey, biarin ketimbang gue ikut tawuran mending mana?"

"Sampe gue tahu lo tawuran, lo gue tonjok!"

"Dih, badan kurus emang bisa nonjok," ejek Sadewa berniat ngeloyor. Namun kaosnya ditarik oleh sang kakak.

"Dia wa apa?"

"Cepek!" pinta Sadewa sembari mengadahkan tangan, wajahnya sok jual mahal begitu. Bikin Arimbi kesal saja.

"Ogah!" malas juga Arimbi meladeni palakan sang adik, meski penasaran. Ia pun masuk kamar segera ganti baju. Ia tersenyum sekilas, mengingat baju yang ia pakai adalah kaos dan celana training milik Sabda.

"Aish. Kok gue jadi kepikiran Sapi sih," ucap Arimbi sembari menggelengkan kepala.

Hidup baru tenang tanpa ocehan sang adik, kini Arimbi mengisi tangki kesabaran setelah mendengar teriakan Ibu.

"Mbak, sini lo. Ibu mau ngomong, buruan!"

Arimbi menghela nafas, lalu keluar menemui sang ibu di dapur. Beliau mau masak untuk makan siang mungkin apalagi Arimbi datang. Kalau ada Sadewa doang palingan goreng telor saja, karena sang adik begitu suka dengan telor dan tempe goreng.

"Mbak, lo tadi diantar siapa pulang?"

"Teman, Bu."

"Iya, teman siapa? Teman lo kan punya nama, Mbak.

"Sabda."

"Oh Sabda yang dulu antar kamu saat Ayah di rumah sakit?" Arimbi mengangguk. Padahal saat SMA dulu Sabda sering ke rumah untuk kerja kelompok bersama teman lain. Cuma anaknya diam jadi gak diingat sama ibu, beda saat di rumah sakit, ibu pasti ingat moment itu karena Sabda yang mengantar Arimbi pulang dini hari.

"Kalian pacaran?"

"Enggak!"

"Kok bisa kamu diantar dia?" tanya Ibu mulai introgasi. Arimbi harus hati-hati dalam menjawab, ia tak mau berbohong sekaligus harus menutupi kelakuan dirinya yang menginap di rumah cowok malam tadi.

"Ya Mbak cuma WA, mau nebeng pulang. Kebetulan dia juga pulang, dan minggu depan juga ujian skripsi."

"Yang ngajak nebeng siapa?"

"Mbak!"

"Kenapa gak naik bus aja?"

Arimbi memutar otak agar memberikan alasan kuat sehingga ibu tidak curiga. Padahal kalau mengingat waktu pulang kemungkinan Arimbi dari kos pukul 7 pagi, tentu bus ada.

"Bus pasti ramai bu, kampus pada pekan sunyi. Males ah desak-desakkan."

"Terus di motor peluk-pelukan begitu?"

"Enggak. Pegang pundak."

"Bukan apa-apa ya, Mbak. Ibu takut aja kamu terkena pergaulan bebas."

"Iya, Bu!" jawab Arimbi tanpa membantah.

"Anaknya Bu Samsul, hamil loh. Usianya padahal masih 18 tahun dan ditanya siapa bapaknya, dia gak mau jawab. Jadi omongan tetangga. Terus para ibu-ibu nyeletuk gimana Arimbi, anak kuliah biasanya malah lebih bebas."

"Tergantung perempuan dan pergaulannya, Bu. Arimbi gak punya pacar, sangat bisa memastikan kalau Arimbi masih perawan!"

"Ya ibu cuma gak mau aja, anak ibu aneh-aneh di luar sana!"

"Aman, Bu!"

Arimbi pun membantu Ibu memotong tempe untuk dijadikan tempe kering. Keduanya diam fokus dengan potong-memotong. Arimbi melirik sebentar. Maju mundur ingin cerita soal lamaran Sabda tadi malam.

"Bu!" panggil Arimbi sedikit takut.

"Apa?" tanya Ibu yang masih mengupas bawang putih.

"Kalau Ada cowok yang melamar Arimbi?" tanya Arimbi dengan sedikit terbata, apalagi ibu langsung menoleh dan mengangkat spatula.

Alamak horor kali, emak gue.

1
Yunita Dwi Lestari
lanjut kakak
Yunita Dwi Lestari
suka suka /Kiss//Kiss/
lanjut kak
Sheva Linda
bagus bgt ceritanya, karakter Sabda keren, gentle, baik... paket komplit pokoknya
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/ lanjutt kak
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/
gojam Mariput
wkwkwk.....sabda gr tuh
gojam Mariput
seindah itu masa kuliah
gojam Mariput
kangen masa2 itu, udah puluhan tahun berlalu. kk othor bikin aku muda lagi nih
Lel: othornya juga sedang mengenang masa muda
total 1 replies
gojam Mariput
serunya masa remaja
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak /Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
gojam Mariput
suka banget sama karakter sabda yg strong, manly , visioner
Yunita Dwi Lestari
lanjut kaaakkk /Heart//Heart/
Yunita Dwi Lestari
semangat kak
Yunita Dwi Lestari
kereeen kak
semangat terusss ya /Heart/
Yunita Dwi Lestari
bagus kak 😍😍
lanjut ya kak
semangat
Lel: terimakasih
total 1 replies
Yunita Dwi Lestari
bacaan ringan tp menarik. tidak melulu ttg org pemilik perusahaan n CEO.
Yunita Dwi Lestari
lanjut ya kak. cerita nya ringan tp asik bgt. dr segi bahasa jg menarik.
Lel: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!