"Hei anak kecil, Saya mau kamu menjadi penguntit untuk mencari tau apa yang di lakukan oleh tunangan saya di luar sana" ucap Seorang pria tampan yang tak lain adalah presedir di perusahaan itu.
"Saya mau. Asal bapak mau membayar saya 2x lipat"
"Deal"
Berawal dari kerja sama yang saling menguntungkan membuat seorang Devano jatuh hati pada gadis yang biasa dia panggil dengan sebutan anak kecil.
Nadira puspita, Seorang karyawan magang di perusahaan milik keluarga besar Devano. Ikuti kisahnya, Ya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Mia Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur satu ranjang
"Nadira nih boss. Bukan kaleng-kaleng" ucap Devano sambil tertawa. Begitu juga Nadira yang ikut terkekeh saat mendengar perkataan Devano.
"Dasar ceo Goblok" gumam Nadira yang tentunya langsung membuat Devano menatapnya tajam.
"Apa kamu bilang? Ceo goblok. Wah bener-bener kamu ya anak kecil. Sini gak"
Melihat Devano seperti itu membuat Nadira bangun dari duduknya. Wanita menghindar dari Devano agar rambutnya tidak lagi menjadi sasaran.
"Nadira. Sini gak!"
"Gak mau, Wleee. Ceo goblok. Hahahah"
"Bener-bener ini bocah ngeselin"
Devano terus mendekat pada Nadira. Mengikis jarak di antara mereka. "Apa kamu bilang. Saya ceo goblok? Mau saya kasih pelajaran" ujarnya sambil menatap kedua manik mata milik Nadira.
Glek, Nadir terdiam sambil membalas tatapan Devano. Jantungnya berdetak lebih cepat dari pada biasanya"Ada apa dengan jangungku. Kenapa detaknya seperti ada yang beda" batin Nadira sambil terus menatap kedua manik mata Devano.
"Apa kamu bilang tadi? Saya CEO goblok? Mau saya kasih hukuman? hmmm" ucap Devano lagi sambil terus mengikis jarak di antara mereka. Sehingga membuat tubuh Nadira terjatuh ke atas ranjang di sana.
Nadira yang reflek tanpa sengaja menarik tangan Devano dan membuat mereka mengulangi posisi yang sudah pernah terjadi siang tadi.
Ada apa dengan jangungku. Kenapa aku merasa jantungku berdetak dua kali lebih cepat saat ada di posisi sedekat ini dengan Nadira.
Batin Devano sambil terus menatap Nadira yang kini juga sedang menatapnya. Cukup lama mereka berdua ada di posisi itu, Hingga suara dering ponsel Devano menyadarkan keduanya.
Dttttttt,,,,,Dttttttt,,,,Dtttttt
Mendengar dering ponselnya, Dengan cepat Devano berlalu dari posisi yang sudah membuat jantungnya tak karuan. ternyata ada sebuah panggilan masuk dari Ratna.
"Ratna telpon" ujar Devano sambil menatap layar ponselnya dan menoleh ke arah Nadira.
"Cepet angkat. Bersikaplah seperti biasa. Pura-pura saja tidak tau apa-apa" Ucap Nadira pada Devano.
Mendengar perkataan Nadira membuat Devano dengan cepat menjawab panggilan dari Ratna.
📱: Selamat malam baby. Kamu kemana aja kok gak ada ngabarin aku
📱:Malam juga. Maaf aku sibuk banget hari ini.
📱:Sesibuk apa sih baby. Sampek kamu tidak ada waktu buat sekedar memberikan kabar buat aku. Aku rindu baby
Devano terdiam saat mendengar perkataan Ratna. Rasanya ingin muntah saat kata rindu itu menerpa indra pendengarannya.
Melihat raut wajah Devano membuat Nadira mendekat dan berbisik pada pria itu"Jawab aja bapak juga sangat merindukan bu Ratna. Ini sangat pas buat ngajak dia bertemu" bisik Nadira pada Devano.
"Baiklah, Saya spiker ya. Biar kamu juga bisa dengar apa perkataan wanita ini" gumam Devano dan langsung mengaktifkan mode spiker.
📱:Baby, Kenapa kamu diam saja? Kamu gak rindu sama aku?
📱:Tentu saja aku juga sangat merindukan kamu, Sayang. Bagaimana kalau sekarang kita bertemu di tempat biasa. Sekalian dinner romantis. Mau ya sayang.
Senyap, Ratna terdiam saat mendengar ajakan Devano.
📱:Hallo sayang. Kamu masih di sana kan?
📱:Hallo baby, Apa kata kamu. Sinyalnya tiba-tiba gak enak. Halo baby
Tut...tut....tut...
Sambungan telpon itu pun berakhir. Devano menatap layar ponselnya sambil membuka galeri"Dasar wanita tak tau diri. Kita lihat saja, Ratna. Akan saya buat kamu menyesal karna sudah melakukan hal ini kepadaku" ucap Devano sambil menghapus foto Ratna yang ada di galeri ponselnya.
"Akting yang cukup bagus pak. Pak Devano harus bisa membuat bu Ratna terlihat seperti orang bodoh. Dia seperti itu, Pak Devano bisa melakukan hal yang lebih" ucap Nadira lagi.
Di Tempat lain
"Kenapa sayang?" tanya Fahri saat melihat Ratna mematikan sambungan telponnya dengan Devano.
"Ini si Devano ngajak ketemuan, Sayang. Ya aku pura-pura gak ada sinyal lah" balas Ratna sambil duduk di samping Fahri.
"Memangnya dia bakal percaya?"
"Tentu. Dia kan oon, Bisa aku bodoh-bodohin" ucap Ratna lagi.
"Good sayang. Kita harus bisa memanfaatkan Devano yang bodoh dan bucin parah sama kamu"
"Tentu, Hany"
*
*
Waktu terus berputar. Tanpa terasa hari sudah menunjukkan jam 04:50 pagi. Nadira menggeliat pelan saat mendengar suara dering ponselnya yang sudah berhasil mengusik tidurnya.
"Ah, Siapa sih pagi-pagi ganggu saja"ujarnya sembari mengambil ponselnya dan menatap layar yang menunjukkan nama mama tertera di sana.
Kedua mata Nadira terbuka lebar saat itu"Astaga, Mama. Kenapa aku sampai lupa jika mama dan papa ada di rumah. Aku lupa tidak memberikan mereka kabar" ucapnya pelan.
📱:H...halo ma.
📱:Halo Nadira. Kamu di mana sayang, Kenapa belum pulang sayang? Kamu ada di mana. Sejak tadi malam mama dan papa menghubungi kamu kenapa tidak bisa
📱:Maafka Nadira ya ma. Nadira lupa bilang kalau kemaren itu Nadira harus menemani bos Nadira meeting di bali. Jadi sekarang Nadira sedang ada di bali. Sekali lagi Nadira minta maaf ya ma.
📱:Begitu rupanya. Kapan kamu akan kembali?
📱:Siang ini ma. Kenapa?
📱:Oh baiklah. Tidak ada apa-apa, Sayang. Hanya saja mama mau mengatakan sesuatu sama kamu.
📱:Sesuatu? Kenapa gak bilang sekarang saja ma?
📱:Tidak bisa, Sayang. Ini hal yang sangat penting dan harus di bicarakan secara langsung.
📱:Baiklah, Ma
Setelah sambungan telponnya terputus. Nadira menoleh ke arah samping yang menampakkan sosok Devano tanpa menggunakan baju di sana.
Melihat itu membuat Nadira berteriak sambil menatap tubuhnya sendiri. "Aaaaaaaaaa" teriaknya yang berhasil membuat seorang Devano terbangun.
"Ada apa, Nad. Ada apa kamu kok teriak-teriak begitu?" tanya Devano sambil mengerjabkan kedua matanya yang masih terasa sangat berat.
"Ada apa-ada apa. Apa yang sudah bapak lakukan terhadap saya?"
Devano mengerutkan keningnya sambil menatap Nadira"Memangnya apa yang aku lakukan? Jangan ngadi-ngadi" balasnya
"Ngapain bapak tidur di sini sama saya. Pasti bapak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan kan?"
"Jangan kebanyakan ngayal! Tadi malam saya pindah ke sini karna di sofa sangat dingin. Memangnya kamu mau saya sakit karna masuk angin?"
"Tapi bapak beneran tidak apa-apakan saya kan?” tanya nya sambil menatap tajam Devano.
"Memangnya kamu berharap saya melakukan apa? Melakukan hal yang aneh-aneh gitu. Ya nggak lah"
"Lalu ini kenapa baju saya bisa lepas? Ini pasti perbuatan bapak kan?"
"Heh anak kecil. Punya otak jangan terlalu mesum. Ngapain juga saya mau membuka baju kamu. Itu salah kamu sendiri lah, Siapa suruh tidur sambil jalan dan buka baju. Masih untung ada saya"
Mendengar perkataan Devano membuat Nadira teringat" akan kebiasaannya saat sedang tidur. Wanita itu bisa melakukan hal yang tak pernah terduga. Seperti membuka bajunya sendiri.
"Huuuuuaaaa... Hiks...Hikss .. Itu artinya kita tidur satu ranjang semalaman dong"
"Eh, Kenapa kamu malah nangis anak kecil?" tanya Devano sambil menatap Nadira yang menutup tubuhnya dengan selimut.