Davian Meyers ditinggal oleh istrinya kabur yang mana baru saja melahirkan putrinya bernama Cassandra Meyers.
Sayangnya Cassandra kecil justru menolak semua orang, selalu menangis hingga tidak mau meminum susu sama sekali.
Sampai dimana Davian harus bersedih hati karena putri kecilnya masuk rumah sakit dengan diagnosa malnutrisi. Hatinya semakin hancur saat Cassandra kecil tetap menolak untuk menyusu. Lalu di rumah sakit Davian menemukan putrinya dalam gendongan seorang wanita asing. Dan mengejutkannya Cassandra menyusu dengan tenang dari wanita tersebut.
Akan tetapi, wanita tersebut tiba-tiba pergi.
Demi kelangsungan hidup putrinya, Davian mencari keberadaan wanita tersebut lalu menemukannya.
Tapi bagaimana jika wanita yang dicarinya adalah wanita gila yang dikurung oleh keluarganya? Akankah Davian tetap menerima wanita itu sebagai ibu susu putrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32. TIDAK MENGERTI
Ruang rawat inap itu terasa begitu hening, hanya diisi desiran lembut dari mesin monitor yang terhubung pada ranjang rumah sakit. Peter duduk di kursi dengan kertas hasil tes DNA di tangannya, wajahnya sulit terbaca. Sementara Davian berdiri di sisi ranjang, menatap bayi kecil yang tengah terlelap di pelukan Olivia.
Cassandra.
Bayi mungil itu tampak begitu tenang, bibirnya bergerak sedikit seolah mengisap udara dalam mimpi. Tak ada yang tahu bahwa tubuh rapuh itu menyimpan jawaban dari teka-teki yang membingungkan semua orang di ruangan itu.
Peter menarik napas dalam, menundukkan kepala untuk membaca ulang lembaran hasil tes DNA. Jemarinya bergetar, seakan tak percaya pada apa yang terpampang jelas. "Kecocokan ... 99,99%. Antara Olivia dan Cassandra," ucapnya pelan.
Kata-kata itu menggema dalam keheningan.
Olivia menunduk pada bayi di pangkuannya, senyum haru mengembang di wajahnya meski matanya berkaca-kaca. Ia mengusap lembut pipi Cassandra dengan jemari gemetar.
"Aku tahu ... aku tidak salah, aku tidak gila. Kau bayi kecilku, Cassie. Kau bayi yang dulu mereka bilang meninggal ... ternyata hidup. Kau kembali padaku," bisik Olivia lirih. Air mata jatuh membasahi rambut halus bayi itu.
Davian masih terpaku, pandangannya berpindah dari hasil tes di tangan Peter lalu kembali pada wajah polos Cassandra. Ia berusaha menata pikirannya, namun semakin dicoba semakin tak masuk akal. Perlahan Peter menambahkan, suaranya nyaris bergetar, "Bukan hanya itu, Cassandra juga punya kecocokan DNA denganmu, Davian. Hasil ini jelas. Bayi ini ... juga anakmu."
Ruangan kembali diliputi sunyi.
Olivia tertegun. Ia mengangkat wajahnya, menatap Davian untuk pertama kalinya dengan tatapan penuh pertanyaan. Air mata yang tadi jatuh karena bahagia kini bercampur dengan kebingungan.
"Apa? Cassandra anak Davian juga?" Olivia bingung.
Davian pun tidak mengucapkan sepatah kata. Matanya menatap bayi mungil itu dengan sorot tak percaya. Hatinya diliputi rasa asing,hangat sekaligus membingungkan, karena bayi yang ia yakini lahir dari mantan istrinya ternyata juga membawa darah Olivia, wanita yang bahkan belum pernah ia kenal sebelumnya.
"Aku ...," Peter akhirnya memecah keheningan, meski suaranya lemah. "Aku tidak mengerti, bagaimana mungkin? Cassandra memiliki darah kalian berdua, padahal kalian berdua bahkan belum pernah bertemu sebelumnya."
Olivia menggenggam bayi itu lebih erat, seakan takut Cassandra akan menghilang jika ia melepaskannya. Ia menggeleng pelan, bibirnya bergetar. "Aku juga tidak mengerti. Selama ini aku hanya percaya pada satu hal, bahwa bayiku lahir sehat tapi mereka bilang dia meninggal. Aku selalu yakin ada yang salah. Dan sekarang, hasil ini membuktikannya."
Davian menunduk, tatapannya dalam pada bayi itu. Jantungnya berdetak cepat, tapi ia tetap terdiam. Di dalam kepalanya, pertanyaan bertubi-tubi menghantam: bagaimana mungkin? Bagaimana bayi ini bisa terhubung padanya dan juga pada Olivia, padahal mereka tidak pernah berjumpa?
Peter bersandar, wajahnya tertutup kedua tangannya. "Kalau bayi kalian tertukar, mungkin bisa kumengerti. Tapi bagaimana menjelaskan kalau Cassandra juga punya darah Davian? Itu tak masuk akal."
Olivia terdiam, menelusuri pikirannya jauh ke masa lalu. Matanya menerawang, seolah mencoba mengingat kembali sesuatu yang sudah lama ia kubur. "Ingat kataku kemarin kalau bayi yang aku kandung bukan milik Raymond?" bisiknya lirih, nyaris seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Davian mengangkat kepala, menatapnya.
Olivia melanjutkan dengan suara pelan dan ragu, "Pria di bar yang aku ceritakan, yang aku tidur dengannya? Dan hanya itu satu-satunya waktu aku bersama seorang pria. Setelah itu ... tidak pernah lagi." "Aku tidak tahu siapa dia. Aku bahkan tidak sempat menanyakan namanya. Tapi kalau Cassandra membawa darahmu, Davian ... mungkin pria itu adalah kau." Ia menunduk, jemarinya membelai halus pipi Cassandra.
Kata-kata itu membuat dada Davian terasa sesak. Ingatannya samar, berputar ke masa lalu, pada malam-malam yang ingin ia lupakan. Sebuah bayangan samar muncul, tatapan mata seorang wanita asing, rambut yang tergerai, dan perasaan hampa yang ia tenggelamkan saat itu.
Ia menatap Olivia lama, wajahnya masih menyimpan kebingungan, tapi di matanya ada secercah pengakuan yang belum sempat ia ucapkan.
Peter hanya bisa memandang keduanya dengan campuran takjub dan resah. "Jadi ... satu-satunya penjelasan adalah pria asing yang Olivia temui malam itu adalah Davian. Itu artinya Cassandra memang anak kalian berdua."
Keheningan kembali turun.
Olivia menunduk pada bayinya, tatapannya jatuh pada pipi gembul Cassandra. Namun kali ini bukan hanya tatapan bahagia karena bayinya kembali, melainkan juga kebingungan luar biasa tentang bagaimana takdir memertemukan mereka lewat cara yang begitu membingungkan.
Davian tetap berdiri di sana, menatap bayi mungil itu lama sekali. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya. Hanya hatinya yang berdentum pelan, menyadari bahwa benang takdir yang tak terlihat telah mengikat dirinya dengan wanita di hadapannya melalui darah seorang bayi.
Peter menatap kedua orang di depannya dengan raut wajah kusut, kertas hasil tes DNA itu masih berada di tangannya. Suaranya terdengar pelan namun tegas, seakan setiap kata yang ia ucapkan membawa beban tersendiri.
"Baiklah," ujarnya, menarik napas panjang. "Kalau memang benar Cassandra adalah anak kalian berdua, posisinya jelas saat itu kalian sama-sama tidak tahu. Tapi ada pertanyaan besar yang harus dijawab ...." Ia mengangkat pandangan dari kertas dan menatap Davian dengan sorot penuh kebingungan. "Kenapa bayi yang dikandung Olivia bisa menjadi bayi dari mantan istrimu, Davian? Bagaimana bisa terjadi?"
Kata-kata itu menggantung berat di udara.
Ruangan seakan tertelan hening. Hanya terdengar detak jam di dinding, berdenting perlahan seperti menghitung waktu yang tersisa untuk mencari jawaban.
Olivia menunduk, menatap bayinya yang terlelap dalam pelukan. Ia mengusap pipi Cassandra dengan lembut, seolah gerakan itu bisa menenangkan dirinya sendiri.
Beberapa lama mereka tenggelam dalam keheningan. Hingga akhirnya, Olivia memberanikan diri untuk bersuara. "Apa mungkin bayiku yang lahir saat itu memang ditukar?" ucapnya dengan suara lirih, nyaris seperti gumaman. "Ditukar dengan bayi Davian dan mantan istrinya."
Davian menoleh cepat, menatap Olivia dengan mata terbelalak.
Olivia melanjutkan, "Mungkin Raymond yang melakukannya tapi tidak tahu bayi siapa yang ditukar. Aku tidak tahu bagaimana kronologinya. Tapi bisa saja ia menukar bayiku dengan bayi lain. Dan ternyata, tanpa sengaja bayi yang ditukarnya adalah anakmu sendiri, Davian." Ia menghela napas berat, air mata jatuh lagi. "Itu berarti Cassandra ... secara tidak sengaja justru kembali pada ayahnya sendiri.”
Peter menatap Olivia, lalu Davian, lalu kembali menunduk pada kertas di tangannya. Kata-kata itu terdengar masuk akal, tapi tetap terasa seperti teka-teki yang mustahil.
Davian akhirnya bersuara, suaranya pelan namun penuh kegelisahan. "Jika memang benar begitu, kalau bayiku tertukar dengan bayi yang dilahirkan mantan istriku ..."Ia berhenti, menelan ludah. "Lalu kemana bayi yang dilahirkan oleh mantan istriku?"
Pertanyaan itu membuat ruangan kembali membeku. Olivia memejamkan mata, dadanya sesak memikirkan kemungkinan itu. Ia tidak punya jawaban. Peter pun terdiam, keningnya berkerut dalam, mencoba mencari celah logika dari benang kusut yang semakin ruwet.
Mereka bertiga larut dalam keheningan panjang, masing-masing terperangkap dalam pikirannya sendiri.
Olivia memeluk Cassandra lebih erat, seolah takut bayinya kembali menghilang dari pelukannya.
"Kalau memang benar ada pertukaran, berarti di luar sana ada bayi lain yang seharusnya bersamaku," suara Davian pecah, menyayat hati. Davian memejamkan mata, kepalanya tertunduk berat. Kepalanya sakit akan semua informasi ini.
Peter menghela napas panjang, menatap dua orang yang kini sama-sama tenggelam dalam kebingungan dan rasa kehilangan. "Jawaban pasti hanya bisa kita dapatkan dengan satu cara," katanya perlahan.
Olivia mengangkat wajahnya, menatap Peter. "Apa itu?"
Peter meletakkan kertas hasil DNA di atas meja kecil di samping ranjang, lalu menatap keduanya dengan sungguh-sungguh. "Kita harus kembali ke awal. Ke tempat semua ini bermula. Rumah sakit tempat kelahiran ini terjadi, di sini. Jika ada manipulasi, rekayasa, atau pertukaran jejaknya pasti ada di sana. Kita harus mencari tahu siapa yang terlibat, bagaimana pertukaran itu terjadi, dan keberadaan bayi milik Davian dan mantan istrinya itu. Aku akan meminta beberapa bantuan ilegal jika perlu."
Davian mengangguk pelan, meski wajahnya masih menyimpan kebingungan. "Ya, lakukanlah."
Olivia mengusap bayinya, menunduk. Memikirkan kenapa bayi kecilnya ini memiliki fase yang rumit. Dan herannya justru kembali ke tempat yang seharusnya bayi ini berada.
Peter menatap keduanya, matanya penuh tekad. "Aku akan menyelidikinya. Aku akan menelusuri setiap detail kelahiran di rumah sakit ini. Aku akan mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Raymond dan siapa saja yang ikut terlibat. Kita akan tahu kebenarannya, apa pun itu."
Keheningan kembali mengisi ruangan, tapi kali ini tidak hanya penuh kebingungan. Ada pula secercah tekad baru, sebuah janji bahwa mereka tidak akan berhenti sampai menemukan jawaban dari misteri yang telah merenggut begitu banyak kebahagiaan.
Bayi kecil itu, Cassandra, masih tertidur lelap di pelukan ibunya, tak menyadari bahwa dirinya adalah pusat dari rahasia besar yang akan mengguncang hidup semua orang di ruangan itu.