NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menjadi Gundik

Transmigrasi Menjadi Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Era Kolonial / Time Travel / Fantasi Wanita
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.

Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.

Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.

Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Merry De Groot

Nyai Galuh mencoba bernegoisasi, "Tuan Hendrik, Anda adalah dari kalangan terhormat sangat tidak relevan hanya dengan mengurus masalah kecil seperti ini bukan? Ini hanya pembersihan sungai, tidak ada yang lain. Merusak atau menambahkan. Justru kami hanya mengambil gulma ini saja."

Hendrik merasa tersinggung. "Kamu pasti Nyai Galuh. Kamu pikir bisa menghancurkan ayah ku dan lolos begitu saja?" Hendrik menatap Nyai Galuh dengan mata penuh kemarahan. Mengungkit kejadian beberapa waktu lalu.

"Aku tidak pernah ingin menghancurkan siapa pun, Tuan Hendrik. Ayahmu dipenjara karena tindakannya sendiri," jawab Nyai Galuh tenang.

"Tidak mungkin! Ayahku seorang pria yang baik, dia hanya menjalankan tugasnya. Kamu dan rakyat ini yang selalu memberontak," Hendrik membentak.

"Aku hanya ingin keadilan dan kesejahteraan bagi rakyatku. Bukan berarti aku ingin memberontak," Nyai Galuh menjelaskan dengan sabar.

"Kami tidak akan pernah membiarkan kamu dan orang-orang seperti kamu mengancam kekuasaan kami. Kamu akan menyesali apa yang telah kamu lakukan," Hendrik mengancam sebelum berbalik pergi.

Edward menghibur nyai Galuh, "Nyai tidak perlu khawatir, dia hanya menggertak."

Nyai Galuh mengangguk. "Hari sudah siang, aku akan membantu Kamini menyiapkan makan siang."

"Baik, Nyai. Aku akan terus mengawasi para pekerja, setelah semua eceng gondok diangkat ke permukaan, mereka akan aku minta untuk istirahat." kata Edward.

Nyai Galuh tersenyum dan berjalan meninggalkan Edward.

Nyai Galuh dan Kamini membagikan makanan siang yang dibungkus daun pisang kepada para pekerja dan Edward yang sudah mengantre dengan sabar. "Terima kasih, Nyai," kata mereka sambil menerima makanan dengan senyum. Edward juga tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas hidangan yang lezat.

Selesai makan siang, semua pekerja kembali melakukan tugasnya.

"Tampaknya kita sudah berada di tahap akhir proses pengangkutan eceng gondok." ujar Nyai Galuh tersenyum puas.

"Iya, Nyai. Cuaca panas seperti ini pasti akan mempercepat proses penjemuran."

Setelah semua eceng gondok dimasukkan ke dalam gerobak, para pekerja mulai mendorong gerobak menuju ke rumah Nyai Galuh untuk diolah lebih lanjut. Edward juga membantu mendorong gerobak, menunjukkan kekompakannya dengan para pekerja.

Wilda terlihat tidak senang dengan kedatangan gerobak yang penuh dengan eceng gondok. "Apa ini, Nyai? Mengapa banyak sekali?" tanya Wilda dengan nada tidak suka. Nyai Galuh tersenyum dan menjelaskan rencana mereka untuk mengolah eceng gondok tersebut.

Wilda menggelengkan kepala, menunjukkan ketidaksetujuannya. "Aku tidak ingin ada banyak eceng gondok di rumah, Nyai. Bau dan penampilannya tidak enak," kata Wilda dengan tegas. Nyai Galuh mencoba menjelaskan manfaat dari eceng gondok, tapi Wilda tetap tidak bergeming.

"Maaf, Nyai, tapi mungkin kita bisa mencari jalan lain," kata Edward dengan nada yang santai. "Bagaimana kalau kita buat tempat khusus untuk mengolah eceng gondok, sehingga tidak mengganggu orang lain di rumah ini ?" Edward menawarkan solusi yang masuk akal.

"Itu ide yang bagus, Tuan Edward !" ujar nyai Galuh dengan riang.

Para pekerja diminta untuk membersihkan gudang yang tidak terpakai di belakang rumah.

Dengan semangat baru, para pekerja mulai membersihkan gudang yang tidak terpakai di belakang rumah. Mereka bekerja sama untuk membersihkan debu, sarang laba-laba, dan barang-barang yang tidak terpakai. Gudang yang semula gelap dan kumuh perlahan-lahan berubah menjadi bersih dan siap digunakan untuk mengolah eceng gondok.

Setelah selesai membersihkan gudang, Nyai Galuh memberikan upah kepada para pekerja sebagai tanda terima kasih atas kerja keras mereka. Para pekerja tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas upah yang diberikan. "Terima kasih, Nyai," kata mereka sambil menerima upah dengan senyum. Edward juga tersenyum melihat kebahagiaan para pekerja.

.

.

Di kedai kopi milik nyonya Hans.

Sudah satu bulan ini, Merry bekerja di sana. Dan ia mendapatkan gaji yang tidak terlalu banyak. Ia sedikit kecewa membiarkan waktunya terbuang di sini, dengan terpaksa ia menemui nyonya Hans.

"Maaf, Nyonya Hans. Sepertinya saya tidak cocok bekerja di sini. Saya ingin berhenti saja," kata Merry dengan tegas.

Nyonya Hans terkejut dengan pernyataan Merry. "Apa yang terjadi, Merry? Kamu tidak cocok bekerja di sini? Mengapa?" tanya Nyonya Hans dengan nada yang penuh perhatian.

Merry menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Saya merasa tidak nyaman dengan pekerjaan ini, Nyonya. Saya ingin mencari pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan kemampuan saya."

Nyonya Hans mengangguk paham. "Baiklah, Merry. Saya mengizinkan kamu. Tapi, sebelum kamu pergi, tolong bantu saya mencuci piring terlebih dahulu."

Merry mengangguk dengan terpaksa. "Baiklah, Nyonya. Saya akan membantu mencuci piring sebelum saya pergi."

Nyonya Hans tersenyum sedikit lega. "Terima kasih, Merry. Saya sangat menghargai kerja kerasmu selama ini."

Merry hanya mengangguk tanpa banyak bicara, mencoba menyembunyikan kekecewaannya.

Selesai membantu mencuci piring, Merry pamit kepada Nyonya Hans. "Nyonya, saya sudah selesai mencuci piring. Saya pamit dulu, terimakasih sudah mau menerima saya untuk bekerja di sini."" kata Merry dengan sopan.

Nyonya Hans mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, Merry. Terima kasih juga atas bantuanmu."

Merry mengangguk dan meninggalkan dapur, merasa lega karena sudah menyelesaikan tugasnya.

Merry terus berjalan meninggalkan kedai nyonya Hans hingga ia berpapasan dengan Agnes dan terkejut melihat Agnes membeli sepatu baru. "Agnes, sepatu kamu baru lagi ?" tanya Merry dengan kagum.

"Aku baru saja membelinya." sahut Agnes.

Merry merasa iri dan ingin seperti Agnes.

"Aku ingin sepertimu, Agnes. Memiliki banyak uang dan bisa membeli sesuatu yang baru. Lihatlah kehidupanku, meski dari kalangan berada hanya sepasang sepatu yang aku miliki." ujar Merry dengan mengiba berharap Agnes mau membantunya.

"Lalu, bagaimana dengan pekerjaan paruh waktumu?"

"Aku sudah keluar dari sana. Aku tidak puas. Gajinya tidak sesuai yang aku harapkan."

Agnes tampak sedang berpikir. Lalu terlintas dalam benaknya untuk membalas dendam atas keluarga Edwin De Groot yang telah membuat ayahnya, Van Der Meer di penjara. Agnes adalah putri bungsu keluarga Van Der Meer.

"Oh, tentu saja aku akan membantumu Merry. Tapi, aku tidak yakin kamu akan sanggup melakukan pekerjaan ini."

"Katakan Agnes, apa pun pekerjaan itu asalkan aku bisa punya banyak uang sepertimu."

Agnes menawarkan pekerjaan kepada Merry di club malam. Club malam adalah tempat hiburan malam yang eksklusif untuk orang-orang Eropa dan pribumi kaya.

"Apa kamu yakin aku bisa bekerja di sana?" tanya Merry dengan penasaran.

Agnes tersenyum dan mengangguk. "Aku yakin kamu bisa. Gajinya juga lumayan. Apa kamu tertarik?"

Merry ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah, aku tertarik. Tapi apa yang harus aku lakukan di sana?"

Agnes tersenyum puas. "Kamu akan bekerja sebagai penari atau penyanyi, tergantung pada kemampuanmu. Gaji yang kamu dapatkan juga sangat menguntungkan. Aku akan mengantarmu besok untuk bertemu dengan pemilik klub."

Merry mengangguk, meskipun ada sedikit kekhawatiran di dalam hatinya. Merry berpikir bahwa gaji besar itu cukup untuk membuatnya menerima pekerjaan di klub malam.

"Bagus, aku akan jemput kamu besok malam. Siap-siap!"

Merry mengangguk dan berpisah dengan Agnes, pikirannya dipenuhi dengan bayangan tentang apa yang akan terjadi di klub malam dan berapa banyak uang yang akan dia hasilkan.

1
Yusni
akhitnya ditangkap jg si semir hahHhhhaaaaa
Yusni
uda ngk sabar ne liat aksi galuh .. secara galuh dr dunia modern
Kam1la: oke, kakak mau imajinasi aksi nyai Galuh yang bagaimana ini ?
total 1 replies
Kam1la
iya. sabar ya Kak....
Yusni
lama bgt ne gebrakan nyai galuh.secara nyai kanndr dunua modern
Yusni
keren nyai
Yusni
mengerikan jmn belanda dulu ...semoga galuh bisa membantu kaum pribumj
Yusni
kapok edwin...hhhrhrhf
Yusni
menunggu aksi galuh yg bikin org melonggo..buat galuh jg nelayani sii edwin thor
Yusni
mgk galuh akan bukin kejutan lainnya
Kam1la
terima kasih, tolong dukungan nya...😍
Yusni
jg smpe ngk tamat thor..asliiii ceritanya kerennnnnnn
Yusni
tambah apik ceritanya
Yusni
suka cerita seperi ini....semangat thor
Yusni
keren ceitanya tpi kok sepi yg baca ...
Yusni
mampir baca semoga semakin menarik
Kam1la
selamat datang reader, semoga terhibur dengan cerita tentang nyai Galuh. sekian lama up, belum ada komentar nih dari kalian. Yuk, dukung terus author tercinta ini dengan memberi like, subscriber, hadiah dan yang paling ditunggu komentar kalian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!