Istri Simpanan Pemuas Tuan Eden

Elara mencoba membalurkan minyak angin pada bagian tengkuk leher, ulu ati dan juga pelipisnya. Kini bukan hanya mual yang dirasakan Elara, tetapi juga pusing.

Dan hal itu terus berlanjut sampai malam hari. Hingga Elara tak mendapatkan makan malamnya dengan benar. Baru sesuap nasi masuk, dia kembali muntah.

Ibunya curiga, jangan-jangan dia hamil. Namun Elara segera menepis dugaan sang ibu dengan kembali berbohong.

"Kami tidak pernah melakukannya Bu. Mungkin ini hanya masuk angin biasa. Kemarin-kemarin aku sering pulang malam karena lembur."

Tapi meski mencoba menepis, tetap saja ada ketakutan dihati Elara. Dia baru saja ingin menata hidup baru, lalu bagaimana jika dirinya benar hamil? Itu artinya dia akan terus terikat pada Eden.

Demi memastikan ketakutannya, Elara segera membeli beberapa buah testpack lalu mencobanya.

Menit demi menit dia tunggu. Sampai tiba waktunya melihat hasil, dan...

Netra Elara membeliak sempurna ketika melihat dua garis merah disana.

Dia positif hamil?!

"Tidak...tidak mungkin bagaimana bisa?!"

Ya, bagaimana bisa? Bukankah selama ini dia selalu rutin meminum pil kontrasepsi?!

Ini tidak benar!

Elara kembali mencobanya hingga tiga kali dan hasilnya tetap sama.

Dia hamil.

Elara terduduk lemas diatas closet sambil terus memandangi testpack itu dengan tangan gemetar. Kenapa pil kontrasepsinya tidak bekerja?!

Elara tampak berpikir.

Setelah diingat-ingat, sejak pertama kali Eden menyentuhnya lelaki itu memang tak pernah menggunakan pengaman. Bahkan mereka melakukannya sampai berkali-kali. Apa itu yang membuat pil kontrasepsi yang dia minum tidak mempan?

Dan... Elara baru sadar bahwa sudah sejak bulan kemarin dia belum mendapatkan periode bulanannya.

Astaga!

Elara refleks menjatuhkan testpack ditangannya lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dia benar-benar frustasi.

Apa yang akan dikatakannya nanti pada sang ibu jika ibunya tahu bahwa dirinya tengah berbadan dua?

🌿🌿🌿

"Elara?!"

Nero berseru, ekspresinya tampak terkejut bercampur senang. Tak menyangka bahwa dia akan bertemu kembali dengan teman lama sekaligus mantan bawahannya setelah pertemuan terakhir mereka dirumah sakit beberapa waktu lalu.

Nero pun bergegas menghampiri Elara yang baru saja masuk kedalam minimarket tempatnya bekerja.

"Kau disini? Apa kabarmu?" tanya Nero seraya menyentuh kedua bahu Elara.

Elara tersenyum canggung. Sejujurnya ada rasa tak enak karena terakhir kali mereka bertemu, Nero tak diperkenankan Reymond untuk ikut menemaninya saat ibunya hendak dioperasi.

"Kabarku baik Nero. Bagaimana dengan kabarmu?"

"Oh syukurlah! Seperti yang kau lihat. Aku pun baik." Nero melepaskan lengannya dari Elara lalu merentangkannya, seolah menunjukkan pada Elara tentang kondisinya.

"Syukurlah." Elara tampak senang.

"Kau kemari sendiri? Tidak dikawal bodyguard menyebalkan itu lagi?"

Jelas Elara tahu siapa yang dimaksud Nero. Pasti Reymond.

"Oh, tidak. Aku datang kesini sendiri Nero. Dan ya, untuk kejadian dirumah sakit waktu itu, aku minta maaf padamu. Aku benar-benar tak enak hati."

"Tidak Elara. Kau tidak perlu meminta maaf. Lagipula itu bukan salahmu. Tapi jujur, aku masih tidak percaya dan penasaran, bagaimana bisa kau berurusan dengan Eden Dwight? Bisa kau jelaskan?"

🌿🌿🌿

Hari ini adalah hari pertama Elara membuka usaha toko kuenya. Elara tak sendiri, dia dibantu oleh Nero dan dua karyawannya.

Setelah beberapa hari lalu Elara menceritakan tentang bagaimana dirinya bisa berurusan dengan Eden, Nero cukup mengerti dan tak men-judge Elara sebagai perempuan tidak benar. Seperti yang dikatakan Keisha dan Gio.

Justru Nero malah geram dengan tindakan Keisha dan juga ibunya yang dengan tega menjual Elara pada mucikari.

Dan setelah semua hal yang terjadi pada Elara, Nero berjanji akan menjaga perempuan yang saat ini tengah hamil itu.

"Selesai!"

Nero menepuk-nepukan kedua tangannya seraya menatap puas pada spanduk berwarna pink dengan berbagai gambar kue yang baru saja dia pasang dibagian atas kios.

Elara's Cake

"Pas! Terimakasih Nero!"

Nero membalas ucapan terimakasih Elara dengan tersenyum. Dia merasa senang bisa berguna bagi Elara. Perempuan yang masih disukainya itu.

"Sama-sama. Sekarang apalagi yang harus kukerjakan?"

"Tidak ada. Kau bisa duduk didalam, aku akan membuatkan minuman untukmu." ucap Elara.

"Tidak usah repot-repot, aku bisa membuatnya sendiri."

"Tidak repot. Tunggu saja."

"Baiklah."

Nero pun menurut dan masuk kedalam toko kue milik Elara yang dimana didalam ruangan itu terdapat beberapa pasang kursi dan meja bundar. Sengaja disediakan bagi pengunjung yang ingin makan ditempat.

"Ini."

Setelah beberapa menit menunggu, Elara datang dengan membawa nampan berisi secangkir cappuccino panas dan sepotong cheesecake buatannya lalu dia menarik kursi dan duduk dihadapan Nero.

"Wah! Sepertinya enak!" Nero tampak berbinar.

"Cicipilah!" titah Elara.

Tak menunggu lama Nero pun segera mencicipi kue buatan pujaan hatinya itu.

"Bagaimana? Enak?" tanya Elara seraya menatap Nero.

"Ehmm... So delicious!" puji Nero saat cheesecake itu lumer dimulutnya.

Elara mengembangkan senyumnya.

"Benarkah?"

"Sungguh, aku tidak bohong. Cake ini sangat lezat. Tidak kusangka ternyata dibalik profesimu sebagai mantan kasir, kau memiliki bakat terpendam membuat kue."

Sontak Elara tergelak kecil.

Lalu dia menoleh kearah pintu masuk dimana beberapa pengunjung mulai ramai berdatangan dan dua karyawannya terlihat keteteran.

"Sepertinya hari ini akan menguras tenaga. Aku bantu mereka dulu. Nikmatilah cemilanmu!" Elara hendak bangun dari kursinya namun tiba-tiba Nero mencekal pergelangan tangan Elara membuat perempuan itu menatap temannya dengan bingung.

"Jangan terlalu lelah, ingat kondisimu." ucap Nero perhatian.

Elara kembali tersenyum.

"Tentu."

🌿🌿🌿

Kediaman Tuan Wilson.

Prang!

"Harus berapa kali kukatakan, aku tidak ingin makan! Enyahlah!"

"Tapi Tuan."

"Ada apa lagi ini?!"

Tuan Wilson tampak melangkah masuk kedalam kamar mewah itu dengan tatapan nyalang. Pandangannya turun dan langsung tertuju pada pecahan piring dilantai yang dia tahu semula berisikan makanan untuk putranya, Eden.

"Maaf Tuan Besar, Tuan Muda masih tidak mau makan." pelayan itu menundukkan kepala, menjawab dengan nada takut.

Pandangan Tuan Wilson terangkat dan beralih pada sang putra yang membelakanginya dan seolah tak peduli dengan kehadirannya.

"Hanya karena dipisahkan dari wanita murahan, seorang pewaris tahta keluarga Dwight merajuk seperti ini? Memalukan!"

Eden mengeraskan rahang. Tangannya mengepal kuat diatas sandaran tangan kursi roda yang ia duduki. Terlihat bahwa dia tengah menahan amarahnya sekuat tenaga.

Saat ini mereka semua sedang berada dibalkon kamar.

Dua hari lalu Eden baru saja sadar dari komanya, dan ketika dia membuka mata, orang yang pertama kali dia lihat bukanlah orang yang diinginkannya.

Tentu Eden bertanya-tanya dimana Elara, namun jawaban sang ayah membuatnya murka.

"Aku sudah mengusirnya! Dia adalah perempuan pembawa sial!"

"Harus berapa kali kukatakan padamu bahwa Elara bukanlah wanita murahan?!" geram Eden seraya memutar kursi rodanya hingga dirinya dan sang ayah kini saling berhadapan.

Stock udara disekitar balkon kamar itu pun seolah menipis. Membuat para pelayan yang ada disana tak bisa bernapas dengan bebas.

Dalam diam pelayan-pelayan itu buru-buru membersihkan serpihan piring yang berserakan akibat ulah tuan muda mereka, lantas setelahnya mereka bergegas keluar dari kamar tersebut dengan menutup pintu.

"Dia istriku, wanita pilihanku!"

"Wanita dari klub malam yang tak memiliki asal-usul jelas." potong Tuan Wilson. "Cukup aku saja yang merasakan sial karena memungut sampah seperti Laura dan Arash! Aku tidak ingin kau bernasib sama denganku."

Sontak Eden tertawa. Namun tawa itu tak sampai kematanya.

"Kau menyamakan Elaraku dengan jalangmu yang pengkhianat itu?!" tawa Eden meredup, sorot matanya tajam menghujam Tuan Wilson.

"Asal kau tahu Wilson, Elaraku jauh seribu kali lebih baik darinya! Sedikitpun Elara tidak pernah silau dengan harta yang kumiliki. Berulang kali dia menolakku berkali-kali juga aku mengancamnya untuk tetap tinggal."

"Sementara Laura? Dia adalah wanita paling tidak tahu diri. Dengan tega dia merusak rumah tangga kakak angkatnya sendiri lalu dengan licik mengkhianati suaminya. Bisa-bisanya dia memasukkan penyusup untuk membobol sistem keuangan perusahaan keluarga Dwight!"

*

*

To be continued

Haloo jangan lupa, like komen, hadiah, vote dan ulasannya. Terimakasih ❣️🌿