[Kinara, kamu sudah tahu rumor Aldo dengan Asisten barunya? Apa kamu diam saja tak berbuat apa-apa?]
Pesan Sofie, seniornya di Light Tech Kuala membuat Kinara melamun. Ia tak tahu apa-apa soal Asisten baru karena Aldo tak pernah mengungkit soal perusahaan saat pulang bekerja.
Kinara tak menyangka di usia pernikahan yang hendak menginjak 6 tahun, harus mendapat rumor seperti ini. Padahal ia sudah merasakan kehidupan umah tangganya berjalan stabil selama di Kuala.
Akhirnya ia mulai merasakan kehampaan hubungan sejak Aldo di angkat sebagai kepala cabang di PT Glow Star Tech Jayra.
Aldo yang selalu sibuk dengan pekerjaan membuat Kinara merasa sendiri dalam kehidupan rumah tangga itu. Namun, demi anak kembarnya Armand dan Arnold Kinara berusaha bertahan.
Akan kah Aldo dan Kinara mampu mempertahankan pernikahan mereka ditengah kesibukan Aldo dan krisis kehilangan jati diri yang di alami Kinara?
Temukan kelanjutan cerita mereka di Sesi 2 dari "Terjerat cinta teman serumah" disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panik
Kinara menarik nafas panjang menahan perih di pipi kirinya. Ia tak menangis hanya menatap Aldo dengan tajam. Ia berbalik pergi meninggalkan ruangan yang menyesakkan dadanya.
Nafas Aldo tercekat, ia baru sadar sudah menyakiti Kinara sampai sejauh ini. Sepanjang hubungan mereka, baru kali ini dia sekeras itu pada Kinara.
"Maaf Pak Kenny, saya hubungi lagi nanti. "
Aldo bergegas keluar mengejar Kinara yang sudah tak terlihat. Aldo buru-buru berlari ke pintu lift, menekan tombol tapi lift itu sudah lebih dulu turun.
Ia berlari mencari pintu tangga darurat. Lalu turun melalui tangga.
Kinara terengah di dalam lift. Hatinya terkoyak makin dalam tak menyangka Aldo dengan mudah menamparnya.
'Apa dia merasa perkataan ku tadi benar dan menjatuhkan harga dirinya? ' batin Kinara. Nalar nya bekerja mencari alasan dari tamparan itu.
Air matanya sudah kering, hanya tersisa hati yang terluka.
Pintu lift terbuka, Kinara berjalan cepat keluar dari lobi rumah sakit. Berjalan lurus ke halte dan segera naik ke dalam bus yang baru saja sampai.
Di kursi paling belakang Kinara bersandar lelah. Matanya menatap gerimis kecil diluar jendela. Kaca jendela penuh titik air gerimis. Uap embun, memburamkan pandangan diluar.
Kepalanya penuh dengan terkaan. 'Apa dia benar-benar kasihan dengan Sonya? atau memang sejak lama hatinya sudah mendua?' batin kinara.
Ia menarik nafas panjang. 'Apa aku terlalu kasar? atau dia yang memang tertarik dengan tawaran itu?' Kinara masih mencari alasan yang bisa di terima akalnya.
Bus terus melaju menjauh dari Rumah Sakit Harapan. Kinara masih bergulat dengan pikirannya sendiri. Dengan tatapan kosong, tak ada rasa.
***
Aldo menoleh ke kanan ke kiri mencari sosok Kinara sambil terengah. Ia panik kehilangan Kinara yang tak terlihat sama sekali di lobi utama. Ia bergegas ke parkiran berharap kinara menunggu nya disana.
"Kinara? " panggilnya lirih dengan tenggorokan yang makin tercekat karena tak ada siapa-siapa di parkiran. Hanya mobil yang berjejer rapi.
Aldo mengambil handphone nya, menekan panggilan pada nomer Kinara. Tersambung tapi tak di angkat.
Wajah Aldo memucat, cemas, takut, rasa bersalah yang makin dalam. Ia melangkah menuju mobilnya dan keluar dari parkiran.
Mobil berjalan lambat melihat menyisir trotoar dan halte yang ia lalui mencari sosok Kinara. Tapi nihil.
Handphonenya terus menghubungi nomer Kinara. Setiap panggilan berakhir karena tak terjawab, Aldo menekan tombol panggil lagi, begitu terus hingga berkali-kali.
Jantungnya makin berdegup khawatir. "Maaf kinara, " gumam nya lirih. Tatapan tajam kinara yang terakhir ia lihat bagai belati yang menghujam hatinya.
Tatapan kekecewaan terbesar Kinara selama mereka bersama. Tatapan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
Selama ini semarah apapun, Kinara selalu memilih untuk bersikap dingin dan mengalihkan pandangannya dari tatapan Aldo.
Kemarahan yang meledak tadi seperti bom yang sudah tersulut api. Aldo tahu itu kemarahan penuh logika dan kesadaran, tapi lisannya mengelak dan menuduh Kinara emosi.
Aldo mengganti panggilan ke nomer Bastian. Jam di layar handphone menunjukkan pukul 5 sore. Ia berharap Bastian sudah di apartemennya.
'Mungkin Kinara sudah di apartemen Sheila menemui anak-anak, ' batinnya.
"Halo, Ya kenapa do??" jawab Bastian
"Bas, kamu sudah di apartemen? " tanya Aldo.
"Hem, baru sampai. Kenapa? " tanya Bastian.
"Apa Kinara ada di sana? " Aldo balik bertanya.
"Kinara? tidak ada. " jawab Bastian bingung.
"Hubungi Aku kalau dia sudah di apartemen mu," minta Aldo lalu menutup telponnya.
Aldo lemas, 'Dia tidak di sana. Kemana aku harus mencari? ' batin Aldo.
Hari makin gelap, Aldo masih menyusuri jalan dan halte ke arah apartemen nya.
Handphone Aldo berdering, "Ya Bas, " jawab Aldo lelah.
"Kalian kenapa belum kembali? Anak-anak mu sudah minta pulang sejak tadi. Kalian sebenarnya kemana?" tanya Bastian yang ikut panik.
Suara tangis Arnold dan Armand terdengar jelas dari telpon Bastian.
"Ya, aku kesana sekarang. " Aldo mematikan telpon dan memutar stir berbalik arah.
***
Penumpang Bus naik dan turun silih berganti. Kinara masih melamun merasakan dingin angin malam sisa gerimis sore tadi yang menerpa helai rambutnya. Entah berapa halte yang ia lewati sejak naik tadi.
Kondektur Bus menatap jam digital di sudut paling atas Bus yang tertulis 21.45.
"Nona, anda turun dimana? ini pemberhentian terakhir, " ujarnya.
"Nona!! " panggil Supir itu lagi.
Kinara terkejut, "Ya Pak?" tanyanya bingung. Ia menatap kursi kosong di depannya.
'Ternyata tinggal aku?!' batinnya.
"Mau turun dimana? ini sudah pemberhentian terakhir, " ujar kondektur mengulang.
"Oh iya Pak, di sini saja." Kinara menatap sekeliling yang nampak gelap.
Kondektur membelokkan stir masuk ke terminal pemberhentian Bus.
"Terima kasih Pak, " ujarnya sambil men Tap kartu e-money.
"Oh ya Pak, ini dimana ya? Apa masih ada taksi di sekitar sini?" tanya Kinara bingung.
Kondektur tua itu menggeleng, " Bagaimana bisa Anda menaiki Bus tapi tak punya tujuan?" ia balik bertanya.
Kinara tersipu.
"Ini di ujung selatan Jayra, perbatasan dengan kota Sebakung. Jam segini mungkin masih ada tapi tidak banyak, " jelasnya.
"Baik Pak Terima kasih. " Kinara mengangguk lalu berjalan pelan keluar dari terminal.
"Jauh juga," gumamnya.
Sesekali ia memeriksa aplikasi menunggu driver taksi online yang mau menerima orderannya.
Sesekali ia melihat ke arah jalan mengharap ada taksi konven yang lewat.
Handphone nya berdering membuyar konsentrasi nya.
"Halo sheila, " jawabnya.
"Kinara Kamu dimana? kamu tak lihat jam? Anak-anak mu menangis sampai tertidur, " omelnya.
"Iya maaf, aku sedang mencari taksi ke sana. Ternyata jalanan sudah sepi." gumamnya lirih.
"Memangnya kamu dimana? " tanya Sheila lagi gusar.
"Emmm.. aku di ujung selatan Jayra, perbatasan dengan Sebakung." Suara Kinara makin lirih.
"APA?! Yang benar saja, kenapa sampai ke sana? tunggu di sana biar Aldo jemput. "
"Jangan, biar aku pulang sendiri. Suruh saja dia bawa anak-anak pulang, " minta Kinara dingin.
"Kamu yakin bisa segera sampai di apartemen mu sendiri? " hardik Sheila.
"Aku masih mengusahakan. Biar dia urus anak-anaknya tidak usah pedulikan aku, " sahut Kinara kesal.
***
Sheila mendekap speaker handphone nya. "Bastian, suruh Bryan lacak lokasi Kinara. Kalian susul dia, " ujarnya.
Bastian menelpon Bryan. " Oke, kami sambil jalan ke sana, ulur dia, " bisik Bastian. Ia bergegas keluar bersama Aldo.
"Kinara sebenarnya apa yang terjadi? Aldo bungkam apa kamu juga mau diam?" tanya Sheila.
" Aku tak punya tenaga menceritakan nya Sheila. Aku hanya tak mau bertemu Aldo sekarang." Kinara terisak.
"Apa ini soal perempuan itu lagi? " tanya Sheila meminta petunjuk.
"Iya, " jawab Kinara singkat.
Sheila makin penasaran. "Ya sudah intinya saja kamu tidak perlu cerita dari awal. Aku bingung kenapa kamu tiba-tiba menghilang begini melupakan anakmu disini. Memang nya ini panti asuhan?"
Kinara tertawa konyol, "Aku benar-benar tak sadar sampai disini, Maaf ya merepotkan kalian."
"Ya sudah ceritakan saja. Aku dengarkan. intinya saja, aku sudah penasaran, " bujuk Sheila.
"Orang tua Sonya memfitnah ku menyebar aib anaknya. padahal aku sudah bilang bukan aku pelakunya. dia tidak percaya bahkan Aldo juga tidak percaya dengan ku. Lalu, dia meminta Aldo menikahi anaknya sebagai kompensasi kesalahan ku. "
"APA?! Orang tua gila," umpat Sheila.
BRESSS!!
"Aaarrgh..,"erang Sheila.
"Sheila kamu kenapa? " tanya Kinara Panik
"Kiin, air ketuban ku merembes.. Aduuh perutku sakiit!! " jeritnya merintih.
"Loh mana Bastian? " tanya Kinara panik.
"Diaa.. dia dan Aldo... aduuuh.. menyusulmu..," erangan kesakitan makin panjang.
Kinara mematikan telponnya lalu menelpon Bastian.
"Halo Bastian kamu dimana? " tanya Kinara.
"Aku menyusulmu.. tunggu saja disana jangan kemana-mana, " sahutnya.
"TIDAK.. CEPAT PUTAR BALIK, SHEILA MAU MELAHIRKAN!!!" Teriak Kinara.
Bastian dan Aldo saling tatap. Bastian menginjak rem, lalu memutar stir mobilnya.
pusing weh jadi kinara banyak bener cewek sekitar aldo 😭